Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Friday, June 24, 2011

Count down 2 weeks...

Terima salam sapaku sobat, terhitung dua minggu menuju penggenapan kisah satu tahun usia ke-20. Dari bulan pertama hingga menuju bulan terakhir ini telah terjadi banyak sekali hal. Bahagia, sedih, tangisan, keceriaan, semuanya menyatu. Beginilah hidup. Setahun ini sungguh kurasakan waktu yang amat sangat cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apa karena pengaruh aku menulis kisah diriku sebulan demi sebulan sehingga tak terasa waktu berlari. Aku menikmati tiap bulan, tiap minggu, tiap hari, tiap jam, tiap menit, dan tiap detik dari kisahku. Rangkaian cerita yang kususun bulan demi bulan yang mengukir kesan tersendiri ketika aku membaca ulang. Untuk itu, aku merencanakan akan terus menulis kisahku di usia-usia selanjutnya. Mungkin aku terlalu malas untuk menulisnya sehari demi sehari seperti yang dulu kulakukan. Biarlah kisah sebulan kutuangkan dalamm sebuah tulisan untuk berbagi denganmu, Sobat. Aku hanya ingin berbagi, tak lebih dari itu. Tak ada maksud untuk menarikmu ikut dalam kesedihanku atau terlarut dalam kisahku. 

Aku sadar diriku memang kurang berjodoh dengan orang-orang. Entah mengapa, meski aku sudah berusaha bersikap sebaik mungkin kepada semua orang, but it doesn't work. Jika dibanding dulu, diriku sudah jauh mengalami kemajuan. Terutama orang-orang sebaya denganku, entah mengapa aku tak bisa menjalin hubungan dekat yang lama. Mengapa demikian? Hingga saat ini aku belum menemukan jawaban yang pasti. Sementara terhadap orang-orang yang usianya di atas diriku, hubunganku dapat berlangsung lama. Ketika aku yakin bahwa sahabatku ini adalah orang yang benar-benar akan selalu di sampingku ketika aku membutuhkannya. Sekali lagi, aku kecewa. Yah, setiap kali berharap maka kamu akan kecewa. Pernyataan itu terbukti dari satu kasus ke kasus lainnya. 

Sahabatku yang satu telah memiliki seseorang sekarang. Dia tidak seperti dulu lagi, yang lebih sering sendiri ke mana-mana, sama seperti diriku. Dulu, kami sering pergi menghabiskan waktu bersama. Perubahan itu selalu ada. Sekarang, dia selalu ditemani ke mana-mana. Dia tidak lagi merasakan yang namanya kesepian. Dia tidak lagi membutuhkanku. Sudah ada seseorang itu, sudah cukup baginya. Aku juga sadar diri dan kadang merasa tidak nyaman berada di antara mereka berdua.

Sahabatku yang satu lagi yang kuyakin kali itu aku tidak akan salah, karena kuyakin dia akan selalu bersama diriku. Ternyata tidak demikian, belakangan karena kesibukan atau karena tidak ada kegiatan bersama membuat hubungan kami agak renggang. Dia seperti asik dengan dunianya sendiri yang tak kupahami. Aku tak bisa berbuat apa-apa, Tidak mungkin kita bisa memaksa seseorang untuk tetap berada di samping kita bukan? Aku sudah berusaha sebisa mungkin, melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan. Tapi jika dia merasa tidak nyaman dan memilih mundur, itu haknya dia. 


When you are alone because they leave you, believe it, there will be another they come and walk together with you. No worry, just smile. Everything happens for reason.


Ketika ada yang pergi, akan ada yang menggantikannya. Ketika aku jatuh dan merasa diriku sendiri, selalu ada orang yang menawarkan bantuan, menghiburku, dan menemani diriku meski hanya sementara. Aku bersyukur memiliki pahlawan-pahlawan ini. Yeah, I call them my heroes. Aku juga bersyukur pernah mengalami masa-masa manis bersama para sahabatku. Kenangan itu akan selalu mendapat ruang di hatiku.

