Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Saturday, December 25, 2010

Say Good Bye to Bandung...-2010-

19 Desember 2010
Hari ini terlalu banyak kejadian. Bahagia, sedih, tertawa, menangis, kecewa, terhibur, bercampur aduk menjadi satu. But like a story, I got a happy ending story. UAS AKL1 bisa dikatakan gagal total, hancur. Aku melakukan hal bodoh, hal terbodoh yang pernah kulakukan selama aku kuliah. Lupa menjawb bagian dari soal, padahal itu bagian yang cukup penting dan sebenarnya aku tahu jawabannya. Entah mengapa saat ujian aku benar-benar tidak terpikir menuliskannya. Aku sudah pasrah saja mengenai nilai. Aku dihibur oleh seorang kakak kelas. Dia begitu sabar dan menyemangatiku karena setelahnya aku masih harus mengikuti UAS terakhir. Dia sangat baik dan sangat sabar menghiburku. Thanx to her. UAS terakhir soalnya tidak begitu sulit dan semoga aku mendapatkan nilai yang lebih bagus. Setelah itu, aku segera pulang untuk tidur karena aku sudah bangun dari jam 1 dini hari tadi. Tidur selama sejam cukup ampuh untuk kepalaku yang mulai berdenyut. Merayakan hari pembebasan ini bersama dengan salah seorang sahabat dekatku. Nonton Tron 3D, film yang sudah kutunggu-tunggu dari dulu. Film yang sangat bagus. Bagus actionnya dan bagus maknanya. Aku terharu dengan kisah ayah-anak itu. Film yang benar-benar mengajarkan bahwa nilai kesempurnaan itu tidak akan bisa terwujud dan keserakahan itu hanya akan mengakibatkan kehancuran dan penderitaan. Setelah itu makan malam bersama untuk terakhir kalinya bersamanya di tahun 2010. Kemudian pulang, dan secara tidak sengaja tupperware ku ketinggalan di tasnya sehingga besok pagi aku akan bertemu dengannya terakhir kali di tahun ini. Salah seorang dosenku juga sangat peduli denganku. Kebetulan dia melihat aku menangis saat di kampus. Dia terus menyemangatiku dan selalu mengingatkanku dengan nilai-nilai yang kupegang. Jujur, aku sempat ragu, selalu berpedoman dengan nilai-nilai ku padahal teman-teman lain bisa mendapat jauh lebih baik. Semuanya seakan sia-sia. Tapi, beliau selalu mengingatkanku akan selalu menjadi yang terbaik memegang nilai-nilai itu dalam kehidupan kita. Mataku enggan menutup hingga pukul 12 lewat. Tak kusangka aku telah sadar selama hampir 24 jam hari ini. Hari yang sangat melelahkan tapi menyenangkan dan sangat berkesan.




20 Desember 2010
Pagi-pagi aku mulai membersihkan kamarku dan mengemas barang-barangku. Setelah itu, aku bertemu dengan sahabatku untuk mengambil tupperware ku, mengucap perpisahan dengannya. Sehabis mandi, aku pergi ke salon untuk menata rambutku. Setelah itu, aku pergi bersama seorang temanku untuk membeli oleh-oleh khas Bandung. Setelah itu, kami berlanjut menonton film "Next Three Days" sebuah film yang cukup bagus juga, seorang suami yang benar-benar mencintai istrinya dan dia sendiri benar-benar percaya bahwa istrinya bukanlah pembunuh. Dia melakukan segala cara untuk membebaskan istrinya dari penjara, mencoba hal-hal yang tak pernah dilakukan sebelumnya hanya demi wanita dan keluarga yang dia cintai. Kemudian, kami makan malam di sebuah cafe di daerah atas. Aku dapat melihat pemandangan malam kota Bandung dari atas. Begitu indahnya melihat "bukit bintang" sebutanku menyebut lampu-lampu rumah-rumah itu. Aku bahagia sekali karena sudah lama tak melihat pemandangan seperti ini, sudah lama sekali. Akhirnya aku bisa melihatnya lagi untuk terakhir kalinya di tahun ini. Memandang mereka seakan aku berbicara dengan mereka, meluapkan segala emosiku selama ini, mencurahkan segala perasaanku selama ini, senang, kecewa, sedih, kesal, segalanya. Aku tahu mereka tak bisa menjawabku, tapi setidaknya mereka bisa mendengar dengan setia. Itu sudah cukup membuatku sangat bahagia. Malam ini merupakan malam yang sangat manis untuk mengucap perpisahan dengan kota ini di tahun 2010. Thanx a lot tho him. :D 






21 Desember 2010
Pagi ini aku akan meninggalkan kota Bandung. Di satu sisi aku sangat rindu sekali dengan kampung halamanku namun di sisi lain aku tak yakin aku tidak akan rindu dengan Bandung. Bandung adalah kota yang sangat teduh dan nyaman. But, this is the time to say goodbye. Ketika pesawat membawaku terbang, dalam hati kuucapkan selamat tinggal bandung, sampai bertemu lagi tahun depan.  

Fifth Month in 20th

Sebulan lagi telah kulewati...Bulan ini penuh kesibukan dengan tugas-tugas yang sangat banyak dan menyusahkan. Semester ini benar-benar melelahkan sekali. Hubunganku dengan beberapa sahabatku dulu juga tidak kunjung baik. Mereka telah menjadi bagian dari masa laluku. Biarlah hanya kenangan manis yang kuingat. Telah kusadari setelah jalan beberapa bulan semester ini, aku tidak lagi menjadi bagian dari mereka. Segala sesuatu telah berubah. Mau tak mau aku harus menerima perubahan itu. Bulan ini masih sama dengan bulan-bulan lainnya. Masih hank out with my girls. Ada topik menarik kali ini "membuka kunci gembok". Istilah berkaitan dengan masa jomblo aku yang mencapai 20 tahun... Selain itu, aku mulai dekat dengan satu sahabat baru lagi. Kami sering pergi berdua untuk hank out ataupun menghabiskan malam minggu bersama. Maklum, sama-sama jomblo. Yah begitulah,bulan ini. Dan Ujian Akhir Semester kembali di depan mata dan jujur aku tidak siap, pasrah saja terhadap nilai-nilai semester ini. Semoga tidak begitu hancur. :D

Wednesday, November 24, 2010

Think.. Think.. Think..


Kembali lagi dengan curahan hatiku sobat... Aku tahu kamu selalu menjadi pelampiasan di saat diriku sedang kesepian. Seperti sekarang ini, sepulang dari kampus, menikmati makan siang, kemudian berencana pergi untuk menjalankan aktivitas autisku, namun tiba-tiba hujan. Sekarang sedang hujan, dan aku duduk sendiri di kamar, menulis dan bercerita untukmu. Bukan karena tak ada hal yang bisa kulakukan, tugas untuk minggu depan telah menungguku menyapa namun aku benar-benar butuh bernafas setelah dua hari lalu kuliah padat dari pagi hingga sore dan tugas-tugas. Untuk itu, aku memilih menyapamu di sini, temanku yang paling setia...

Kemarin aku mendengar sebuah sharing dari salah satu dosenku. Usianya hanya terpaut beberapa tahun dariku, sehingga masih cukup muda. Dia bercerita mengenai orang-orang yang berani menentukan tujuan hidupnya sendiri. Orang-orang yang menjalani hidupnya dengan cara yang tak biasa. Menurutku, itulah orang-orang yang luar biasa, Keberanian, prinsip, dan idealisme mereka mendorong mereka untuk melakukan hal-hal luar biasa. Aku sependapat dengannya, mereka orang-orang yang benar-benar gila dan berani memutuskan jalan hidup mereka. Bagiku, itu benar-benar keren. 

Dari dulu aku memang tak begitu appreciate orang-orang yang masuk ke perusahaan besar karena IP yang memang sangat bagus, berprestasi, dan mendapatkan gaji yang nominalnya cukup besar kemudian mendapatkan kemewahan hidup. Bukan berarti itu semua tak penting, tapi entah mengapa aku merasa itu sesuatu yang biasa saja. Aku juga tak begitu suka dengan orang-orang yang pintar otaknya tapi tidak rendah hati, sungguh, bukan aku iri pada mereka. Aku hanya melihat mereka adalah orang-orang yang beruntung diberi kepintaran namun tak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Aku lebih respect pada orang-orang yang tak begitu pintar namun mereka berusaha dan tetap rendah hati. Aku sering kali menyemangati teman-temanku yang penting bukanlah hasil tapi proses. Proses yang cepat untuk orang-orang pintar akan terasa diremehkan sementara proses yang kurang cepat untuk orang-orang yang kurang pintar akan dimanfaatkan sebaik mungkin. Ini juga bukan karena hasil tidak penting, tentu hasil adalah hal penting, karena jujur semua hal pasti dilihat dari hasil, namun makna sesungguhnya ada pada proses bukan pada hasil. Untuk apa mengejar nilai namun kamu melupakan hal-hal yang menjadi dasar kamu mendapatkan nilai itu. 

Aku memiliki seorang teman yang sangat mengejar nilai, tak heran IP nya sangat bagus bila dibandingkan dengan aku. Aku tak iri akan hal itu. Yang aku tak suka dia itu buta dalam mengejar IP. Memang IP itu penting dan dengan IP dia yang bagus, mungkin saja tak akan ada kesulitan bagi dia untuk melamar pekerjaan nantinya ataupun mengajukan beasiswa S2. Berbeda dengan IP ku yang hanya memenuhi standar saja, tak begitu menonjol, Namun orangnya begitu memperhitungkan dalam pengerjaan tugas dan suka iri pada orang yang nilainya lebih dari dia. Dia tidak puas jika ada yang nilainya lebih tinggi darinya. Setiap kali bekerja sama dengan dia di dalam satu kelompok seharusnya dia dengan IP sebagus itu mengerjakan bagian yang lebih banyak karena tentunya dia pasti lebih mengerti tapi kenyataan sebaliknya. Aku kembali berpikir untuk apa mengejar IP sampai sebegitunya. Memang itu hak tiap orang dan aku tak akan meneladani orang seperti dia. 

