Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Tuesday, February 22, 2011

He begins to become part of my life...^^


Perkenalan kami diawali dari bulan Okober tahun lalu. Aku tak mengingat dengan jelas dari mana berawal hingga kami bisa kenal, Mungkin karena ada sebuah perlombaan yang kebetulan diikuti oleh kami berdua. Sebelumnya aku sudah tahu dia, kami pernah sekelas di semester awal. Berlanjut dari perkenalan mendadak, kami mulai bertukar kabar setiap hari lewat salah satu situs jejaring sosial. Kemudian karena keperluan tertentu kami bertukar no ponsel dan akhirnya sejak itu terus bertukar kabar hingga sekarang. Pada awalnya aku merasa biasa saja. Aku tetap menganggapnya teman meski setiap hari bertukar kabar. Bukankah tidak semua orang mendekatimu karena sesuatu hal? Namun kata temanku. jika seorang cowok itu sudah dapat dipastikan ada apa-apanya. Aku tidak mau terlalu memusingkan hal itu. Aku menikmati hubungan kami hingga minggu lalu dia menyatakan sesuatu yang cukup mengejutkan. Akhir-akhir ini memang telah banyak gosip beredar dan aku orang yang cuek akan hal itu. Aku menganggap hubungan kami biasa-biasa saja, dia juga tidak pernah mengungkit ke arah di luar pertemanan kecuali malam itu, kalau masih bisa disebut malam. Sejujurnya, aku telah merasa nyaman dengan hubungan seperti ini, dan malam itu aku belum bisa menjawab apa-apa. Sekarang? Aku sudah memiliki jawabannya, aku termasuk tipe orang menunggu, menunggu dia bertanya mungkin dan hanya mengikuti arus yang mengalir. Bukankah sekarang juga tidak bermasalah. Kuakui dia sudah menjadi bagian dari hidupku sekarang. Sulit menjelaskan lewat kata-kata, hanya bisa dirasakan segala proses yang kami jalani hingga sekarang. Aku taku mau berharap banyak dan aku benci berharap sebab aku benci kecewa. Untuk itu, aku hanya menikmati yang aku miliki sekarang. Dia telah ikut andil dalam keseharianku dan aku menhargainya hingga kini. Bersyukur terhadap hubungan ini...

Thursday, February 17, 2011

Sepotong pikiran di pagi hari...

Dua minggu belakangan ini, aku selalu bermimpi di hampir tiap malam. Mimpi yang buruk, aneh, dan yang biasa-biasa saja ikut berpartisipasi dalam imajinasiku. Mereka seakan berlomba-lomba bersaing agar ketika aku terjaga aku tetap mengingatnya. Ada mimpi yang merupakan lanjutan lainnya. Aku melihat wajah-wajah orang sekitarku dalam mimpi itu. Beberapa hari ini tidurku pun tidak nyenyak. Memang aku sedang memikirkan banyak hal hingga otak ini juga lelah, tetapi tetap saja aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kurang dari dua minggu lagi aku harus pindah kos. Bukankah ini yang kumau sejak dulu. Hidup bebas dari mereka, menjalani kehidupanku sendiri, tidak perlu memusingkan barang yang berantakan, tumpukan piring di dapur, sampah yang bertumpuk, anjing yang menyebalkan. Bukankah aku mengingkan pindah dari sini sejak dulu? Aku bertahan di sini karena mama lebih tidak khawatir kalau aku tinggal bersama mereka. Kini saatnya mau tidak mau aku harus pindah, aku malah berpikir dan mengulang semua kejadian aku di rumah ini. Rumah yang selama 2,5 tahun telah menemaniku dalam segala suka dan duka, Empat sisi dinding kamarku yang senantiasa mendengar tangis dan tawaku. Terlepas dari semua kekesalan dan ketidaksukaanku, mereka semua telah berhasil mengisi ruang penting di hatiku. Aku tak mampu berjanji untuk tidak mengeluarkan ketika aku harus pindah dari kamarku, dari rumah ini. Apapun itu, yang perlu kusiapkan sekarang selain mengemas barang, adalah hati yang kuat untuk menghadapi kehilangan ini semua. Hidup itu selalu berubah bukan? Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari.