Dia, dia, dan dia. Dari diantara banyak dia. Saat ini, aku hanya bisa menunggu. Menunggu sesuatu hal tak pasti. Yah, mungkin bagi sebagian orang itu sangat menyiksa, tetapi bagi diriku, aku akan berusaha membuatnya menjadi hal yang sangat menyenangkan dengan aktivitas yang kulakukan sekarang. Fokusku ke dia akan berkurang, hingga muncul sebuah kepastian. Itu karena aku telah terlalu banyak kecewa dan aku lelah berharap. Yang bisa kulakukan hanya menunggu kepastian itu datang. Jika dia tak kunjung tiba, berarti dia memang bukan untukku. 



Thursday, June 23, 2011

Apa aku membutuhkannya?

Aku sering kali bertanya pada diriku apa yang aku butuhkan? Popularitas? Kekayaan? Kecantikan? Kepintaran? Karir yang bagus? Benarkah aku membutuhkan semua itu untuk hidup bahagia? Bohong kalau kukatakan aku tak membutuhkan itu semua. Aku ini manusia biasa yang tak lepas dari hal duniawi seperti itu. Siapa yang tidak suka dengan popularitas? Banyak orang ingin dikenal hingga menghalalkan segala macam cara. Aku tak memilih jalan seperti itu. Aku ingin dikenal atas pencapaianku, hal yang kuhasilkan. Kekayaan? Uang itu bukan segalanya sobat, tapi segala hal di dunia ini membutuhkan uang. Sakit, makan, tempat tinggal semua tak terlepas dari uang. Kalau kamu memiliki uang dan terdeteksi menderita penyakit parah setidaknya bisa memperpanjang masa hidupmu dengan berbagai peralatan dan obat medis. Kecantikan? Semua orang ingin memilikinya dan melakukan segala cara untuk mempercantik penampilannya. Begitu juga dengan aku, aku ingin tampil menarik. Kepintaran? Aku tidak ingin dicap bodoh. Meski kadang aku sering kali dicap begitu di pergaulan karena ketinggalan suatu tren. Karir yang bagus? Itu idaman hampir semua orang yang lulus. Aku? Masih belum ada bayangan ke mana kakiku ini akan melangkah. Ke perusahaan yang diincar oleh  teman-temanku dimana aku akan terlihat sangat bangga bisa masuk ke sana. 

Why I should compete something that you don't want? Let others. Then what do I need? Popularity, wealth, good career? Just to get respect and show others, "hey, it's me!" Is that all I want? I'm not sure. Till now I don't have an answer from a simple question "What do I need?"

Wednesday, June 22, 2011

17 days to go...

Tepat 17 hari lagi aku akan menggenapkan kisah 12 bulanku di umur ke-20. Apa yang kurasakan? Senang? Bahagia? Yang pastinya aku bersyukur. 
Bersyukur hingga saat ini aku masih bernafas dan dapat menikmati indahnya dunia ini.
Bersyukur hingga saat ini aku masih memiliki organ lengkap untuk beraktivitas,
Bersyukur hingga saat ini aku masih memiliki kedua orangtuaku dan keluarga yang selalu mendukungku.
Bersyukur hingga saat ini aku masih memiliki teman-teman yang berada di sampingku untuk menghiburku.
Bersyukur hingga saat ini aku masih mendapatkan bantuan dari orang-orang mulai dari makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal serta segala kebutuhanku.
Aku bersyukur aku masih hidup.