Setelah lulus nanti, jujur, aku masih belum memutuskan langkahku akan kemana, S2, atau menjalankan usaha, ataukah bekerja. Aku hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan kuliahku ini. Hampir semua orang berkata masa kuliah adalah masa yang paling menyenangkan, sama halnya dulu orang mengatakan masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan. Bagiku, semua masa dalam hidupku sama saja. Kehidupan SMA ku tak berwarna seperti lainnya, mungkin bagi yang lain malah datar, tidak ada gank, tidak pernah bolos, dan tidak berorganisasi, aku lebih fokus ke kegiatan organisasi di luar sekolah. Di masa kuliah ini, aku habiskan 2 tahun lebih untuk kehidupan organisasi dan sekarang aku mulai jenuh dan mempertanyakan apa benar yang kujalanni semua ini. Dosen-dosen mengatakan pentingnya mengasah softskill, dan dengan berbagai sertifikat yang kudapatkan dari berbagai acara yang kutangani, serta pengakuan kesuksesan dari orang-orang. Teman-teman memandangku sudah cukup berhasil baik dalam kuliah maupun organisasi. Mereka hanya melihat luarku saja. Film EAT PRAY LOVE yang membuatku berpikir seluruh pencapaianku selama ini akan berakhir di mana dan akan berguna untuk apa. Apa yang akan kulakukan seusai kuliah? Apa tujuan hidupku? Aku masih belum bisa menjawabnya. Di pertengahan semester 5 ini aku memutuskan untuk mundur dari semua kegiatan organisasiku, untuk organisasi yang masih kujabat, aku hanya mengurangi keaktifanku. Ini semua berawal dari suatu hari di saat aku melihat-lihat apresiasi dari kegiatanku yaitu berbagai macam sertifikat. Aku duduk termenung menatap berbagai penghargaan dari berbagai organisasi. Untuk apa ini semua? Apa benar-benar menambah value diriku? Apa yang kukejar dari ini semua? Apa aku bangga dengan ini semua? Dengan ini semua apa yang akan kulakukan? Aku hanya bisa diam membisu, tak mampu menjawab. Mungkin sudah saatnya aku benar-benar berhenti dan fokus pada kuliah untuk mengejar cepat lulus dan mulai sekarang memikirkan apa yang akan kulakukan seusai lulus nanti. Untuk benar-benar berhenti aku kadang ragu. Setiap saat kumemutuskan untuk berhenti selalu ada tawaran-tawaran menarik untuk ditangani lagi. Dan terlebih tawaran itu karena mereka mempertimbangkan kapasitas diriku dan mereka percaya padaku untuk melayani banyak orang, untuk memfasilitasi semua orang. Haruskah sisi egoisku muncul? Menolak semuanya dengan alasan sekarang ingin berfokus pada diri sendiri. Aku ingin menjawab, "Iyah ini saatnya, aku memikirkan diriku sendiri, apa yang kulakukan selanjutnya." Tapi di dalam sini kadang suka memberontak. "Kamu tidak boleh begitu, tidak boleh egois." Aku sulit sekali mengatakan "tidak" pada teman-teman yang membutuhkan bantuanku. Entah ini disebut kelemahan apa kekuatan.

Kadang aku suka bingung dengan diriku sendiri, perfeksionis juga bisa berarti positif dan negatif. Entah mengapa dalam diriku terdapat cukup banyak sifat-sifat yang bisa bermuka ganda sekaligus. Membuat diri ini sulit memutuskan batasnya. Pemikiran yang aneh juga sering muncul dan aku merasa aneh dengan diriku sendiri serta tidak percaya diri. Ketika semua orang mengatakan "A" aku malah mengatakan "B". Ketika semua orang menyukai "A" malah aku lebih memilih "B". Sering kali aku selalu bertolak belakang dengan kebanyakan orang dan pemikiran yang berbeda serta sudut pandang yang berbeda. Mungkinkah ada keanehan pada diriku? Jujur, aku tak tahu. Terkadang aku meragukan idealisme dan prinsipku, dan ingin mengikut arus meskipun kadang enggan. Entahlah aku sungguh bingung saat ini, menerima tawaran itu ataukah benar-benar berhenti dan mencari tahu apa sesungguhnya yang ingin kukejar. Mungkin sudah saatnya aku berhenti dan mulai mencati tahu apa tujuan hidupku.

Terima kasih sobat, aku bersyukur, aku memilikimu yang selalu setia setiap saat untuk menampung seluruh keluh kesahku, seluruh curahan hatiku dan tak pernah bosan mendengar celotehku. Aku tak akan merasa kesepian selama ada dirimu dan aku tak akan lama merasa tertekan karena adanya dirimu,

Thursday, November 18, 2010

Fourth Month in 20th

Mengawali bulan keempat ini dengan UTS yang berjalan selama 2 minggu. Semester 5 ini benar-benar sangat suram. Seakan-akan selama 2 bulan kurang tidak ada 1 mata kuliah yang berhasil saya kuasai benar-benar. Hasil UTS juga sudah pasrah. Biarlah begitu adanya. Setelah UTS, masuk minggu adem, belum ada tugas karena masih warming up setelah UTS. Minggu selanjutnya kegiatan saya diisi 2 event sekaligus. Menjadi staf acara di salah satu workshop sahamnya PIC dan peserta di Seminar Nasional, Mungkin kepanitiaan ini akan menjadi kiprah terakhir saya berorganisasi di dunia kampus. Mungkin, karena sejujurnya saya belum berani memastikannya. Lusanya, saya menjadi peserta, dalam waktu sesingkat itu saya berganti peran. Untuk pertama kalinya, saya merasakan bagaimana menjadi peserta. Mengeluarkan uang sendiri untuk mendaftar dan mengikuti seminar. Melihat kesibukan para panitia yang lalu lalang. Rasanya hati saya sangat plong saat itu, saya tak lagi sibuk, tak lagi sibuk melayani. Rasanya benar-benar tak ada beban, tak ada rasa nervous, tak ada tekanan, tak ada emosi. Semua halnya datar, stabil. Mungkin inikah yang saya cari setelah 4 semester sibuk mengurus ini dan itu, sudah tiba saatnya untuk diam menenangkan diri. Mencari tahu apa tujuanku ke depannya, mencari tahu apa saya sudah mendapatkan semuanya.

Saturday, November 13, 2010

DO I???

Do I really wanna quit from all the organization activities? Do I really can say "I'm off"? Do I really wanna try that something new? Do I really feel that feeling? Wanna share bout these two topics...

I'm tired... Tired being busy organize events.. Tired be active in organizations. Do i really reach the maximum tired point? I think the answer is maybe. I really wanna like some of my friends, the only thing they do is just studying. But, you know, even though i'm not joining in any organizations, i will not have that extra diligence to study every day. But I just wanna stop those kinds of activities and begin to think about my future. What is the point of my life? What is I really want in my life? What do I want to reach? After leaving campus, after i graduated, there is still nothing in my mind, no plan for my life after campus. Everything seems stuck. Now... in fifth semester my laziness increase, not really like my courses. Oh, what should i do now? The spirit begins to go away. 

Lots of my friends begin to being in a relationship. And me? Still the same. Still being single. Still choose being like this. My egoism is still high, all my time is just for me not for any of him. Sometime I feel that loneliness but try to ignore it. And now, can I survive? Is my egoism still that strong? I can't answer it. Be honest, I begin to open my heart, there is a feeling that I'll try being in a relationship, but the problem is who is that person i wanna be in that relationship? Still no answer. Has he disappeared? Or I should wait... Till when? Do i really can accept new one be a part of my life? No answer. Thanx to God, i don't choose him to become part of my life, but he has been succeed make me can't believe others.Thanx to God, i don't choose any of them because now they are happy with their choices. Hope someday I can believe someone be part of my life, sharing my time with him, and holding his hands to walk together...

Friday, November 5, 2010

Idealism vs Reality

Halo Sobat, diriku menyapamu kembali. Telah lama tak bersua.
Akhir-akhir ini aku lumayan sibuk dengan segala tugas dan ujian tengah semester. Hasilnya? Jangan tanya. Biarlah apa adanya. Sudah tidak peduli lagi bagaimana hasilnya. Yang penting sudah lewat, biarlah berlalu.

Kali ini aku akan mambahas mengenai topic idealism dengan kenyataan. Perbandingan pertama aku mengambil dari kisah nyataku sendiri. Delapan tahun yang lalu aku pernah mengami putusnya persahabatan dengan seorang cowok. Saat itu, idealisku goyah. Memang benar kata orang tak mungkin adanya persahabatan murni antara lawan jenis. Yah, putusnya persahabatan bisa dibilang karena masalah yang tak jelas dan dasarnya adalah rasa di luar persahabatan itu sendiri. Saat itu aku cukup terguncang, karena dia salah satu orang terpenting dalam hidupku, dia mengenal semua tentang diriku, dan kehilangan dia dalam keseharianku bukanlah sesuatu yang mudah. Setelah tiga tahun berlalu akhirnya luka itu telah tertutup. Datang lagi seorang yang ingin bersahabat. Awalnya aku sudah ingin menolaknya. Berdasarkan pengalaman silam yang amat menyakitkan rasanya memang terlalu idealis membangun persahabatan murni namun dia berhasil meyakinkanku hingga aku juga menerima kembali persahabatan itu dengan idealisku. Setelah berjalan hampir enam tahun, kini retak. Bukan alasan yang persis sama, dia tertarik dengan orang lain, dan seluruh perhatiannya “mungkin” tertuju pada orang itu, bahkan dia sangat tertutup soal cewek itu hingga aku tak mengetahuinya. Aku bahkan tak pernah melarangnya untuk menjalin hubungan dengan siapapun tapi sebagai sahabat bukankah wajar bercerita. Aku kadang juga sering bercerita mengenai cowok-cowok yang sedang mendekatiku. Sungguh, aku tak habis pikir. Kini dia meminta maaf dan menanyakan kesalahan dia apa. Dia bahkan tidak tahu masalahnya di mana, untuk itu aku juga malas membahasnya. Biarlah begini saja. Butuh waktu untuk menghancurkan persahabatan, butuh waktu juga untuk memulihkannya. Untuk saat ini, sangat sulit buatku untuk menerimanya lagi. Mungki untuk selanjutnya, aku takkan menerima cowok manapun sebagai sahabat lagi, cukup sebatas teman, tidak lebih. Biarlah idealisku hancur daripada hati ini yang sakit.

