Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Saturday, October 17, 2009

Sepotong kisah semalam di Simalem

Sebuah perjalanan yang belum pernah dilakukan YADers ini memacu semangat semuanya. Jumat, 3 Juli YADers berangkat ke S3S, rumah yang amat dikagumi. Setibanya di sana, kami disambut hangat oleh Suhu Light, sejie, sesiong dan disajikan makan malam. Kegiatan malam itu dilanjutkan dengan acara foto dimana fotografernya Suhu Light dan para modelnya cewek-cewek YADers. Para cowok sedang asik bermain di kamar mereka. Kemudian tibalah suatu saat yang sangat dihindari oleh YADers yaitu acara minum bandrek alias air jahe. Panasnya membuat tenggorokan menjadi panas. Dengan perjuangan akhirnya semuanya dapat menghabiskan gelas masing-masing. Ada kejadian yang sangat memacu jantung para cewek. Ketukan di pintu kamar yang disambut dengan wajah mengerikan membuat ketakutan para cewek yang pada akhirnya ternyata adalah topeng yang dikenakan salah satu cowok. Hal ini membuat salah satu cewek yang membuka pintu dan terkejut akan topeng itu menangis dan membuat heboh cewek lainnya. Kejadian ini sebagai pemanasan untuk besok yang belum bisa diprediksikan akan bagaimana jadinya. 3 Juli 2009.

Pagi yang cerah mengawali semuanya dengan sangat sempurna. YADers dan Suhu Light sarapan bersama dan bersiap untuk berangkat tentunya dengan wajah yang sumringah. Semangat yang masih segar terdapat pada tiap individu. Perjalanan memakan waktu dua jam lebih dikarenakan terjadi sedikit kemacetan. Setibanya di sana, kami bertemu dengan para pemimpin outbound camping ini. Setelah membuang simpanan di toilet yang berkaca transparan itu kami meneruskan berkeliling di kawasan yang dikenal dengan “Pearl of Lake Toba ini”. Di bawah kawasan ini adalah kawasan tao Silalahi dimana memiliki kedalaman 1000 m. Pertama kami berfoto di sejejeran batu yang bertuliskan nama yang sangat mengagumkan ini kemudian beralih ke Tongging point. Kawasan itu terdapat amphitheater yang belum sempurna dibangun dan direncanakan adalah tempat untuk diadakan pertunjukan atau festival dan sejenisnya kemudian juga ada tempat dijualnya cinderamata (Tongging Mart). Matahari yang bersinar sangat terik membuat kami tidak bisa berlama-lama di sana. Oleh karena itu setelah diambil beberapa foto oleh fotografer Suhu Light, kami melanjutkan ke sebuah vihara yang belum selesai dibangun. Vihara ini katanya menyerupai sebuah vihara kuno di Cina, ornamen-ornamennya juga didatangkan dari Negeri Tirai Bambu itu. Kami memutuskan tidak melihat-lihat ke dalam karena vihara tersebut belum memasuki tahap penyelesaian. Acara berkeliling diakhiri dengan makan siang di Toba café. Makan siang yang enak menambah semangat kami untuk melanjutkan ke acara outbound. Sebelumnya kami mengunjungi Kodon Kodon café yang pemandangannya lebih bagus dari Toba café yang sebelumnya kami kunjungi. Barang-barang kami yang berat dikumpulkan di sana untuk diangkut ke kawasan camping.

