Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Saturday, October 17, 2009

Cowokku Mantan Playboy

Cowok yang playboy sebagian besar identik dengan cool atau handsome. Mereka menganggap diri mereka pujaan cewek sehingga seenaknya melukai hati cewek dan mempermainkan mereka. Anehnya udah tau cowok playboy kok mau lagi padahal ujung-ujungnya ditinggal. Mencintai itu tanpa alasan. Meski dia playboy kalau Denada sudah suka sama dia harus nerima apa adanya termasuk nantinya dilepas gitu aja.

Denada, cewek yang biasa-biasa saja, bisa dikatakan cukup manis, tubuhnya tinggi dan lumayan langsing dan yang paling penting dia itu juara kelas. Tidak ada kata “cowok” apalagi “cinta” dalam kamusnya. Dia hanya menganggap semua cowok just friend. Bicara soal cinta memang hal yang tidak bisa ditebak. Cinta itu hal yang wajar dirasakan semua orang. Jadi, kalau Denada fall in love itu bukan big problem. Big problemnya itu Denada suka sama cowok yang udah terkenal playboy seantero sekolah. Kayak tak ada cowok lain aja padahal banyak cowok kejar Denada yang tak kalah cakep dibanding playboy itu.

Awal perkenalan mereka itu di bioskop. Denada lagi nonton bersama sepupunya. Kebetulan Denada duduk di samping Benz. Saat itu Benz sedang bersama sahabatnya. Kemudian Benz mengajak Denada berkenalan. Denada tentu kenal dia, playboy gitu lho. Tapi Benz dan sahabatnya tidak mengenalnya. Terang saja juara kelas vs playboy ya pasti juara kelas KO.

Ibarat pandangan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda. Itu berlaku bagi Benz yang giat mencari tahu lebih banyak tentang Denada. Ganknya saja heran Benz menjadikan Denada sasaran berikutnya. Denada yang tak ada mentelnya sedikitpun, tidak hobi dandan, tidak kormod, yang sama sekali bukan tipe cewek Benz. Ganknya menebak Benz ingin mencetak rekor naklukin juara kelas kali.

“Hai, Denada! Masi inget ma gue? sapa Benz saat Denada lagi antri kentang goreng di kantin.
“Oh, kalo ga salah Benz ya? Yang kenalan di bioskop kan?”
“Tepat sekali. Ternyata gue masi diinget cewek cakep.”
Gombalnya nih cowok. Emank bener dech playboy cap ayam jago.
“Kok bengong? Ntar Minggu ada acara ga?”
“Minggu ini.. kayaknya ga tuh. Mank napa?”
“Nemenin gue jalan-jalan mao ga?”
Nekad juga nih cowok. Biar gue kerjain ja.. hehe…
“Bole… tapi lu yang jemput en traktir gue sekailan ya…”
“Itu so pasti, manis.”

Denada mulai mengerjai Benz mulai dari penampilannya. Jalan sama Benz cuma pake T-shirt dan jeans plus tas selempang. Rambutnya dikucir satu. Wajahnya tanpa make-up hanya bibirnya yang dioles lip gloss warna peach. Sesampainya di mal, dia mengajak Benz pergi ke toko buku dan menghabiskan waktu dua jam di sana. Keluar dari toko buku perut Benz sudah protes, dia mengajak Denada makan di salah satu café. Di hadapan Benz, Denada sama sekali tak mengurangi nafsu makannya. Sehabis makan mereka nonton di bioskop. Bukan film romantis yang dipilih Denada melainkan Superman Returns. Denada terpesona dengan manusia baja yang ganteng abis dan tidak mengacuhkan Benz. Mank enak dikacangin. Belum selesai Benz merasa bete karena setelah itu mereka bertemu dengan ganknya. Melihat dia jalan dengan Denada, mereka ketawa habis-habisan. Istilahnya ga Benz banget dech.

Lama-lama Benz menjadi semakin tertarik dengan Denada. Setelah dia mengamati cewek itu ternyata sangat berbeda dengan para cewek yang pernah dipacarinya. Denada ga terlalu peduli terhadap penampilannya. Dia hanya tampil apa adanya dan tidak jaim. Benz menjadi semakin penasaran terhadap cewek itu. Segala rayuan gombal yang menjadi senjata ampuhnya selama ini tak mampu meluluhkan hati seorang Denada yang hanya cewek biasa.