Perubahan yang lain ada pada sahabatku. Awalnya, dia selalu mengatakan tidak akan berubah dan berusaha menyediakan waktu untukku meski dia telah memiliki pasangan. Sejujurnya, aku tidak percaya pada idealisme seperti itu. Meski aku tahu dia telah berusaha, tetapi tetap saja, status dia sudah berubah sekarang, dia harus menyediakan waktu untuk pasangannya sehingga intensitas kebersamaan kami cenderung berkurang. Aku tak menyalahkannya, malah aku yang merasa tak enak hati jika terus-terusan mengajaknya. Dari dulu, yang aku takutkan itu, aku terlalu egois untuk memulai suatu hubungan, waktuku habis di kampus, organisasi, dan teman. Aku belum siap menyediakan waktu buat seseorang. Sekarang kegiatan organisasiku telah berhenti sepenuhnya, baik kampus, non kampus, profit, non profit. Aku ingin menikmati masa-masa terakhir kuliahku sekarang ini. Itu saja aku telah menghabiskan sebagian besar waktuku di kampus. Keegoisanku sudah berkurang dan aku akan berusaha untuk menyediakan lebih banyak waktu lagi untuk hal lain. Mungkin aku harus mulai membuka hatiku dan memberi kesempatan untuknya.

Aku takut akan perubahan meski aku tahu tak ada sesuatu apapun yang ada di dunia tidak mengalami perubahan. Rencana setelah lulus kuliah, akan berpisah dengan teman-temanku dan menjalani kehidupan masing-masing. Akankah kami bertemu di suatu masa yang akan datang? Bahkan sahabat yang tidak berpisah sekarang saja, masih berada dalam satu kota, perubahannya begitu pesat sejak dia telah berpasangan. Dan aku berjanji pada diriku sendiri. Ini untuk terakhir kalinya aku memiliki sahabat laki-laki tanpa ada rasa suka apapun. Sudah cukup dua kali sakit seperti ini, aku tak akan mempercayai laki-laki manapun lagi yang menawarkan persahabatan. Sikapnya sekarang? Mendadak perhatian menanyakan kabarku, padahal ketika bertemu seperti orang yang tak saling mengenal. Aku punya perasaan, dan itu bukan terbuat dari batu. Aku tak suka dengan ketidakkonsistenan yang mempermainkan perasaan orang, seenak hatinya menyapa dan memalingkan wajah. Aku sudah terlalu sakit untuk itu. Kadang aku ingin sekali berlaku seperti lainnya yang tak akan terluka dan balas memalingkan wajah. Seandainya aku bisa melakukan seperti itu.


Baiklah sudah cukup pikiran di pagi hariku. Aku tak ingin merusak Jumat yang cerah ini dengan kesedihan sia-sia. Sampai bertemu di curahan hati selanjutnya, Sobat.