Dalam waktu singkat selama seminggu ini aku telah mengalami banyak perubahan. Benda itu kumiliki. Akhirnya benda itu berada di tanganku dan menemani keseharianku. Hingga kini aku masih dalam tahap menyukainya. Mama yang memaksaku untuk memiliki benda itu agar alasan klise itu tak lagi menjadi alasan. Oh sungguh mamaku luar biasa. Dia sekarang kini telah mengalami perubahan. Aku harus berkata apa, tidak ada yang kekal di dunia ini. Aku menyesal dan berharap segalanya akan tetap seperti itu. Mama mengingatkanku untuk tidak bercerita rahasia kepada siapapun lagi. Kalau memang aku berada dalam masalah, ceritakan kepada beliau saja. Sungguh luar biasa bukan mamaku? Beliau seakan takut aku terluka, sedih, dan depresi. Mamaku memang mama paling baik. Aku bersyukur memiliki mama seperti beliau. Beliau sungguh mengagumkan dan aku harus belajar banyak dari beliau. 

Aku saat ini sedang sibuk bekerja. Melupakan yang satu memang tidak mudah tapi aku berhasil. Sementara kehadiran satunya lagi yang membuat kami bertiga terlihat kacau dan membuatku tak bisa memejamkan mata hingga larut malam akhirnya berhasil kulewati. Aku melemparkan fokusku sepenuhnya kepada pekerjaan dan berusaha mengembangkannya. Begitulah diriku, ketika depresi selalu mencari pelarian ke pekerjaan. Untuk saat ini sebagian besar waktuku habis di pekerjaan. Yah, aku seperti kembali ke kehidupanku yang dulu. Mungkin ini memang akan lebih cocok dengan diriku. Setelah itu, berlibur sebentar dan sibuk lagi. Mungkin aku memang menikmati kehidupan seperti ini. Mungkin memang diriku sesuai dengan pola kehidupan seperti ini. Good,bad, who knows?

Tuesday, June 21, 2011

I don't know.

Aku tak tahu apa ini, aku tak tahu disebut apa ini, terlebih lagi aku tidak tahu rasa apa ini.

Aku merelakannya, sungguh, jika saja dia berterus terang padaku. Aku bukan orang bodoh yang tak mampu melihat dan tak mampu merasakan. Segalanya terasa nyata di pandanganku. Namun tetap saja, dia hanya berdiam menganggap semuanya tak berarti sementara sikapnya berkata lain. Apa harus yang kuperbuat? Menutup mata menganggap semuanya hanya semu?

Dia datang dari masa lalu, muncul di tengah-tengah kami. Dia telah berhasil membuat segalanya berubah, aku dan juga dia. Dia terlihat beda. Aku kenal dekat dengannya, aku bisa merasakan perubahannya oleh karena dia. Apa aku harus memejamkan mata dan tidak merasakannya?

Mereka berdua sungguh membuatku bingung dengan sikap mereka yang sudah tertebak tapi tak ada satu katapun yang keluar dari mulut mereka yang membuktikannya, Apa yang aku harus kulakukan? Aku tak tahu. Aku seperti orang bodoh di tengah mereka. Aku seperti orang bingung dan tidak tahu apapun yang terjadi. Untuk itu aku lebih milih diam karena aku tak tahu apa yang harus kulakukan dan bagaimana aku harus bersikap. Aku tak tahu.

Sunday, June 12, 2011

It's over now but not the end

Dan inilah akhir dari semuanya...
Tangisan ikut memeriahkan perpisahan yang aku sendiri tak merencanakannya...
Aku tak ingin menyakitinya... namun sayangnya aku telah menyakitinya...

Dia tidak mampu menerima keputusanku untuk mengakhiri semuanya. Aku mengerti karena ini terlalu mendadak. Sebenarnya aku ingin sekali menunda pernyataanku. Tapi, aku takut, aku takut jika aku menunda semalam, aku tak menemukan waktu yang lebih tepat untuk menyatakannya lagi, atau aku bahkan tidak cukup kuat untuk menyatakannya sehingga membuatku semakin tertekan. Katakanlah aku ini egois, aku membuatnya shock mendadak, aku bahkan membuatnya menangis. Aku lebih memilih dia marah-marah seperti biasa daripada seperti ini. Lewat suara aku bisa merasakan kesedihannya. Oh, aku ini memang jahat sekali. Aku benar-benar tak kuasa untuk melanjutkannya. Aku sudah mempertimbangkan ini berhari-hari. Beberapa malam ini aku sering bergadang, tak bisa tidur nyenyak. Aku hanya merasa semalam akan lebih baik, setidaknya sebelumnya kami masih sempat pergi bersama. Namun, mungkin saja itu lebih sakit daripada ada masalah, beradu mulut, dan berakhir. Aku benar-benar tak bermaksud membuat semuanya menjadi lebih sakit, meski kenyataannya demikian. Dia harus benar-benar merelakanku. 