Setelah semuanya bersiap maka kami pun berangkat memasuki sebuah hutan yang bernama Sibuaten. Sibuaten ini dalam bahasa Batak artinya saling mengambil karena di hutan ini masih terdapat banyak penghuninya sehingga mereka sering mengambil nyawa orang asing, yang masih belum dikenali. Jika sedang berjalan di tengah hutan kadang orang tersebut bisa menghilang, itu kata Pak Ramona, pemimpin outbound kami. Cuaca yang sangat bagus mendukung perjalanan trekking kami, tanahnya kering sehingga memudahkan kami. Dalam hutan digali banyak pengetahuan mengenai dunia botani. Terdapat berbagai jenis flora yang tumbuh dengan sendirinya di hutan. Rencananya akan diteliti lebih lanjut untuk dinamai masing-masing. Ada anggrek hutan yang jika hendak dirawat amatlah sulit, kaktus hutan yang berwarna merah menyerupai buah strawberry dan menempel di tanah, ada jamur kuping yang melekat pada batang-batang pohon, ada sejenis tumbuhan paku yang menyerupai tumbuhan paku yang biasanya hidup di air, kemudian ada pohon kemenyan, ada pohon beringin yang sangat unik dimana batang luarnya akan memakan habis batang dalamnya dan seterusnya, dan yang paling banyak ditemui dalam hutan ini adalah tumbuhan rotan yang berduri. Sambil melihat keunikan alam tak terasa kami telah tiba di air terjun kembar yang istilah kerennya “Twin Waterfall”. Ada dua buah air terjun yang dibatasi oleh batu-batu yang besar. Tak ketinggalan acara foto-foto dengan mencari spot-spot yang bagus. Ada salah satu cewek yang tak sengaja tercebur ke dalam air sehingga baju, celana beserta jaketnya ikut basah. Sekitar setengah jam kami menghabiskan di air terjun dan kami melanjutkan perjalanan ke kawasan camping. Kami menemukan lubang ular pemakan semut di tengah perjalanan. Kata Pak Ramona hutan ini juga terdapat banyak siamang yang kadang-kadang menampakkan dirinya. Sesampainya di kawasan camping, kami sibuk melihat kemah yang akan kami tempati selama semalam, kamar mandi yang akan kami gunakan selama semalam, dan daerah sekitar sana yang akan menemani kami selama semalam. Ternyata di depan kemah kami terdapat aliran sungai yang cukup jernih. Kami diijinkan mandi di sana tetapi dengan tidak menggunakan sabun. Kamar mandinya cukup bersih dan kemahnya cukup nyaman untuk ditempati. Kami menghabiskan sore dengan bermain permainan. Keceriaan menghiasi permainan kami. Canda dan tawa tak luput dari pembicaraan kami yang diselingi cemilan-cemilan. Saat yang kami nantikan yaitu makan malam karena cacing di perut telah melakukan demonstrasi. Sajiannya tidak begitu lezat, sebelumnya kami juga makan jagung rebus yang tak begitu nikmat. Sangat berterimakasih kepada sejie yang telah menyediakan sebutir telur bagi tiap orang sehingga setidaknya masih ada lauk yang dapat kami makan. Acara dilanjutkan dengan nyanyi-nyanyi. Berbagai jenis lagu kami nyanyikan dari lagu kebangsaan negara tercinta, lagu pop Indonesia, lagu Mandarin dan Barat hingga lagu daerah dan yang tak ketinggalan bernostalgia dengan lagu-lagu masa lalu yang bahkan kami belum lahir. Ternyata ada seorang cowok YADers yang lumayan tahu tentang lagu-lagu zaman orangtua kami dan ada dua orang cewek yang bahkan mahir menyanyikan lagu daerah Batak. Sungguh sebuah kenangan yang amat manis. Di sela itu ada sebuah permainan menyanyikan lagu “Di sini senang, di sana senang” dengan mengubah huruf vokal menjadi a, e,I, o, u. Dua belas YADers dibagi menjadi lima kelompok yang dimenangkan oleh kelompoh berhuruf vokal i. Saat bermain suasana sangat heboh dan terjadi teriakan-teriakan sebagai wujud luapan emosi bahagia kami. Malam yang kian larut ditutup dengan sebuah tidur istimewa di tempat yang luar biasa. 4 Juli 2009.