Topik selanjutnya beralih ke dunia kampus. Idealis sebagai seorang mahasiswa yang bagus dalam akademis dan organisasi. Memang nilai akademisku tak terlalu buruk juga tak terlalu baik. Hanya mencukupi standar yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus. Meski kehidupan organisasi lumayan berwarna, tapi tetap tidak akan ada habisnya. Melewati hari-hari dengan organisasi cukup melelahkan, fokus terbagi ke sana. Menurutku tidak begitu mengganggu perhatian karena sejujurnya seluruh kegiatan organisasi vakum saat ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Satu acara demi satu acara aku lewati, satu semester demi semester dengan rentang nilai yang hampir berimbang. Yah, aku cukup sukses mempertahakan nilaiku selama aku aktif berorganisasi. Kesalahan utama nilaiku tidak melonjat tinggi karena kemalasan. Bisa dibilang nilaiku dicapai dengan keberuntungan. Harusnya aku mampu mencapai nilai yang jauh lebih tinggi seandainya aku lebih rajin, sering mengulang pelajaran dan menyicil menjelang ujian, bukan malah belajar pas hari H. Yah, jujur kehidupan organisasi itu lelah. Untuk menyeimbangkan antara kuliah dan organisasi tak mudah. Banyak teman yang memilih fokus pada kuliah dan tak mengikuti organisasi apapun dan nilai mereka sangat memuaskan. Itu pilihan setiap orang, pilihanku selama  5 semester ini masih menyeimbangkan keduanya dan mungkin di semester depan aku akan melepas dan fokus ke kuliah. Semoga aku bisa. Atau memang kehidupan lkampusku harus kombinasi keduanya? Who knows?

Dari awal aku masuk kuliah, aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa IP bukan segalanya. Idealisku berkata demikian, nilai bukan segalanya. Namun hingga kini, aku mulai goyah. Untuk mengajukan beasiswa S2 butuh IP yang sangat bagus yaitu top rank. Untuk mengikuti perlombaan-perlombaan bergengsi dan magang di perusahaan-perusahaan terkenal butuh IP yang sangat bagus. Aku menjadi ragu benarkan idealisku selama ini? Atau yang benar itu idealis teman-temanku yang mengejar IP tinggi dan nilai dengan cara apapun? Sungguh, hingga semester ini aku baru merasakan keraguan itu.

Karena kebosananku akan kuliah, aku ingin cepat lulus, itu berarti semester depan aku mengambil bidang kajian. Setelah menghitung poinku di seluruh bidang kajian, seperti biasa nilaiku rata-rata, standar, berimbang. Hanya kurang bagus di bidang kajian yang justru aku incar. Kembali ke topik IP sebelumnya. Apakah IP memang benar bukan segalanya untuk bersaing baik di kampus maupun di luar? Kajian yang mudah dan kajian yang sulit dengan kelululusan yang sama dan gelar yang sama, manakah yang akan dipilih?

Setelah lulus, aku belum memiliki tujuan yang jelas. Mungkin melanjutkan studi atau kerja. Tentunya aku menginginkan pekerjaan yang bagus dan mapan, namun di satu sisi idealis ini berkata untuk mendapatkan pekerjaan yang kusuka dan berkaitan dengan hobi travelling. Jika aku dihadapkan pada pilihan pekerjaan yang menawarkan gaji yang sangat tinggi dan bergengsi namun harus menetap dan membosankan dan pekerjaan yang selalu berpindah tempat dengan gaji yang secukupnya, jujur aku tidak tahu apa jawabannya.

Idealisme selalu bertolakbelakang dengan kenyataan yang ada. Mungkin memang selalu begitu hingga kadang membuatku ragu untuk melangkah. Semoga aku dapat memutuskan segalanya dengan benar, perlu berdoa untuk benar-benar tahu apa yang kuinginkan sebenarnya.

Friday, October 15, 2010

EAT PRAY LOVE


The stories is about.....

At 32 years old, Elizabeth Gilbert was educated and had a home, a husband, and a successful career as a writer. However, she was unhappy in her marriage and often spent the night crying on her bathroom floor. She has an affair, during which she separated from her husband and initiated a divorce, which he contested. The affair continued for some time but did not work out, leaving her devastated and alone. While writing an article on yoga vacations in Bali, she met a ninth-generation medicine man who told her she would come back and study with him. After finalizing her difficult divorce, she spent the next year traveling. She spent four months in Italy, eating and enjoying life (Eat). She spent four months in India, finding her sprituallity (Pray). She ended the year in  Bali, Indonesia looking for "balance" of the two and found love (Love) in the form of a dashing Brazilian factory owner. 

If you ask me, " How is EAT PRAY LOVE?" My answer is "EAT PRAY LOVE is GREAT. It's totally AWESOME..." Maybe others will have different opinion.. but for me it's one of movies that's meaningful and I got something watching this movie. it's not just for fun but I can learn something especially bout life. There are lots things I can't share with you... You must watch it yourself then get something or not. You know, sometimes there are things can't be spoken, can't be written by words. 

Here are my favorite quotes from this movie...

"This is a good sign, having a broken heart. It means we have tried for something. "

"Happiness is the consequence of personal effort. You fight for it, strive for it, insist upon it, and sometimes even travel around the world looking for it. You have to participate relentlessly in the manifestations of your own blessings. And once you have achieved a state of happiness, you must never become lax about maintaining it. You must make a mighty effort to keep swimming upward into that happiness forever, to stay afloat on top of it."


"Tis' better to live your own life imperfectly than to imitate someone else's perfectly."


"To lose balance sometimes for love is part of living a balanced life."


"Your emotions are the slaves to your thoughts, and you are the slave to your emotions."


"Never forget that once upon a time, in an unguarded moment, you recognized yourself as a friend."


"Having a baby is like getting a tattoo on your face. You really need to be certain it's what you want before you commit."


"The only thing more unthinkable than leaving was staying; the only thing more impossible than staying was leaving."


"You need to learn how to select your thoughts just the same way you select your clothes every day. This is a power you can cultivate. If you want to control things in your life so bad, work on the mind. That's the only thing you should be trying to control."


“That’s the thing about a human life-there’s no control group, no way to ever know how any of us would have turned out if any variables had been changed."


"The more exquisitely and delightfully you can do nothing, the higher your life's achievement."


"Someday you're gonna look back on this moment of your life as such a sweet time of grieving. You'll see that you were in mourning and your heart was broken, but your life was changing..."


"God dwells within you, as you."


"The resting place of the mind is the heart. The only thing the mind hears all day is clanging bells and noise and argument, and all it wants is quietude. The only place the mind will ever find peace is inside the silence of the heart. That's where you need to go."


"Devotion is diligence without assurance"


"You must find another reason to work, other than the desire for success or recognition. It must come from another place."


“The only way I can recover, be touch with someone else.”


“Devotion is love.”


“Smile with face, smile with mind, and smile with heart.”



“Love is scary, dangerous.”


“Ruin is a gift. Ruin is the road to transformation.”

Liz Gilbert, i admire her. She is a brave woman, dare to speak up and even divorce because of unhappiness. She dare traveling to search what she want in her life, search for something she hasn't found yet. She teach her friend in Italy how to enjoy this life, eat what you want and enjoy the delicous food, no need to have a diet, if you become more fat, just buy a new bigger jeans. Simple like that. 

Most people like Bali's part, because she is falling in love there in a lovely place, beautiful scenery. For me, because i'm different and i often like something different from others. I like India part most. Why? It's the hardest part of her. She is finding the meaning of God and having a recovery there, learn to let go everything and everyone that makes suffer in her life. Trying to let go and begin a new life, a life that more meaningful and more shining. She find her life more balance.

Bali, is a romantic island and it's really contribute to anything about love. Falling in love in Bali, it's not weird thing. So does Liz Gilbert. She find a man from Brazil there. Of course, she is worry, unsure or maybe such a kind of trauma. She is afraid that love will make her life unbalance again. But one sentence make her realize, "To lose balance sometimes for love is part of living a balanced life."

It's a happy ending.. That's all moviegoers want right? Finally Liz Gilbert find her life's meaning, her spiritual life, and her love. It's not the end i think, it's a beginning. "Attraversiamo!" which means "Let's cross!"


Thursday, October 14, 2010

Mindfulness Day 10 Okt 2010

Hari ini merupakan hari dengan tanggal yang bagus bukan? 10.10.10. Banyak orang yang telah merencanakan banyak kegiatan dalam hari ini, pernikahan, pernyataan cinta, pergi bersama orang yang disayangi, dan sebagainya. Aku? Ingin melewati hari ini dengan kegiatan yang takkan kulupakan. Mindfulness Day! Hari penuh kesadaran yang akan dibawakan oleh 4 murid Master Thich Nhat Hanh. Acara ini diadakan di sebuah Villa Pinus Lembang. Tempat ini sangat mendukung, penuh kedamaian. Pemandangannya luar biasa menenangkan dan bagus sekali serta memiliki lapangan rumput yang lumayan luas dan bangunan yang dirancang unik. Acaranya dimulai pukul 9 pagi diawali dengan "walking meditation". Tahukah kamu perasaan saat kamu berjalan dalam kediaman dan menikmati tubuhmu merasakan angin sepoi-sepoi, merasakan matamu melihat sekeliling, alam yang begitu indah, merasakan kakimu menginjak rumput, batuan, dan jalan? Perasaan itu sungguh luar biasa, kamu benar-benar menikmati saat-saatmu sendiri, perhatian benar-benar fokus pada dirimu sendiri, bukan orang lain, bukan candaan orang lain, bukan curhatan orang lain. That time is yours! Selangkah demi selangkah akan kamu jalani dengan perasaan bahagia, bahkan aku berharap aku bisa terbang bersama dengan angin dan membawaku ke awan agar aku lebih bisa menikmati betapa indahnya alam ini dan betapa diriku tidak memperhatikannya.


Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi sharing dari 4 murid Master TNH. Tak semuanya aku catat, hanya ada beberapa yang benar-benar menyentuh hatiku dan menurutku penting buat perubahan dalam diriku menjadi lebih baik. Setelah sesi sharing, kita melatih meditasi makan. Duduk makan di rumput ditemani dengan angin yang sepoi-sepoi dan mengunyah lama makanan yang masuk ke dalam mulutku. Sepertinya ini kali ini waktu makanku lebih dari 15 menit. Biasanya aku selalu cepat jalan, cepat makan, dan cepat segala hal. Hari ini at least saat ini aku lebih menikmati diriku sendiri. Setelah itu ada relaksasi berbaring di rumput. That's really wonderful!!! Seandainya aku bisa merasakan perasaan seperti ini setiap hari tak hanya hari ini. I will, one day. Need more practise..

Steps to Take Care of Anger:
1. Acknowledge and accept the seeds of anger
2. Let others know your anger ---> communication open
3. Ask others for help ---> menyentuh benih welas asih orang lain

Ketika kita memberitahu orang lain, bukankah itu menambah karma buruk kita? 
Ketika kita memberitahu dia bahwa dia telah menyentuh benih kemarahan kita, ini dimaksudkan agar tidak terulang lagi, orang lain lebih sensitif dan perhatian untuk tidak menyentuh benih kemarahan. Akan sangat baik untuk mengetahui kondisi apa saja yang menyebabkan kemarahan muncul. Ini adalah bentuk kerjasama yang baik, komunikasi lebih terbuka, dan tercipta keharmonisan.

True care and love to keep a relationship ---> keep your heart open

Eating practise :
1. Chew 30 times in mouth
2. See and stare the food before you eat it ---> thinking about the process of the food till it's in front of me
3. Eat in silence (inside&outside) 

Eating is the only one thing but impact part of daily life.

Relaksasi dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Hanya berfokus pada nafas masuk dan nafas keluar. Kadang, kita terlalu cepat dalam menjalani hidup kita sehari-hari. Makan dengan cepat, berjalan dengan cepat, bekerja dengan cepat. Itu bagus, tapi alangkah lebih baik jika diperlambat. Dengan begitu tubuhmu akan lebih tidak mudah lelah. Kecepatan yang terlalu membuat tubuhmu lelah dan kamu tidak bisa menikmati hari-harimu. 

Being slow help us to know about our body.
But we practise skilfully in our environment.

Laziness is very wonderful thing in our life.
1. Physical ---> take care about ourselves
2. Mental ---> day dream, our mind not clear, pikiran ke mana-kemana.

In order to clarify our mind, we need to exercise our body, it will help a better mind.
Look back into your daily life, reorganize! Practise mindfulness, the seeds of wisdom be cultivated and grow... 

Mindfulness seed is aware about what is happening.
The more practise, the more we have mindfulness seeds.
Meditation is easy as long as we know what we are doing.
The more we practise, the more mindfulness grows, concentration about thing sin daily lifes grows. 

Present moment is a foundation of future moment, building future, a foundation for everything.
Embrace the practise and bring it home. Ourselves is land to practise.

PS from brother and sister :
Each step in mindfulness for brother and sister. Keep awareness alive and we are in touch through practise in present moment.   


 
 


Peace Is Every Step 09 Okt 2010

Hari ini sudah kutunggu-tunggu dari sebulan yang lalu, bahkan menjelang hari H aku merasakan nervous... Bahkan aku bolos 1 mata kuliah. Padahal jatah bolosku juga harus disisakan buat Workshop 2 minggu yang lalu. And, this time, I feel back.. where there's Buddha Dharma, there's a way...Bertepatan hari Workshop kuliah ditiadakan dan bertepatan dengan hari ini, dosennya berhalangan hadir sehingga digantikan dengan dosen lain yang mengajar dengan sangat tidak jelas, sehingga tidak akan pengaruh besar jika aku tidak mengikutinya. Perjalanan ke Jakarta membutuhkan waktu yang lumayan panjang. Dari Bandung, aku berangkat bersama beberapa teman vihara dan sudah mengalami kemacetan yang lumayan, tiba di Jakarta, bukan Jakarta namanya kalau tidak macet, dan tidak lupa adanya acara tersasar terlebih dahulu sebelum kami tiba di Gedung Kemayoran. Kami terlambat dan di sana telah duduk ribuan orang. Alhasil, kami duduk di baris terakhir. Setelah acara pembukaan dengan meditasi duduk dilanjutkan dengan persembahan lagu Avalokitesvara oleh para murid Master Thich Nhat Hanh, inilah sesi yang paling kutunggu-tunggu. Melihat beliau dari jauh dan mendengar suara beliau dari microphone saja aku telah merasakan kedamaian itu, dan itu sudah cukup bagiku. Kuakui susah sekali untuk berkonsentrasi mengenai apa yang disampaikan beliau di tengah suara peserta yang hadir di sana, suara orang yang terlambat, suara orang yang membuka plastik berisi roti dan dengan keadaan loudspeaker yang suara kecil dan tidak jernih. Butuh perhatian jauh lebih besar untuk tetap fokus terhadap beliau. Namun, aku tidak akan menyesal mengingat lusa aku akan menghadapi 2 uts dan telah bolos 1 mata kuliah. Ini kesempatan berharga bertemu beliau. Salah seorang temanku tidak berkesempatan bertemu dengan beliau. Dia mengatakan mungkin saja suatu hari nanti dia yang akan berkunjung ke Prancis. Jika aku di posisi dia, aku benar-benar menyangsikan akan hal itu. Ketika aku telah berkesempatan terbang begitu jauh, ke Eropa benua impianku dari dulu, terlalu banyak tempat untuk dikunjungi dan ketika aku mengikuti paket tour, Plum Village tidak terdapat dalam daftar perjalanan. Aku belum cukup kekuatan untuk benar-benar menenggelamkan diriku dalam mempelajar Dharma, butuh waktu yang tidak singkat. Berikut ini intisari yang kudapatkan dalam talkshow "Peace Is Every Step":
Cinta : Maitri, Karuna, Upeksha, dan Mudita.

When you love someone, you are there with her/him. How can you love if you are not there?

Langkah pertama mencintai seseorang yaitu hadir (memiliki waktu) untuk seseorang. Jika kita terlalu sibuk, bagaimana kita memiiki waktu untuk bersamanya. Melatih kesadaran itu berarti full presence. 

The most precious thing you can offer to your beloved one is presence.

Kemudian, mendengarkan penderitaannya dan memahami penderitannya, kemudian mengubahnya. Inilah yang disebut karuna.

If you can't understand, you can't love.
If you can't understand his/her suffering, you can't love and make him/her happy. 

Ucapan yang penuh cinta kasih dan mendengar dengan penuh kesadaran akan memulihkan komunikasi.

To understand others' sufferings, you have to understand your own suffering before.

Understanding have karma to transform healing. 

If others make us suffer, because they don't know how to handle their suffer.
He is living in his own suffering and you are affected to his suffering.
He needs help, not punishment.
He is the one who need help and I'll help him.
I'll go to him and in front of him listen to his suffering with heart.
If you have compassion, you'll not feel suffering.
He has the same suffering that we have.

When you love someone, his suffering become your own suffering.
When you love someone, his happiness become your own happiness.

Buddhism is a flower. The elements are non Buddhism and non discrimination.

           

Tuesday, October 12, 2010

Third month in 20th

Bulan ketiga ini jadwalku lumayan padat. Aku menghabiskan awal bulan ketiga dengan berlibur di Jakarta karena liburan Idul Fitri. Aku pergi ke Jakarta bersama teman-teman vihara. Terus terang aku awalnya merasa menyesal telah memutuskan untuk ikut, karena aku merasa aku tidak akan cocok dengan mereka. Dan benar saja, terlalu banyak omelan, keluhan, dan komentar, itu sangat menjengkelkan. Terlalu ribet, mengapa tidak membuat segalanya lebih sederhana saja. Aku lebih banyak diam dan mengikuti arus saja, toh sudah ikutan. Syukurlah, endingnya lumayan happy. Aku mampu melewati 4 hari bersama mereka dan mampu beradaptasi dengan segala tingkah laku mereka. Sekalian untuk melatih kesabaranku dan membuat aku menjadi orang yang lebih baik karena mampu mengerti orang lain. Setelah itu tgl 14 September 2010 ada talkshow "Be Singe Be Happy" oleh ko Momink (Hendra Lim) yang diadakan oleh KMB ITB. Ada banyak manfaat kita masih single dan masih banyak yang bisa kita lakukan terutama dalam hal menggali bakat dan kemampuan serta kapasitas diri. So, don't be worry. Aku salut kepada Ko Moming, dia seseorang yang cukup memiliki prinsip hidup. Bekerja demi organisasi Buddhis dan berjuang memajukan agama Buddha di Indonesia. Tak banyak orang yang rela waktunya habis di organisasi sosial. Tgl 18 September 2010, kembali menjadi hari besar untukku. Workshop Be A Wise Leader "Dare to Take A Chance to Change?" diadakan di ITB. Aku menjadi ketua lagi dan beban acara ini jauh lebih berat dari acara kampus biasa dan aku sangat bersyukur telah melewati semuanya dengan lancar dan sukses. Minggu depannya ada Open House PVVD untuk mengenalkan divisi-divisi PVVD ke umat. Aku tak begitu menikmatinya dan melihat divisi lain saling memamerkan keindahan stand masing-masing. Stand divisiku memang tidak seindah mereka. Tapi tidak harusnya juga mereka melontarkan lelucon mengejek stand ku. Aku tahu itu hanya sekedar bercanda tapi entah mengapa hatiku sempat teriris. Di hari yang sama ada KEDUT yang dibawakan Mom Handaka n tim nya. Mereka sungguh orang-orang yang luar biasa dan berani serta unik. Kemudia aku disibukkan oleh tugas-tugas besar dan quiz-quiz menjelang UTS. Bertemu dengan teman kelompok yang sungguh perhitungan dan egois itu ternyata sangat tidak menyenangkan. Aku menghadapinya dengan tegas tapi lembut. Kemudian 9 Oktober 2010 ada acara Talkshow "Peace Is Every Step" oleh Master Thich Nhat Hanh yang datang dari Plum Village, France. Meski hanya melihat Beliau dari jauh, itu sudah cukup membuatku senang untuk hadir dalam dharma talk beliau. Sungguh kesempatan yang langka. Keesokan harinya, 10 Oktober 2010 aku mengkkuti Mindfulness Day di Villa Pinus yang dibawakan oleh keempat murid Master. Sungguh sebuah hari yang luar biasa bahagia. Meski aku sangat lelah minggu itu namun seakan semuanya luap. Setelah itu aku bersama beberapa teman pergi mengunjungu Pasar Seni ITB yang diadakan 4 tahun sekali. Melihat karya-karya anak-anak ITB yang luar biasa kreatif. Dan merasakan lautan manusia di ITB serta lautan kendaraan di jalanan. Dilanjutkan dengan pergi mencicipi Red Mango di PVJ karena buy 1 free 1 di hari itu. 10.10.10 merupakan hari yang sungguh sempurna bagiku. Lelah tapi luar biasa bahagia. Hari esok tepatnya aku bahkan harus menghadapi 2 UTS.. Namun hari bagus ini menjadi suplemenku untuk UTS keesokan harinya. Great moments on great date...