Ungkapan dia semalam membuatku menjadi semakin bersalah untuk menyatakannya. Meski dia tidak mengatakannya, aku sudah tahu semuanya. Diri ini tetap tak mampu melanjutkan. Mulai hari ini kami akan menjalani hari-hari masing-masing. Aku tahu pasti dia belum bisa melepasku. Aku yakin sang waktu akan menyembuhkan segalanya. Kembali kuberserah pada sang waktu. Tidak ada ucapan selamat pagi, tidak ada ucapan selamat malam, tidak ada yang menanyakan kabar. Aku pasti bisa melewati semuanya. Ini akan menjadi lebih baik. Aku harus yakin akan hal itu. Begitu juga dengan dia. Aku harus kuat. Everything will be ok in the end, if it's not ok, then it's not the end. 

Saturday, June 11, 2011

Benda Itu

Benda itu, hungga sampai tahap ini aku menyatakan aku membencinya. Aku tak akan menggunakannya hingga suatu saat aku dituntut pekerjaan untuk menggunakannya. Jujur, kuakui benda itu cukup bermanfaat bagi yang berjauhan untuk mendekatkan diri tentunya jika keduanya menggunakan benda itu. Jika tidak, malah akan menjauhkan yang mendekat. Hingga saat ini, aku belum menemukan alasan yang tepat mengapa harus menggunakannya. Hanya sekedar dekat dengan orang lain, hanya sekedar gosip, hanya sekedar ngobrol, dan aku harus menghabiskan biaya yang tetap setiap bulan untuk menggunakannya, belum lagi harga benda itu memang sudah cukup mahal. Alasan klise yang sangat kubenci adalah "agar lebih mudah berhubungan" dan "butuh buat pergaulan". Yah, budaya sini yang memang sangat mudah teracuni oleh sebuah tren membuat benda itu semakin bersinar.

Benda itu membuat perubahan drastis.
Benda itu mengubah kebiasaan orang.
Benda itu mendirikan dinding pemisah bagi orang lain yang tak menggunakannya.
Benda itu meningkatkan keegoisan seseorang.

Memang tidak semua orang begitu, tapi yang kualami hampir setiap dari temanku berlaku seperti itu. Yang tidak? Hanya bisa terhitung dengan jari. Sungguh, benda itu telah menghipnotis semua yang penting menjadi tidak penting dan semua yang tidak penting menjadi penting bagi sesama penggunanya. Gosip-gosip semakin gencar beredar dan omongan orang dari belakang sangat sukses berjalan terutama bagi orang yang tak menggunakannya. Aku tidak akan tahu apa omongan orang di belakangku dan bergosip menggunakan benda itu. Bukan berprasangka buruk, tapi kadang feeling merupakan suatu hal yang bisa membuat mu memiliki perasa yang lebih sensitif. Apabila itu terjadi beberapa kali dan sempat terbukti tepat beberapa kali, haruskah kamu mengenyahkan feeling yang kamu peroleh? Itu seperti anugerah bagi dirimu. Hingga saat ini dari orang-orang yang kukenal sebagai pengguna benda itu, hanya segelintir yang tidak berubah. Yang ketika aku membutuhkannya, tetap merespon. Sisanya, mereka akan bertindak seolah masa bodoh dengan kebutuhanku dan seakan diriku yang salah tidak menggunakan benda itu. Bukankah itu egois sekali? Yah, mungkin alokasi biaya yang dikeluarkan hanya untuk akses sesama pengguna. Aku sangat membenci itu. Mungkin persahabatan dan kedekatan dengan sahabat hanya sebatas benda itu juga. Salah seorang sahabatku telah menjadi penggunanya, kita lihat saja perubahan dari dirinya. Aku sungguh sudah mempersiapkan mental menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Seorang sahabat lagi masih tetap setia dengan benda yang dia miliki, untuk itu tidak ada masalah dengan cara kami berhubungan. 