Pagi hari yang indah dan adem menyambut hari kami. Matahari pun tersenyum ceria mengucapkan selamat pagi. Saat membuka mata, mungkin ada diantara kami yang tersentak kaget tak mengenali keadaan sekeliling. Hal ini wajar karena bermalam di sebuah tempat asing yang sangat sederhana dimana sangat berbeda dengan keadaan rumah kami. Suasana pagi yang sangat bersahabat memberi angin kesegaran baru bagi kami. Santapan sarapan pagi yang dihidangkan tepat mengisi perut kami yang mulai bernyanyi. Kami membawa sarapan dan duduk di pinggir sungai. Mungkin ini pertama kalinya bagi kami menyantap sarapan sambil menikmati keindahan alam pada pagi hari. Selesai berbenah, kami menyeberangi sungai. Butuh konsentrasi untuk menyeberanginya karena batu-batu sangat licin. Kemudian kembali memasuki hutan yang lebih menantang dari hari sebelumnya. Sekitar setengah jam kemudian kami tiba di jalanan dan melanjutkan dengan jalan panjang yang semakin menanjak hingga akhirnya kembali ke Kodon Kodon café tempat kami memulai outbound kemarin. Ini ibarat sebuah perlombaan yang dimulai dan diakhiri di tempat yang sama. Perjalanan pulang ke S3S kami bercerita banyak dan bernyanyi-nyanyi. Tak sedikitpun tercermin kelelahan di wajah kami. Kami menyantap makan siang di Tebu Manis dan kembali ke S3S. Sore harinya, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Medan. Sekitar empat jam kami habiskan karena kemacetan yang luar biasa. Namun, kami mengisi perjalanan dengan bernyanyi sepuasnya seakan di lain waktu kami tak bisa bernyanyi bersama lagi. Mungkin saja, karena segala hal di dunia ini tidak pasti. Oleh karena itu, semasih bisa kami berkumpul bersama maka kami akan menikmati saat-saat itu dan menjadikannya potongan-potongan kenangan yang akan mendiami hati masing-masing. 5 Juli 2009.

“Back To Nature” sebuah istilah yang bisa menggambarkan keseluruhan aktivitas YADers kali ini. Dari kegiatan ini, kami masing-masing mendapat banyak pelajaran. Satu hal yang pasti, kami akan lebih bersyukur dan lebih menghargai serta menikmati hidup ini.

Di kala memasuki hutan yang penuh dengan rintangan, akan terpikir betapa mudahnya kita pergi ke mana saja dengan mobil ber-AC yang membuat kita terlindung dari segala debu dan kotoran.

Di saat makan lauk yang seadanya serta rasa masakan yang aneh, akan terpikir betapa mudahnya selama ini kita mendapatkan makanan enak yang bahkan kadang kita menyia-nyiakannya.

Di kala tidur di sebuah kemah dengan banyak orang di dalamnya, akan teringat betapa nyaman dan empuknya tempat tidur kita beristirahat selama ini.

Di saat tersedia kamar mandi yang seadanya dan air yang diragukan kebersihannya, akan teringat betapa kita tak menikmati setiap aktivitas di kamar mandi yang selama ini dilakukan.

Di kala kita harus hidup dengan berbagi dan berdampingan dengan orang lain, akan teringat betapa egoisnya diri kita selama ini dan kadang tak menghargai sebuah jodoh.

Di saat keberadaan kita begitu dekat dengan alam, akan teringat betapa selama ini kita secara tak langsung ikut merusaknya dengan segala aktivitas dan kebutuhan kita.

Di kala dan di saat kita menyadari keindahan alam dan menikmatinya, kita akan menyadari juga bahwa kehidupan yang nyaman dan berkecukupan takkan mampu kita lepaskan. Keindahan alam takkan mampu melampauinya. Kisah ini hanya akan menjadi sebuah pembelajaran tentang penghargaan akan perjuangan hidup.

Pada akhirnya setelah pulang kita merasa terusik dengan kekotoran tubuh kita, harus kita sadari itulah diri kita yang tak luput dari kekotoran batin sehingga saat kita ingin segera membersihkan tubuh kita, maka harus kita sadari kita juga harus berusaha menjaga kebersihan batin kita.

Mungkin kita menganggap ini semua hanyalah sebuah aktivitas mengisi waktu liburan namun kehidupan seperti ini masih dijalani oleh saudara-saudara kita di daerah lain maupun belahan dunia yang lain. Mereka mampu menghadapi semua rintangan dan cobaan serta berjuang untuk hidup hari demi hari. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita bersyukur akan apa yang telah mudah kita peroleh selama ini yang telah jauh dari sebuah kata “sederhana” dan mengerti akan sulitnya berjuang untuk hidup. Dengan demikian, kita tidak akan menyia-nyiakan hidup ini dan mewarnainya dengan berbagai kegiatan yang berguna bukan hanya untuk diri sendiri melainkan orang banyak. “Hidup adalah perjuangan” sebuah kalimat sederhana yang saya rasa layak menutup kisah ini.

No comments:

Post a Comment