KEDUT “LOVE YOU” 26 September 2010

Hari pertama aku tidak hadir dikarenakan ada kuliah. Di hari kedua aku hadir itu pun hanya mengikuti dari siang hingga sore karena ada acara open house di vihara. Aku salut pada mereka yang mengisi acara ini. Mereka merupakan orang-orang yang berani mengutarakan pendapat mereka. Mungkin banyak orang di luar sana yang memiliki pemikiran serupa tapi tak semua orang berani mengeluarkan pemikirannya. Dijelaskan bahwa ada yang namanya happiness matrix yaitu rat race, hedonis, nihilis, dan happist. Rat race merupan tipe orang yang seperti tikus, kejar-kejaran, berlarian. Hedonis adalah tipe orang yang suka bersenang-senang. traktir orang, membuat orang bahagia. Nihilis adalah orang yang selalu menutup dirinya, pesimis, gelap dalam dunianya sendiri. Happist adalah orang yang bahagia. Selain itu ada 7 rules yaitu :
1. This too will past
2. Good? Bad? Who knows?
3. No I No Problem
4. Be happy, now or never
5. Why so serious?
6. Let go ego, let ego go
7. Love You

Sungguh ide yang sangat brilian mengenai 7 rules itu. Mungkin mereka orang-orang yang cukup frontal dan to the point. Tidak sepenuhnya aku menyetujui apa yang mereka utarakan, but overall.. they all are great people.. Unique thoughts anda dare to be different...

"Pain is inevitable, suffering is an option most proactive!"
"If you can not block the wave, you can learn to surf."

5 Tips hidup bahagia selamanya:
1. Sadari : kita ini kotor
2. Pahami : Kotoran itu ada di dalam, bukan di luar
3. Kotoran itu bukan Aku, hanya yang datang-pergi
4. Aku berubah, dunia berubah
5. Kalau masih duka?

Kita harus mudah dilayani dan mudah melayani. Untuk mudah melayani harus approachable, flexible, enjoy differences. 

Love is not attraction, not dependency, is sensitivity.
Semua kebahagiaan di dunia ini berasal dari niat untuk membahagiakan pihak lain.
Semua penderitaan di dunia ini berasal dari niat untuk membahagiakan diri sendiri saja.

Workshop Be A Wise Leader “Dare to Take A Chance to Change?” 18 Sep 2010


Sobat… mungkin memang hari-hariku tidak lepas dari organisasi karena itu hal yang membuat hidupku semakin berwarna. Aku memang sudah mundur dari himpunan dan seluruh organisasi kampus karena rencananya semester 5 ini aku ingin memfokuskan diriku pada diriku sendiri. Mewujudkan mimpi-mimpiku dan mengejar waktu lulusku agar lebih cepat dari seharusnya. Rencana tinggal rencana, mimpi tinggal mimpi. Aku ditawari sebuah project lagi. Dan sudah bisa ditebak aku menerimanya. Memulai hari-hariku yang sibuk. Aku tak menyesal, sobat. Aku belajar banyak dalam acara ini bahkan paling banyak selama aku memegang acara-acara terdahulu. Aku mulai mempersiapkan acara ini sebelum aku pulang ke Medan untuk liburan. Di tengah deadline yang semakin dekat, di saat aku liburan ke Korea sekalipun aku masih mengecek progress dari acara ini hingga aku kembali ke Bandung. Terus terang, gayaku memimpin di acara ini seperti bukan diriku. Aku seperti menjadi diri orang lain. Bahkan hingga seminggu menjelang hari H baru mendapatkan lokasi. Di acara ini aku belajar banyak untuk percaya pada orang lain. Sebenarnya karena aku tak mampu memaksa mereka. Ini termasuk pekerjaan sosial, yang tidak dibayar. Aku berusaha untuk mengontrol kesabaranku terhadap ketidaksempurnaan dan kesalahan yang terjadi. Mengurus segala sesuatu yang bisa kuurus. Bahkan mentolerir ketidakhadiran dalam rapat dan ketidakberesan progress. Orang yang sudah biasa bekerja denganku pasti akan menyadari ini bukan aku. Aku yang biasa selalu mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari, aku yang selalu aware terhadap semua progress yang ada. Aku yang selalu mengharuskan kehadiran di rapat. Kembali lagi ke intinya, ini pekerjaan sosial. Yang aku tak mengerti, di kampus juga bekerja tanpa dibayar tapi jauh lebih profesional. Apapun itu, semuanya telah berlalu dengan kesuksesan yang sangat bagus. Aku melatih kesabaranku di sini. Di vihara merupakan ladang berlatih untukku yang sangat baik, kesabaranku, waktu yang tidak tepatm sikap-sikap orang, tiadanya tanggung jawab. Aku mengalami dan merasakan setiap itu dan berusaha menyelaminya, beradaptasi dengan keadaan yang memang telah demikian. Aku berhasil, Sobat. Sungguh terima kasih memberi kesempatan ini untuk melatihku dalam organisasi sosial, di mana tidak ada support dari para dosen, tidak ada sarana dan prasarana yang tersdia, tidak ada backup himpunan, tidak ada dukungan sesama ketua program, aku berusaha membangun acara itu dari nol dengan bantuan pilar kiri dan kanan. Terimakasih kepada semua pihak yang membantuku terlebih pilar kiri dan kananku yang telah berjuang bersamaku dan telah menguatkanku hingga aku berhasil. Mungkin ini bisa jadi acara terakhir aku menjadi pemimpin. Di lain kesempatan, who knows?  

Sunday, September 26, 2010

Second Month in 20th

Mungkin sudah rada telat yah.. karena ini sudah memasuki bulan ketiga... Better late than never...

Di bulan kedua ini.. Hmmm... apa yang saya lakukan yah?
Saya sudah mulai masuk kuliah... Sudah kembali ke rutinitas yang lumayan padat dan sedang memegang satu project yang lumayan besar di PVVD. Bulan ini lagi mempersiapkan acara itu yang akan diadakan pada bulan ketigaku di umur 20 ku nanti. Kuliahku semester ini lumayan padat dan banyak tugas kelompok. Rasanya kalau aku bisa memperbanyak diriku, aku bersedia. Aku rasa hanya itu bulan keduaku... masih seputar dunia kuliah yang rutin saja... Bulan ketiga mungkin akan lebih menyenangkan...

Enjoy the differences... ^^

Cukup lama tidak berbagi kisahku denganmu sobat... Yah, seperti biasa aku cukup sibuk dengan kegiatan organisasi dan tugas yang tak kunjung berhenti. Mungkin memang benar kata seorang teman aku, bahwa aku tidak akan bisa lepas dari organisasi, karena hidupku di sana dan itulah sumber kesibukanku. Yang mau aku bagikan kali ini tentang kehidupan organisasi sosial dan non sosial. Aku membandingkan antara organisasi di vihara dan kampus. Meski sama-sama tidak dibayar melalui upah namun budaya dari keduanya sangat bertolakbelakang dan memiliki kesamaan juga. Organisasi kampus, kita mandiri sendiri dan mengurus project kita sendiri dan ketegasan dalam melakukannya. Sistemnya menyerupai sistem kerja. Upahnya hanya berupa sertifikat dan tentunya pengalaman organisasi yang terus diasah. Sementara organisasi di vihara aku yang di Bandung juga demikian, semuanya urus secara mandiri. Bahkan, aku terus terang cukup kaget dengan sistem seperti ini. Jujur, saat di Medan, seluruh pengurus bergabung bersama melakukan sebuah acara meski tetap project leadernya berbeda. Namun semuanya terjun langsung. Bergabung dengan organisasi vihara di Bandung benar-benar merupan beban yang luar biasa berat bahkan lebih berat daripada acara yang aku pegang di kampus. Di kampus setidaknya ada back up dari para dosen dan juga sarana serta prasarana telah tersedia. Sementara ini, aku berusaha sendiri tanpa back up, back up hanya di saat-saat terakhir, sarana dan prasarana seluruhnya diurus sendiri. Belum lagi ditambah cara menghadapi panitia-panitia yang tentunya harus berbeda dari kampus. Di kampus bisa berlaku lebih keras, tegas karena telah mirip dengan suasana kerja. Di vihara tidak demikian, tingkat kesabaran harus dinaikkan untuk menghadapi mereka yang menurut standarku sangat tidak profesional. Di kampus meski bukan sosial secara tepat, tapi panitia benar-benar bertugas melayani peserta. Mendahulukan kepentingan peserta, contohnya makan belakangan setelah pekerjaan selesai. Lain hal nya dengan bekerjasama dengan teman-teman vihara yang justru harusnya melayani malah ikut-ikutan peserta makan tanpa mempedulikan apakah peserta ada kekurangan apa ataukah pekerjaan mereka telah selesai. Seorang pembicara pernah mengatakan pemimpin yang baik harus menjadi doer bukan hanya talker. Aku sudah berusaha menunjukkannya. Turun tangan mengerjakan pekerjaan yang harusnya menjadi bagian dari mereka, bahkan perut juga tidak lapar meski tidak diisi tapi tetap saja kepekaan dan kesadaran masih kurang. Yang aku heran mengapa demikian? Sama-sama tidak dibayar, namun di kampus jauh lebih berkembang dan profesional. Meski ada juga beberapa yang tidak, tapi rata-rata demikian.