Tuesday, February 15, 2011

Day After Valentine

Lanjutan dari tulisanku sebelumnya. Mengapa aku tidak memberi judul pas hari Kasih Sayang itu. Alasannya sederhana karena tahun ini kejadian yang lebih berkesan adalah sebelum dan sesudah hari itu. Aku akan berbagi sedikit mengenai perayaan hari Kasih Sayang tahun ini. Pagi-pagi berangkat ke kampus untuk mengikuti kuliah pengganti dan sangat tidak beruntung ternyata ditiadakan. Aku harus menunggu hampir 3 jam lagi untuk kuliah selanjutnya. Setelah beres kuliah, aku berkumpul bersama beberapa orang temanku untuk makan siang alias valentine lunch. Cuaca Bandung beberapa hari ini luar biasa panasnya. Pulang ke kosan untuk istirahat sebentar, kemudian pergi potong poni. Sorenya aku pergi dengan salah seorang temanku untuk makan malam. Karena lebih awal maka kami berkeliling-keliling dahulu. Dia membawaku ke sebuah tempat baru. Aku menyukai tempat itu, cukup menyenangkan. Karena gerimis, kami sempat berpindah meja. Setelah itu, kami pergi nonton sebuah film Thailand "Crazy Little Thing Called Love". Sebuah film yang sangat bagus dan tentunya menyentuh hati yang menutup malam ini sungguh sempurna. Ternyata ada lanjutan dari malam yang sungguh sudah sempurna itu. Pernyataan darinya membuatku cukup terkejut. Sesuatu yang bisa dikatakan cukup mendadak. Meski akhir-akhir telah beredar banyak gosip tapi aku tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh karena aku sudah nyaman dengan hubungan kami yang sekarang. Aku sungguh takut semua itu akan rusak hanya karena ada perasaan lain. Meski aku tahu perubahan itu akan selalu ada, aku tetap sedikit takut. Pembicaraan yang cukup panjang membuatku menyadari satu hal yang selama ini aku tak menyadarinya. Kejadian di pagi pada hari yang baru ini membuatku merenung sesaat hingga aku jatuh tertidur. Setelah tidur beberapa jam, hari ini yang kutunggu, hari keputusan kepindahanku. Keputusan akhir adalah aku akan pindah dari kosku yang sekarang. Cukup sedih. Meski kadang aku tak menyukai tempat ini, telah banyak kenangan tersimpan di dinding 4 sisi ini. Tangisan, kemarahan, tertawa, dumelan, semuanya ada di sini. Sudah dua setengah tahun menemani hari-hariku. Hingga aku bercerita ini kepadamu, hatiku seakan enggan mempercayai ini semua bahwa memang kenyataannya aku harus pindah. Meninggalkan semua kenangan di sini dan menghadapi lingkungan baruku, orang-orang bau dan mengukir lagi pengalaman yang baru. Hari ini otakku seakan ingin sekali berhenti berpikir karena jujur aku sudah cukup lelah. Dua pernyataan yang benar-benar memeras daya otakku untuk berpikir. Mau tidak mau, siap tidak siap, ini harus kuhadapi sendirian. Then, wish me luck!!

Sunday, February 13, 2011

Day Before Valentine

Pagi ini hingga sore aku habiskan dengan berkunjung ke Vihara Vipasana Graha di Lembang. Aku selalu menyukai tempat itu. Entah mengapa setiap aku berkunjung ke sana, perasaanku akan lebih tenang dan jawaban yang aku cari dari kebingungan dan permasalahanku sepertinya kutemukan. Meski tidak secara keseluruhan tapi selalu membantuku menghadapi berbagai persoalan. Hari ini kunjunganku lebih khusus untuk mendengarkan talkshow dari Bhante Agadipo mengenai cinta, topik yang cukup menarik dan sangat pas dalam menyambut Hari Kasih Sayang besok. Jika ditanya tentang perasaanku, sejujurnya aku hanya ingin mendengar sedikit sharing dari Bhante dan tentunya ada jawaban yang ingin kucari. Pagi tadi aku bangun sedikit telat, kebiasaanku di hari Minggu selalu bangun pada pukul 7 seperti sudah ada alarm tubuh. Begitu juga pagi ini, meski sedang asiknya bermimpi tiba-tiba alarm tubuh mengingatkan untuk bangun. Sedikit terlambat tiba di kampus, tapi bukan KMB namanya kalau tidak telat. Perjalanan ke Lembang pun lancar, tidak ada kemacetan. Tiba di sana, kami tunggu sejenak, acara baru dimulai.