Benda itu sungguh memiliki kuasa yang luar biasa...
Mendekatkan orang yang baru kenal...
Menjauhkan orang yang dulu dekat...
Kuakui kehebatan benda itu...

Dengan perawakan yang kecil...
Dengan segala yang dimilikinya...
Dia sukses membodohi diriku...
Dia sukses membuat perubahan drastis...

Dengan benda itu seolah orang membentuk dunia mereka sendiri...
Tak peduli dengan kebutuhan orang lain yang di luar lingkaran...
Aku terlihat seperti orang bodoh, yang memiliki feeling, tapi tidak bisa membuktikannya.
Au sungguh membenci benda itu.

Friday, June 10, 2011

Right Time, Right Moment, Right Place, but not Right Man

Dia hadir di saat aku mulai memberi kesempatan diri ini untuk berbagi dengan orang lain.
Dia hadir ketika aku telah meluangkan waktu untuk seseorang, tidak lagi egois, telah mundur dari segala aktivitas yang menghabiskan hampir semua waktuku.
Dia hadir di tempat yang aku butuh seseorang. untuk alasan yang klise, kemungkinan aku akan kesepian.

Untuk iu, ku mempersilahkannya untuk menapaki bagian dari hati ini yang cukup pribadi. Seiring berjalan waktu, ternyata semua tidak seindah anganan, ternyata perbedaan itu tak mampu tertutupi. Keegoisan masing-masing membuat jarak itu kian membesar. Hingga kini tak kutemukan jembatan yang sesuai untuk menghubungkannya. Aku lelah mengalah terus menerus. Aku letih diam ketika ada konflik. Aku tak kuat menganggap bahwa semuanya akan baik-baik aja. Kenyataan telah berkata lain. Keluarga dan teman-teman juga turut membantuku melihat bahwa segalanya tak bisa dipertahankan lagi. Sudah cukup segala keletihan, kekesalan, dan kebohongan terhadap diri sendiri. Mungkin memang semua harus usai dan melanjutkannya dengan cerita yang lain, bukan cerita yang selama ini kami ukir. Aku memiliki pemikiranku sendiri, perasaan, dan prinsip sendiri yang hingga saat ini tidak sesuai dengannya dan itu tak bisa dipaksakan. Bukankah masih banyak pilihan di luar sana? Kami hanya tidak bisa bersama untuk merangkai kisah yang satu ini. Dia hanya ibarat orang yang muncul di saat yang tepat ketika aku memulai menerima pribadi lain untuk singgah dalam hatiku tapi sayangnya bukan untuk menetap. Menyesal? Tidak. "Bagaimana kamu tahu rasa kue itu enak jika kamu tak pernah mencobanya?". Begitu juga dengan kisah ini, aku telah mencobanya, seluruh yang kurasakan, baik atau buruk, siapa yang tahu? Melihat sosok dirinya, aku mulai memperbaiki emosi dalam diri dan berusaha menekannya turun secara perlahan. Ketika melihat cerminan diriku dalam dirinya, aku belajar mengalah, diam, dan tidak membalas. Itu membuat pribadiku menjadi lebih baik. Setidaknya dari segala yang kualami, ada sesuatu yang bermanfaat bagi diriku. Meski pada awalnya banyak yang telah mengingatkan untuk tidak memulai kisah ini dengan dirinya, namun entah mengapa aku memberinya kesempatan. Atau mungkin lebih tepatnya kesempatan untuk diriku sendiri? Apapun itu, aku telah menjalani semuanya, aku telah melewatinya. dan telah berusaha yang terbaik. Sisanya, aku serahkan kembali kepada waktu untuk memutuskannya. Waktu kembali yang akan menjawab sebuah kata tanya "Kapan?" untuk benar-benar mengakhiri segalanya dan menyimpan sebagai salah satu kerangka kehidupanku yang berkesan.