Mungkin benar kata seorang teman aku yang mengatakan bahwa aku tidak seserius dulu. Mungkin tingkat kesabaranku telah bertambah. Apapun itu, acaraku telah sukses. Kata seorang dosen padaku, jangan fokus pada orang-orangnya tapi fokuslah pada tujuannya karena sebuah organisasi takkan luput dari orang-orang seperti itu. Terima kasih telah memberikan kesempatan yang begitu berharga untuk memegang acara ini sehingga dapat melatih praktekku, meningkatkan kesabaranku. Setelah aku merenung, aku bergabung dengan organisasi vihara ini untuk menebus kesalahanku tahun lalu yang sempat resign. Mungkin saat itu aku terlalu tertutup terhadap mereka. Kini aku telah lebih membuka diri, lebih berusaha memahami mereka, dan lebih sabar menghadapi mereka, karena kita berbeda. Mereka dengan tingkah laku mereka, dan aku dengan tingkah laku aku. Tenty aku tak bisa memaksakan sesuatu yang menurutku bagus kepada mereka. Biarlah mereka begini adanya dan aku begini adanya. Organisasi ini merupakan tempat yang sangat bagus, terlalu bagus malah untuk melatih kesabaran dan emosiku dengan tingkah laku orang-orang yang berbagai macam. Aku akan menikmati perbedaan ini dan momen-momen setengah tahun ke depan lagi. Semoga saat itu aku akan menjadi orang yang sangat sabar. The point is.. serve all the mankind...

Monday, September 20, 2010

After those all, then what?

Tiba-tiba teringat akan pembahasan ini, menurut saya cukup menarik, Sobat.

Pertama, soal hal yang sedang menghangat ini yaitu global warming. Banyak orang dengan gencarnya kampanye soal ini. Bahkan banyak orang yang mulai terpengaruh untuk ikut menyelamatkan dunia ini. Tak sedikit juga orang yang tetap tidak berpengaruh dengan pikiran toh dengan saya sendiri tidak akan menyelamatkan dunia ini. Baru-baru ini saya mengikuti sebuah worskhop dan mendapatkan satu quote bagus yaitu " Apa yang orang dipikirkan itu urusan mereka, yang kamu lakukan adalah urusan kamu." Tidak perlu terlalu mempedulikan ruiang lingkup orang lain, perhatikan ruang lingkup kita sendiri. Saya sendiri belum begitu bisa ikut andil dalam "Save this world!". Apa yang saya lakukan masihlah hal kecil seperti berusaha mematikan listrik saat tidak digunakan lagi, mengurangi kantong plastik saat berbelanja meski tidak sampai membawa kantong belanja ramah lingkungan, hanya mengurangi hingga dibutuhkan secukupnya. Mengurangi penggunaan tissue dan kertas yang berlebihan. Hingga sekarang itu yang bisa saya lakukan. Nah, saya kadang merasa heran dengan orang yang bersemangat sekali mengajak orang untuk mengurangi hal-hal yang memicu global warming hingga kadang dia akan lupa yang dia lakukan sebenarnya bertolak belakang, terlalu fokus pada hal yang terlalu besar hingga hal yang kecil kadang lupa. Entah apa pemikiran orang, menurut saya segala sesuatu lebih baik dimulai dari hal kecil, dari diri sendiri. Kalau diri sendiri telah berhasil melakukannya, barulah mengajak orang. Saya terus terang jarang berbicara mengenai global warming. Hanya melakukan yang mampu saya lakukan.

Kedua, bakti sosial. Pada dasarnya membantu orang yang sedang kesusahan merupakan hal yang luar biasa. Namun jujur, hingga sekarang saya belum pernah terjun langsung untuk menolong mereka yang membutuhkan. Mengapa? Alasannya sederhana. Saya merasa saya belum mampu menerapkan apa yang akan saya dapatkan di sana ke kehidupan sehari-hari saya. Mendengar banyak cerita teman tentang pengalaman kunjungan mereka, dengan keadaan mereka yang begitu prihatin dan keadaan kita yang jauh lebih baik dari mereka, rasa kasihan muncul dan bersyukur muncul bersamaan. Setelah itu semua apa? Kita akan kembali ke kehidupan kita yang dulu, yang kadang masih lupa untuk bersyukur dan banyak menuntut. Semua rasa itu hanya berakhir selama beberapa hari, tak dibawa ke kehidupan yang nyata. Bukan maksud menghakimi, tapi saya telah memperhatikan beberapa teman saya yang dengan bersemangat bercerita betapa tragisnya kehidupan di pedalaman, dan benar-benar merasa bersyukur dengan hidup mereka, namun tetap saja hanya kesusahan sedikit tidak puas, mengomel, dan segala macam. Lalu di mana rasa bersyukur beberapa hari itu?

Ketiga, retret. Retret merupakan suatu acara untuk pelatihan dan pengembangan batin kita. Setelah kita mengikutinya, kita sadar bahwa selama ini kita banyak melakukan hal-hal keliru dan benar-benar mengetahui apa yang harus sebenarnya dilakukan. Setelah dari retreat, kita kembali ke kehidupan seperti biasanya. Memang tak semua orang, namun hanya sedikit yang benar-benar berubah dan termotivasi saat retreat hingga kehidupan sehari-harinya. Saya tidak termasuk golongan yang sedikit itu. Menurut saya, memang dibutuhkan motivasi dari orang lain, namun motivasi terpenting adalah diri sendiri. Di saat diri sendirimu memutuskan untuk berubah, maka kamu akan berubah. Semua keputusan itu ada di tanganmu sendiri bukan orang lain. Untuk itu, percuma ikut retret ratusan kali, jika dirimu tidak mau berubah hanya tergugah selama beberapa hari saja. Then, what? Nothing.

PS:
Watch yourelf, not others.
Everything begins with small things.
Your life is your decision.
What you get, it will be useful when you applicate and develop in your life,.

Sunday, September 5, 2010

Aku selalu diajarkan untuk bersyukur. Meski kadang aku lupa akan hal itu. Keluargaku bukanlah orang-orang romantis yang akan mengingat setiap tanggal ulang tahun dan mengucapkan selamat ulang tahun. Namun jika ada masalah di antara kami pasti semuanya akan tahu. Aku tak pernah meminta apa-apa dan tidak pernah mengharapkan apa-apa. Beginilah adanya. Papa yang sangat tegas, mama yang sangat berpikiran terbuka, itu sudah merupakan kombinasi yang bagus bagiku. Meski selalu bertengkar dengan adikku. Aku menyadari dia telah tumbuh sedikit dewasa. Dia telah berkembang sedikit demi sedikit. Mendengar cerita teman-temanku yang dengan puas membelanjakan uang dengan limit tak terbatas, mendapatkan kado saat ulang tahun dan nilai bagus kadang sempat tersirat rasa iri dan dengan segera kuenyahkan. Limit belanjaku juga tak terbatas selama uang tabunganku masih ada. Sering kali mendengar mereka bercerita kekurangan uang dan minta lagi padahal aku sendiri jika kekurangan jatah uang bulanan, akan menggunakan uangku sendiri. Dari dulu memang aku enggan sekali meminta uang tambahan ke orangtua. Terlebih papa, yang tak perlu diminta sudah tahu akan jawabannya yaitu tidak. Sementara mama lebih bermurah hati namun tetap saja aku enggan, mungkin karena prinsip. Tiap tahun selalu mendapatkan kado dari orangtuanya yang tentunya mewah. Lalu aku? Bahkan ucapan saja tidak ada, apalagi kado. Jika nilai bagus, hanya sekedar pemberitahuan saja, tidak ada plus ini plus itu. Aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Aku bersyukur dengan semua yang ada. Setidaknya aku sudah pernah menjelajahi berbagai negara. Meski tanpa kado ulang tahun, kado nilai bagus, limit uang yang terbatas, aku diijinkan berkunjung ke berbagai negara. Ada juga teman-temanku mendapatkan semua itu dan juga pernah menjelajahi berbagai negara. Itu sudah keberuntungan mereka yang kalau tidak dimanfaatkan bisa saja sirna. Who knows? Yang terpenting aku bersyukur telah memiliki keluargaku yang tidak romantis tapi pedulu. yang tegas tapi bebas.

Sunday, August 22, 2010

What are the value that you're looking for?