Bhante menceritakan banyak kisah nyata dan kasus nyata seputar dunia percintaan dan menjelaskan betapa dahsyatnya racun cinta dan betapa membingungkannya misteri cinta. Betapa sakitnya cinta itu, tetap saja banyak orang ingin mengalaminya. Ketika kita terpesona dengan seseorang akan ada perasaan seperti disetrum dan senang berada di dekatnya bahkan segala sesuatu yang berhubungan dengan dia kita suka. Begitulah perasaan menyenangkan ketika dilanda cinta. Yang menarik hatiku dari keselurahan talkshow yaitu jodoh dan karma. Kita sering menyebut seseorang itu jodoh kita dan kita memiliki keyakinan dia memang benar-benar cocok buat kita. Namun kenyataannya, jodoh kita di dunia bisa lebih dari satu. Tingkat kecocokan juga bisa beragam. Untuk itu, tidak ada jaminan yang pasti bahwa orang yang kita yakin jodoh kita akan selamanya menjadi pasangan kita. Dengan keberadaaan dan hubungan kita dengan seseorang itu diakibatkan oleh buah karma kita sendiri. Yang bisa kita upayakan untuk menemukan pasangan yang baik adalah berdoa dan berusaha. Berdoa agar kita diberi petunjuk dan berusaha berbuat baik untuk mengumpulkan karma baik kita. Pasangan yang baik adalah yang bisa saling mendukung, mengingatkan, dan bisa membantu kita menghimpun lebih banyak lagi kebajikan. Bhante mengingatkan berkali-kali untuk hati-hati dan teliti dalam memilih pasangan hidup. Cinta tidak bisa dipaksakan karena kita juga tidak suka dipaksa. Untuk itu, jika ditolak dan diputuskan, jangan putus asa, harus tetap bersabar dan mengasah pengetahuan dan ketrampilan, jadikan kualitas dirimu lebih banyak lagi. Ketika kamu memutuskan ingin menyatakan cinta, maka harus bersiap untuk ditolak. Namun, itu jauh lebih baik jika kamu tidak menyatakannya maka peluangmu tidak ada. Jika kamu memutuskan untuk membina sebuah hubungan pacaran bahkan suami-istri, maka harus lebih sabar, lebih menurunkan ego, lebih mengendalikan diri, lebih mengalah, dan setia. Ketika sedang dilanda cinta, segala sesuatu akan terasa indah dan menyenangkan, jadi harus selalu diingat bahwa kenyataan tidak akan seindah itu, akan banyak perbedaan dan hambatan-hambatan yang harus dihadapi dengan kesabaran dan pengendalian diri. Dalam sebuah hubunga terpenting adalah kesetiaan, komitmen, kejujuran. Itulah inti sari yang berkesan menurutku.

Dua tahun lalu, aku merayakan Valentine dengan temanku, tak ada hubungan lebih selain teman, meski kami lumayan dekat. Sesuatu hal yang merusak persahabatan yaitu perasaan cinta itu mengacaukan segalanya. Pada akhirnya, hubungan kami menjadi retak dan renggang. Kabar dia sekarang? Dia telah memiliki pasangan yang mungkin lebih cocok dengannya dibanding diriku. Seseorang yang dulunya sangat tidak dia sukai menjadi yang dia sukai.

Tahun lalu, Valentine bertepatan dengan Imlek. Aku merayakannya bersama salah seorang sahabatku. Kami pergi seharian. Kabar dia sekarang? Dia baru saja memiliki pasangan. Meski aku tidak yakin hubungan mereka akan berlanjut, aku tetap berharap mereka mampu menghadapinya bersama. Selalu kudoakan yang terbaik untuk mereka.

Sejujurnya, aku bukan tipe orang yang mengistimewakan suatu hari. Menurutku tidak masalah mau merayakannya di hari yang mana. Itu bukanlah sesuatu yang sangat penting. 

Sore tadi, aku sempat berkonsultasi dengan Bhante dan meminta pandangan dari beliau. Jawaban beliau hampir mirip dengan jawaban mama. Mungkin aku harus benar-benar mempertimbangkannya dengan jawaban dari dua orang yang cukup penting. 