Monday, June 6, 2011

I'm grateful that I still have them beside me...




We often enjoy saturday night together :D
Make up and dress beautiful for fun saturday night :p


being Lombok princess :p
memories in Bali :D
Once good Sunday 

@ Nusa Dua Beach Bali

@ Bali Safari

Having summer holiday at Paradise Island-Bali

We're happy :D

Eleventh Month in 20th

Sunset @ Senggigi Beach-Lombok

Terimalah salam hangat dariku, Sobat!
Bulan ini cukup berwarna. Setelah disibukkan dengan tugas dan kuis, akhirnya tiba saatnya Ujian Akhir Semester. Rasanya ingin segera membereskan semuanya. Rasanya malas sekali mengulang mata kuliah yg nilainya kurang bagus semester depan. Rasanya ingin menjadikan semester ini menjadi puncak klimaks perkuliahan. Lupakan sejenak soal nilai akhir semester ini. Tiga hari setelah bebas dari kesengsaraan semester ini, aku secara resmi menjadi pengangguran. Sendirian di kosan, tanpa kegiatan yang jelas, tak terurus, pikiran ke mana-mana, suntuk, hanya menatap layar segiempat di ruangan segiempat. Keberadaan dia? Tidak ada. Dia sukses membuat segalanya tambah runyam. Sungguh, hari itu aku sangat berharap dia tidak perlu muncul di kosanku dan menambah kehancuran diriku. Aku kembali merenung posisi dia. Setelah terpuruk selama tiga hari, saatnya aku memberi kesempatan diri ini bersenang-senang. Aku berlibur ke Bali dan Lombok bersama teman-teman cewekku.


  I ever had a dream that one day I'll go to Bali with my girls, and finally I was there.:D 

Sunset @ Bukit Malimbu-Lombok
Meski segalanya tak berjalan mulus awalnya karena segalanya butuh adaptasi dan hidup ini tak jauh dari masalah bukan? Namun segalanya berakhir dengan manis. Liburan ini terasa menyenangkan. Damn, till now i still miss Bali especially Lombok. I always love Lombok more than Bali. Selama liburan aku bertambah dekat dengan sahabatku yang gila, buka-bukaan, tak memasang wajah topeng lagi. Sungguh menyenangkan. Aku sangat bersyukur dia bisa menerimaku apa adanya. Aku tak bisa membohongi dirinya, Lombok menorehkan kisah cukup dalam bagiku. Apapun itu yang menjadi masa lalu seakan kembali hadir dalam kenyataan yang ada. Apa yang harus kulakukan, keadaan sekarang tidak lagi persis masa lampau. Segalanya telah berubah, segalanya telah tidak sama. Kenangan yang sama kembali terulang dalam ruang waktu berbeda dalam suasana berbeda dan dalam tempat yang berbeda. Jujur, ini semua lebih manis dan indah. Oh, mungkin aku sudah hampir gila. Mengharapkan sesuatu yang semu, yang hanya terjadi dalam angananku. Alam bawah sadarku tak ingin melepasnya meski kutahu kecil kemungkinan terwujud karena kondisi telah berbeda. Bahkan dua malam yang lalu aku sempat bermimpi, dalam mimpi aku memiliki kuasa untuk mewujudkannya. Aku hanya menyerahkannya pada waktu. Biarlah waktu menjawab segalanya. Biarlah waktu membuktikan mimpi itu menjadi nyata. Biarlah semuanya mengalir seiring waktu.

The sunset is awesome right? Like light from heaven. It's great! :D