Sebuah pertanyaan yang cukup sederhana bukan? Namun jawabannya belum tentu sesederhana itu. Setiap hari kita memulai aktivitas dari pagi jam 7 hingga malam jam 9, dari hari Senin hingga hari Minggu. Aktivitas apapun itu baik kerja, kuliah, atau hal lainnnya. Apa nilai yang kita cari? Apa tujuan yang ingin kita capai? Sering kali kita tak mampu menjawabnya. Begitu juga dengan aku. Ketika menonton sebuah film India, 3 idiots. Aku terkagum melihat sosok pemeran utama dalam mencari nilai yang dia ingin raih dalam hidupnya. Tak peduli dengan pendapat orang lain dan ejekan orang lain, dia tetap berpegang teguh pada prinsip untuk mencapai nilai itu. Jujur, mental yang dia miliki tak semua orang memilikinya. Meski itu hanyalah sebuah skenario dalam film tapi ada pesan yang disampaikan oleh sutradara kepada para penonton. Kembali ke topik semula. Aku bingung menemukan jawaban dari "Apa yang kucari dalam hidup ini?". Kesuksesan kah? Kesuksesan seperti apa? Mendapat karier yang baik? Kekayaan kah? Memiliki rumah mewah, mobil mewah, barang-barang mewah lainnya? Kesempurnaan kah? Memiliki karier yang baik, pasangan yang baik, dan kekayaan yang berlimpah? Itu kah semua yang bisa membuat hidup kita memiliki arti? Aku tak berani menjawabnya karena aku belum mengalaminya sendiri. Sabtu lalu, aku mendengar sebuah topik bahasan di radio " Hal apa yang tak mampu dibeli dengan uang?" Masa sekarang memang terkesan sepertinya tak ada hal yang tak bisa dibeli dengan uang. Dulu, orang mengatakan cinta tidak bisa dibeli dengan uang, sekarang tentu telah berubah. Tuntutan zaman semain banyak, kehidupan semakin sulit. Menurutku hal yang tak mampu dibeli dengan uang adalah kesehatan. Ketika menderita sebuah penyakit yang tak ada obatnya, berapa banyak uang yang mau dikeluarkan juga sia-sia. Untuk itu, senantiasa bersyukur kita masih memiliki kesehatan yang baik. Hal lain mungkin adalah waktu dan kenangan. Berapa banyak uang untuk memutar ulang waktu dan kenangan tidak akan pernah bisa.Waktu tak pernah bisa berjalan mundur. Kenangan akan seseorang, suatu tempat, dan suatu keadaan juga takkan pernah terulang. Meski tempat dan orangnya sama dan waktunya sama namun tanggal nya telah berbeda. Untuk itu, menurutku tak ada istilah suatu momen adalah yang terindah karena takkan terulang. Semua momen yang terjadi dalam hidup takkan pernah terulang sehingga semuanya adalah istimewa dan terindah bagaimanapun itu. Setelah ada pertanyaan pengacu mengenai hal yang tak mampu dibeli dengan uang. Uang bukanlah nilai yang aku cari, mungkin sesuatu yang lebih daripada itu. Uang bukan segalanya, tapi memang tak dapat dipungkiri segalanya butuh yang. Penyakit masih memiliki peluang diobati sekecil apapun dengan uang. Uang menjadi hal paling dasar yang kita butuhkan untuk bertahan hidup selain orang-orang tentunya. Dari kita lahir hingga sekarang, entah telah membutuhkan jumlah biaya yang berapa banyak dan bantuan banyak orang. Dari kita membuka mata hingga menutup mata nanti, tak terhitung uang yang dikeluarkan dan tenaga orang-orang yang membantu kita. Kita bukan apa-apa tanpa mereka. Semoga nilai yang akan kita cari bukan hanya berguna bagi kita sendiri melainkan bagi mereka yang telah berjasa dalam sepanjang hidup kita baik yang kita kenal maupun tidak. Selamat mencari nilai dalam hidupmu, Sobat!


Tidak ada yang salah, tidak juga kamu, dia atau mereka. Segala sesuatu hanyalah telah berubah... Dirikulah yang terlanjur berubah...

Kusadari akan ada sebagian hal yang tetap akan seperti itu hingga kapanpun, sifat dasar yang teramat sulit untuk diubah. Di saat kita berubah, kita tidak bisa mengharapkan orang lain juga berubah. Namun, beginilah adanya. Aku hanyalah aku yang tak akan pernah menjadi dia, kamu, atau mereka. Kamu adalah kamu, dia adalah dia, mereka adalah mereka, yang tak akan pernah berubah menjadi aku. Untuk itu, aku belajar menerima keadaan yang telah terbentuk sekarang ini. Aku sulit berubah mungkin juga dengan dia, kamu, atau mereka. Aku tak akan memaksa.

Aku bergantung pada diriku sendiri dan mungkin akan selalu begitu. Tidak tahu apakah itu keliru atau tidak, setidaknya hingga kini aku masih mampu berdiri tegak dengen topangan diriku ini.

Hidup adalah pilihan. Aku selalu mengatakan seperti itu. Kita harus memilih antara pilihan-pilihan yang ada. Bahkan tidak memilih itupun sebuah pilihan. Tidak boleh tamak menginginkan semuanya. Seorang tak akan mampu menginjak dua perahu sekaligus. Resiko amat besar adalah terbaliknya kedua perahu itu beserta dirinya sendiri. Untuk itu aku memilih melepasmu, dia, dan juga mereka. Membebaskan kalian semua memilih yang kalian suka, memilih keadaan yang kalian inginkan, dan memilih hubungan seperti apa yang ingin dibina.

Aku tak memaksamu, dia atau mereka untuk berubah... lebih menginginkanmu, dia dan mereka untuk menjadi apa adanya... Demikian juga dia, kamu , dan mereka mampu menerima diriku yang begini adanya...

Sesungguhnya beginilah hidup... pilihan.. perbedaan... dan perubahan...


Saturday, August 21, 2010

Mungkin rasa itu telah tiada... Kesimpulan yang cukup tepat menggambarkan semuanya. Dia pergi atau tidak, tak lagi pengaruh. Jujur, aku lebih mengingkan yang pertama. Dia bagaikan sebuah batu kecil. Dulu ketika aku menggenggamnya aku tak merasakan kalau dia berat. Tapi ketika aku memikulnya ke manapun aku pergi, terasa  lumayan berat. Lama kelamaan aku letih juga. Dulu aku begitu menginginkannya karena dia tampak begitu memukau, sehingga aku memungutnya dan menggenggamnya erat seakan tak ingin melepaskannya. Namun aku sadar, dia selamanya tak mungkin aku genggam, aku harus meletakkannya di tempat lain, aku membawanya ke mana-mana di dalam tasku. Seiring dengan berlalunya hari aku merasakan dia cukup memberatkanku. Di mataku dia kelihatan tidak begitu memukau. Ketika aku ingin meletakkannya kembali dan enggan membawanya, dia malah merengek untuk ikut dan jujur itu lebih memberatkanku. Untuk itu, aku mengenyahkannya dan berharap dia jatuh sendiri entah di suatu tempat mana agar aku bisa lepas darinya...

First Month in 20th

Bulan pertama hhmm.. masih adem ayem.. Istilahnya masih belum begitu hal signifikan yang terjadi. Ha97… ^^ Menjelang usiaku yang ke20 aku berjalan keliling Korea. Melihat sebuah negara yang sangat wow menurutku. Negara yang bisa menjadi teladan bagi Indonesia. Tepat hari ulang tahunku, aku memperingati hari meninggal nenekku. Setelah itu aku pergi bersama teman-temanku. Selebihnya kuhabiskan di rumah dan kadang jalan-jalan bersama mama dan teman-teman hingga hari kepulanganku ke Bandung. Setibanya di Bandung, yang kukira awalnya bakal nganggur 2 minggu tak ada kerjaan, ternyata salah, rentetan acara sudah menunggu. Mulai dari hank out bersama teman-teman dari Dufan, karaoke, dan BSM. Minggu depannya lagi ada acara ke Pulau Tidung, masih bagian dari Kepulauan Seribu. Lumayan menyenangkan dan pulangnya kulit gosong. ^^ Setelah itu mempersiapkan masuk kuliah. Bulan ini masih standar. Let’s see next month dear!

Arti Sebuah Ulang Tahun

Apa sih arti sebuah ulang tahun bagimu sobat? Sebuah perayaan kah? Sebuah peringatan tanda kedewasaankan? Sebuah perenungankah? Atau apa? Bagiku, ulang tahun adalah sebuah perenungan bahwa beberapa tahun silam mamaku telah bertaruh nyawa melahirkanku ke dunia ini. Munafik memang. Aku sendiri baru merasakannya beberapa tahun belakangan ini. Ulang tahun juga sebuah alarm bahwa usiaku telah bertambah setahun. Ulang tahun bukan lagi sebuah perayaan sejak aku mendapat makna perenungan itu. Dulu, aku selalu menginginkan pesta perayaan yang dari dulu tak pernah kudapatkan, hanya sekali seumur hidup dirayakan secara besar-besaran yaitu saat usiaku menginjak 17 tahun. Menghabiskan uang berjuta-juta demi sebuah malam perayaan. Rasanya diriku sangat bodoh sekali saat itu. Jika dulu aku lebih bisa berpikir, aku akan memilih menggunakan uang itu untuk pergi berlibur daripada menghabiskannya untuk kesenangan semalam. Jujur, aku selalu merasa ulang tahunku hanyalah sebuah hari yang biasa saja, kecuali saat aku berkesempatan mengucapkan permohonanku di patung Kwan Im yang sangat tinggi megah di Fo Guang Shan, Gao Xiong, Taiwan. Di tahun itu, aku merasakan sesuatu yang luar biasa hingga aku dapat mengingatkan salah satu hari besarku di tempat yang amat suci. Selebihnya, hari itu adalah hari yang hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Memang tak ada tradisi perayaan ulang tahun siapapun di keluargaku. Tak ada kue, mie, telur merah, dan sebagainya, bahkan tak ada ucapan. Untuk itu, aku tak akan merasakan apa-apa ketika ada teman yang melupakan ulang tahunku. Itu sudah hal yang biasa kualami, apalagi ulang tahunku sering bertepatan dengan liburan. Tak ada yang perlu disedihkan bila tak diingat. Namun aku sendiri malah sangat menyukai mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman-temanku baik dengan kado maupun tidak. Entah mengapa, mungkin ketika aku memberi sebuah ucapan maupun harapan singkat, itu akan menjadi bagian dari kebahagiaan mereka saat itu dan aku merasakannya. Aku senang melihat teman-temanku bahagia dan aku senang memperhatikan mereka lewat sebuah ucapan sederhana. Untuk itu, aku juga sudah cukup senang jika saat aku berulang tahun orang memberi ucapan selamat. Sungguh, itu sudah lebih dari cukup, aku tak mengharapkan surprise yang merepotkan banyak pihak. Apalagi jika perayaan yang heboh seperti mengerjai. Sungguh aku paling tidak menginginkannya. Berapa banyak bahan makanan yang dibuang padahal masih banyak orang yang kelaparan di luar sana. Berapa uang yang dikeluarkan hanya untuk hal yang tak berguna seperti itu. Munafik? Mungkin iya. Tapi bagiku perayaan semacam itu bukan perayaan sebuah ulangtahun. Orang yang berulang tahun dikerjai semacam itu. Aku tidak pernah mau memperlakukan temanku seperti itu di hari besarnya karena bagiku di hari itu dia seharusnya tidak dikerjai tetapi diberi selamat dan hal-hal menyenangkan lainnya. Untuk itu, aku sendiri juga tidak suka diperlakukan seperti itu. Aku yakin teman-temanku yang telah mengenalku, mereka akan tahu dengan sangat apa yang kuinginkan untuk sebuah ulang tahun. Ulang tahun memang sebuah hari besar bagi seseorang. Aku tidak menuntut semua orang sama sepertiku yang cukup dengan menerima sebuah ucapan. Setiap orang memiliki caranya masing-masing merayakan, tetapi haruskah dengan dikerjai teman-teman dengan menyia-nyiakan bahan-bahan makanan? Mungkin kamu bisa menjawabnya sobat. 