“Gue liat lu jadi deket ma Benz,” kata Sharon.
“Ga kok. Biasa aja lagi. Lu kayak ga tao dia aja.”
Sekarang lagi waktu istirahat dan kami menghabiskannya di kelas.
“Justru itu. Gue takut lu lupa siapa dia dan terjebak.”
“Sharon, lu tao kan gue tuh susah tertarik ma cowok.”
“So tertarik ma cewek?”
“Sharon dikirain serius…”
“Hehe…”
“Denada!” teriak seseorang dari depan kelas.
“Apa-apaan nih? Gile, Benz mao nembak lu,” bisik Sharon.
‘I LOVE DENADA’ Ada sebelas anak yang masing-masing membawa satu huruf yang terdiri dari rangkaian mawar.
Benz berjalan ke temapt duduk Denada dan berlutut di sampingnya.
“Would you be my girlfriend?” tanyanya dan menyerahkan setangkai mawar.
“Apa maksud lu?”
“Gue mao lu jadi cewek gue.”
“Benz! Kalo lu pikir gue bakal nerima lu karena mawar lu itu, lu salah besar. Gue bukan cewek yang gitu gampang lu mainin. Asal lu tao ya, ga semua cewek itu bisa lu taklukin gitu aja. Lu keterlaluan!” teriak Denada sambil menginjak setangkai mawar tadi lalu pergi meningglkan kelas.
Semuanya terkejut melihat perlakuan Denada terhadap Benz. Benz benar-benar kehilangan muka kali ini. Tapi dia tidak peduli betapa malunya dirinya, yang membuta hatinya sakit adalah Denada menganggap dia playboy, sama seperti yang lainnya. OH EM JI, he’s falling in love with Denada!

Sudah genap seminggu Denada cuekin Benz. Tiap Benz ngajakin dia ngomong or sekedar say hello, Denada pasti langsung buang muka. Seperti sudah bisa ditebak, gosip seputar mereka pun menyebar di kalangan siswa. Nama baik Benz selama ini walaupun hanya sebagai playboy kini hancur di tangan seorang Denada yang hanya juara kelas. Ganknya juga berkali-kali menyuruhnya untuk meninggalkan cewek itu. Semua itu ga memperngaruhi dia. dia baru pertama kali merasakan gejolak seperti ini dalam hatinya.

Seperti biasanya Denada dan Sharon berjalan-jalan di mal sepulang sekolah. Inilah kebiasaan yang paling disukai mereka saat ini.
“Mao sampe kapan lu terus hindarin Benz?” tanya Sharon sambil mengunyah popcorn kejunya.
“Gue ga hindarin dia kok.”
“Ga hindarin dia gimana? Setelah acara dia nembak lu itu, lu sama sekali ga ngomong ma dia. Telepon ga diangkat, mez ga dibales, ngomong langsung lu cuekin.”
“Sharon, lu napa sih? Tiba-tiba ngomongin dia?” tanya Denada heran.
“Da seminggu, Nada. Gue cuma kasian ma Benz. Sepertinya dia tuh serius ma lu. Meski dia dicap playboy ga berarti dia ga bisa serius suka ma cewek kan? Kalo lu emank ga mao ma dia, lu harus tegas donk. Atau… lu sendiri juga suka ma dia?”
“Gue… em… gue… gue… ga…” jawab Denada tersendat-sendat.
“Ga usa terusin. Gue tao kok lu juga suka ma dia.”
“Ga lagi... Cuma..em…”
“Di mulut emank ga. Tapi hati sapa yang tao. Mikirin baek-baek dulu dech baru mutusin. Good Luck ya hehe…”

Enam bulan kemudian Denada jadian dengan Benz. Kok bisa? Ini berkat perjuangan keras Benz. Setelah seminggu Denada memikirkan kata-kata Sharon, akhirnya dia memutuskan membahas masalah ini dengan Benz. Pembicaraannya dengan Benz berakhir dengan sebuah kesepakatan. Apa itu? Benz harus berlaku baik, seragamnya harus rapi, ga nunjukin sikap playboy, pokoke harus jadi “cowok baik” di mata Denada. Ganknya, sesama siswa, bahkan para guru terkejut melihat perubahan pada diri Benz yang secepat pesawat jet itu. Benz yang biasanya juara lima besar dari bawah menjadi lima dari atas. Benz yang biasanya keluyuran cari mangsa saat istirahat, kini hanya di kelas, kantin, atau ke kelas Denada. Benz yang dulu anak bandel menjadi anak yang baik dan penurut. Ini benar-benar lain. Benz sekarang bukan lagi Benz yang dulu.

Dikarenakan prestasi Benz yang cukup bagus itu, dia dapat melewati UAN dengan baik. Dia sedih juga karena dia sudah lulus sedang Denada akan naik ke kelas 3. Mereka akan jarang bertemu dari biasanya. Semua kesedihannya terobati saat dia diterima Denada. Finally, hati Denada luluh oleh segala usaha keras Benz. Cowok itu nembak dia pas acara sweet seventeen nya. Birthday nya kali ini benar-benar sweet dech. So, bisakah cinta mengubah seseorang? Let’s prove it urself!

No comments:

Post a Comment