Monday, February 7, 2011

Seventh Month in 20th

Waktu berjalan sangat cepat, terlampau cepat malah. Aku udah memasuki bulan ketujuh di usia 20. Kehidupanku kembali ke kota kecil ini, Bandung. Aku akan meneruskan perjuangan kuliah dan kesendirian di sini dengan segala rutinitas yang melelahkan. Minggu pertama dengan sangat jujur kukatakan, aku belum berniat sama sekali untuk memulai kuliah. Minggu kedua seluruh tugas sudah menanti dengan sangat manis untuk dikerjakan, bertumpuk beserta tugas makalah dan presentasi. Jadwal kuliahku sangat tidak mengenakkan. Biasanya padat dan tidak merata, sekarang malah saking meratanya aku tak mendapatkan libur sama sekali. Tiap hari harus kuhabiskan di kampus dan ada 2 hari yang jeda 3 jam. Semester ini bisa diramalkan aku bakal menjadi anak baik di kampus dari pagi hingga sore, dari matahari terbit hingga terbenam. Presentasi untuk asdos gagal dan kacau dengan sangat sukses. Semuanya di luar kendali, jadwal wawancara mendadak berubah dan persiapanku kurang. Aku memang berniat dari awal untuk menggagalkannya namun bukan seperti ini yang kuinginkan. Itu semua tidak menjadi masalah, aku malah membayangkan ketika sidang skripsi nanti. Mental seperti apa yang harus kumiliki dan persiapan apa yang harus kulakukan untuk menghadapi para dosen itu. Hubungan ku dengan sahabatku benar-benar kandas. Dulu kuanggap mereka lebih dari yang lainnya ternyata perubahan cepat terjadi justru terjadi pada mereka. Mudah menjadi dekat, semudah itu juga menjauh. Membuatku mempertanyakan apakah dasar teori yang mengatakan sesuatu yang mudah didapat akan mudah ditinggalkan benar adanya.Apapun yang telah terjadi, sudah terjadi. Yang bisa kupunya hanyalah sebingkai kenangan manis yang pernah dilalui aku bersama dengan mereka. Ikatan jodoh itu telah usai. Imlek tahun ini kuhabiskan dengan benar-benar sendiri. Selama seminggu aku tinggal sendirian di kosan. Seisi rumah pulang untuk merayakan Imlek bersama dengan keluarga. Aku bahkan tak berencana untuk pulang. Malam sebelum tahun baru Imlek aku masak steamboat sendiri dan makan sendiri karena salah seorang sahabatku membatalkan janji datang menginap dikarenakan kejadian mendadak. Aku tak menyalahkannya karena aku tahu dia sungguh menyesal. Di hari pertama tahun baru, aku pergi makan siang dengannya kemudian ke kelenteng untuk berdoa awal tahun. Malamnya pergi makan bersama dengan sahabatku yang lain. Aku sungguh senang tahun baru kelinci ini aku menghabiskan dengan dua orang yang merupakan sahabatku saat ini dan semoga hingga nanti juga. Dan kabar gembiranya salah satu dari mereka sudah menemukan pasangannya. Kudoakan agar langgeng hingga ke jenjang lebih tinggi. Seorang lagi, aku tahu dia tidak suka mengikat suatu hubungan karena dia memiliki masa depan yang hendak dia rancang sendiri dan itu membuatku kagum. Darinya aku belajar banyak hal baru dan menarik, pemikirannya sangat bebas dan terbuka. Sementara yang satunya lagi pemikiran sangat tertutup, darinya aku juga belajar banyak hal mengenai batasan-batasan. Aku bersyukur memiliki keduanya. Sementara itu, aku sendiri juga lebih membuka diri dan mulai berpikir ke arah sana. Aku tak tahu keputusanku ini benar apa tidak, dan mungkin ini saatnya untuk mencoba. Dua pribadi yang sangat berbeda. 
Baiklah itu sekilias mengenai bulan ketujuhku. Semoga bulan depan lebih baik lagi hingga perjuangan terakhir kuliahku.