Monday, August 16, 2010

Just Myself Alone...

Aku sering merasa diriku adalah orang yang egois. Yah, aku mengakui hal itu. Aku selalu berusaha mengatakan pada diriku sendiri kalau akulah yang salah dan akulah yang harus berubah. Namun ketika sampai pada satu titik, logikaku mengatakan bahwa merekalah yang egois dan aku sudah cukup berubah. Yah, aku telah berusaha tapi mengapa tak ada perubahan dari mereka, tak ada usaha dari mereka. Ataukah mungkin perubahanku belum cukup? Menyalahkan diri sendiri juga bukan sesuatu hal yang baik. Selama ini aku yakin cemoohan orang padaku punya maksud yang berlainan. Jujur, aku tak akan merasa terganggu dengan omongan orang yang tidak kenal dengan baik denganku. Hey, you don't even know me! Mereka hanya melihat dari luarnya saja, dan dengan seenaknya mengeluarkan komentar-komentar pedas. Sementara orang-orang yang telah kenal denganku, mereka akan mengerti mengapa diriku begitu keras, begitu memegang sesuatu hal. Untuk mereka yang mampu menerimaku apa adanya aku sangat berterimakasih. Untuk mereka yang ingin mengubahku meski ke arah yang lebih baik, sangat disayangkan mungkin aku akan mengecewakan mereka. Aku hanya akan berubah karena diriku sendiri yang menginginkan, bukan keinginan orang lain. Karena jika demikian, ketika orang itu pergi meninggalkanku maka tak akan ada motivasi untuk berubah lagi.



Aku dengan diriku yang begini, dengan berbagai sifat buruk dan baik yang kumiliki. Syukurlah, aku masih mampu berdiri tegak hingga kini. Aku masih mampu  mengatasi masalah yang kuhadapi bahkan kadang aku membantu teman-temanku. Aku selalu memiliki waktu bagi mereka untuk membantu atau hanya sekedar menjadi pendengar yang baik. Aku selalu akan mengusahakan yang terbaik bagi mereka. Meski demikian, aku sering kali dikecewakan karena di saat aku butuh mereka, mereka belum tentu mampu menjadi demikian. Ini adalah perbedaan setiap orang. Standar aku dengan mereka berbeda. Untuk itu, aku mulai menyadari tidak perlu memaksakan dan tidak perlu menuntut banyak dari mereka. Mereka begini adanya dan aku begini adanya, pasti akan ada perbedaan itu. Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik tanpa berharap banyak. 

Mencari, maka Anda tidak akan menemukan.
Berharap, maka Anda akan ksecewa.
Memiliki, maka Anda akan kehilangan.

Itu yang akan kucoba untuk pegang menjadi pedoman hidupku. Tak terlalu berharap banyak. Semua orang akan berbeda dengan yang kita harapkan. Just do my best for them... Seeing their smiles faces already make my world wonderful...

Trip to Tidung Island

 
Sesungguhnya aku tidak begitu dekat dengan mereka, memutuskan bergabung hanya sekedar untuk mengisi waktu liburan dan jiwa petualangku untuk mengunjungi tempat yang baru. Tak lebih dari itu. Syukurlah selama perjalanan 3 hari 2 malam meski aku sempat sedikit kesal namun semua diakhiri dengan manis dan berkesan. 

Hari pertaama setelah menempuh perjalanan dengan kapal teromabang ambing selama 3 jam di lautan. tiba di pulau Tidung. Setelah makan siang, kami mengunjungi Tidung keil.

Terlalu banyak kisah lucu dan menyenangkan yang tak cukup ditulis di sini... Hanya mampu dikenang dalam ingatanku... Mungkin suatu saat ketika mengenangnya kembali akan terasa rindu... Hanya menghargai tiap kesempatan bersama mereka. Meski bukan orang-orang terdekatku setidaknya selama 3 hari itu aku merasa dekat dengan mereka dan aku juga belajar banyak untuk lebih bersabar. Menyadari bahwa setiap orang memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda-beda. Bahwa setiap orang diciptakan beda. Untuk itu, tak perlu memaksakan mereka sama denganku.

 





Apapun yang telah terjadi.. terjadilah...
Apapun yang telah berlalu.. berlalulah..
Semua hanya akan menjadi sebuah kenangan...
Yang akan membekas di hati setiap dari kami,..

Sebuah perjalanan bersama...
Tertawa bersama...
Menghabiskan waktu bersama...
Merasakan suka duka bersama...

Melihat senyuman di wajah mereka..
Menentramkan hatiku...
Ingin kuterus merekamnya tak cukup di foto...
Juga di hati dan pikiranku.,..

Last Holiday Before Back to Campus...

Saturday, August 7, 2010

Sobat, telah lama tak bersua.

Maafkan telah lama tak bercerita padamu.

Hari ini aku menolak pembicaraan di telepon dengannya sebanyak dua kali. Kamu tahu, aku merasa sedikit bersalah. Tapi aku benar-benar malas berbicara lebih lanjut dengannya. Tak ada bahan pembicaraa, tak ada topik yang dibahas, hanyalah basa-basi semata. Apakah memang diantara kami tak ada yang perlu dibicarakan ataukah memang telah sampai pada titik jenuh itu. 

Segalanya telah berubah. Iyah, aku mengakui perubahan itu. Aku bukan lagi seseorang yang mengagumi dirinya juga bukan seseorang yang mampu menerima segala kekurangnnya lagi. Aku juga bukan lagi seseorang yang menginginkannya lagi. Dia tidak lagi mempesona di mataku, tak bedanya dengan yang lain. Posisinya juga sama dengan lainnya. Aku tidak menginginkan lebih dan hatiku juga takkan membiarkannya. Sudah cukup semuanya sekarang ini. Sudah sirna semua perasaan itu terhadapnya. Harusnya aku menyadari sejak dulu dengan ketidakyakinan diriku akan dirinya. Memang mengikuti kata hatiku pagi hari itu merupakan jalan yang tepat.

Setelah dua bulan terpisah, bertemu kembali dalam sebuah situasi yang berbeda, dalam keadaan hati yang telah berbeda. Aku bukan seseorang yang sabar dan pandai memasang topeng untuk pura-pura menganggap semuanya baik-baik saja. Yah, semuanya baik-baik saja. Aku, diri ini yang tidak baik. Diri ini pula yang memutuskan segalanya berakhir di pagi aku mendapat suara hatiku. 

Tahukah kamu betapa egoisnya dirimu. Kamu selalu menanyakan apakah salah menyatakan perasaanmu kepadaku. Tidak, tidak ada yang perlu disalahkan. Kamu toh sudah mengungkapkannya. Kamu masih berani meminta jawaban dariku sementara kamu dalam hitungan kurang dari sebulan akan pergi untuk melanjutkan masa depanmu. Tidakkah kamu terlalu egois? Apa yang harus kujawab? Apa pengaruhnya jawabanku? Tak ada. Segala sesuatu tetap akan berjalan sebagaimana mestinya. Dan kamu dengan beraninya menanyakan jawabanku, bahkan suatu masa depan yang pasti tidak mampu kamu berikan. Kamu masih terus saja mendekatiku, bahkan lebih dekat dari sebelum kita berpisah dulu. Kamu tega sekali melakukan itu semua padaku. Tidakkah kamu memikirkan bagaimana kalau perasaanku padamu semakin menjalar dan di saat kamu meninggalkanku, aku akan sedih dan terpuruk. Aku merasa kamu hanya mementingkan pribadimu sendiri yang masih mampu menikmati kebersamaan sebelum pergi. Sementara aku? Aku harus menjaga ketat perasaanku agar tidak tenggelam dalam kedekatan kita dan akhirnya terpuruk dan hancur saat kamu pergi. Kini aku telah berhasil menjaganya dan menghapusnya. Kamu malah bertanya apakah ada sesuatu yang salah terjadi? Segalanya terasa asing dan aneh. Jadi, maumu bagaimana? Kita dekat layaknya orang yang membina hubungan dan berakhir dengan jalan perpisahan yang sudah pasti di depan mata? Harusnya kamu menyadari ini caraku untuk menjaga jarak di antara kita, agar tak ada sakit yang lebih yang akan terjadi.

Sobat, aku dengan dia akan berakhir dengan jalan itu dan sudah di depan mata. Tapi dia malah mendekatiku dan membuatku merasa tidak nyaman dengan segala pendekatannya yang layaknya aku miliknya.Maaf, mungkin aku harus menunjukkan sikap jujurku untuk membatasi hanya sebagai teman.

Kekaguman itu telah sirna...
Bukan berarti terlambat...
Hanyalah mungkin kita tak harus bersama...