Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Sunday, March 21, 2010

Jakarta.. oh... Jakarta

Aku berkunjung ke ibukota negara Jumat lalu. Meski bukan pertama kalinya, namun aku merasakan sesuatu yang lain. Aku melakukan kebiasaanku yaitu merenung.
Ibukota… pusat segala aktivitas negara berada…
Ibukota… pusat segala kemewahan ditampilkan…
Ibukota… pusat berbagai cita-cita yang hendak diraih…
Ibukota… pusat berbagai suku bermukim…

Hiruk pikuk kota yang sibuk, jalanan dipenuhi kendaraan dan orang, gedung-gedung menjulang tinggi seakan menunjukkan cita-cita yang bisa diraih. Mall-mall yang memamerkan keanggunannya berupa kemewahan yang berlimpah.

Aku tidak yakin aku mampu bertahan dan tinggal di kota ini, sebuah kota yang sangat sibuk seakan tidak pernah terlelap, macet di mana-mana, suhu udara yang panas, dan segala kemewahan. Pergi ke suatu tempat membutuhkan waktu yang lama karena kemacetan lalu lintas. Panasnya yang membuat kulitku seakan terbakar. Kemewahan yang menurutku terlalu berlebihan. Untuk hidup di kota itu, aku membutuhkan kesabaran tingkat tinggi menghadapi semua kondisi yang ada.

Hidup yang terlalu mewah membuatku minder di tengah orang-orang di sana. Menurutku tak perlu segala kemewahan yang berlebihan itu tetap bisa menikmati hidup. Apa kenikmatan hidup dinilai dari harta berlimpah? Kesibukan orang-orang membuatku berpikir apakah nantinya aku juga akan hidup seperti mereka. Pagi bermacet ria menuju gedung perkantoran, sibuk bekerja seharian, sore bermacet ria pulang kemudian nongkrong di mall dan pulang ke apartemen. Begitu kegiatan sehari-hari yang rasanya begitu lelah.

Sekarang aku berada di kota yang terkenal dengan sebutan kota kembang, sebuah kota yang sejuk sehingga selalu menjadi sasaran wisata bagi orang-orang yang ingin mencari angin segar yang tidak didapatkan di ibukota. Sebuah kota yang adem, lebih tenang, dengan segala keteduhan. Tidak ada gedung tinggi menjulang tempat digantungkan berbagai cita-cita. Yang ada hanyalah kreativitas menciptakan segala sesuatu yang unik, yang lain daripada biasanya, yang tidak monoton dan membosankan.
Dua kota yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi tergiur akan sebuah kota yang sangat modern, di satu sisi menginginkan kota yang tenang.

Tuesday, March 16, 2010

Pribadi-pribadi

Apakah sesuatu yang telah lalu akan menjadi masa lalu? Di satu sisi dia telah menjadi masa lalu namun tak tertutup kemungkinan dia ada di masa yang akan datang...

Apakah sesuatu yang telah menjadi keputusan harus dipikirkan lagi? This is really not me... Sebelum saya memutuskannya biasanya saya telah memikirkan dengan matang. Di saat ini mereka menganjurkan saya untuk memikirkannya lagi.

Seharusnya saya tahu hingga kapan pun saya tetap akan berada di posisi saya. Mungkin di saat saya bergerak itu hanyalah fatamorgana saat dia membutuhkan saya untuk bergerak. Terlepas dari itu saya akan tetap menjadi sesuatu yang diam di tempat, membisu, tak berharap apapun.

Saya bukan seseorang yang pintar bermuka dua. Merasa senang padahal sebenarnya tidak senang. Mungkin untuk beberapa orang saya bisa berlaku seperti itu, tapi saya pastikan terhadap dia itu tidak akan. Mengapa? Dia telah menginjakku sedemikian, takkan saya ijinkan untuk berlanjut sebelum dia meminta maaf dan memulai duluan. Saya telah memaafkan dia karena saya tahu tingkat intelektual kita dalam memahami sesuatu berbeda, tapi tetap saja bukan kewajiban saya untuk memulai duluan. Tanpa dia, tidak ada pengaruh apa-apa bagi saya. Saya tetap menjaga hati ini, berharap bukan dia orang pertama yang saya benci.

Dulu saya lelah menghadapi dia karena limpahan perhatiannya yang berlebih. Setelah dua tahun, ternyata dia masih belum berubah. Pola pemikirannya masih seperti dulu. Dia belum berubah yang membuat saya tetap sebagai pribadi yang sama.

Dari dulu hingga sekarang dia tetap berada di samping saya. Menjadi orang terakhir di saat saya membutuhkan teman untuk pergi maupun mencurahkan isi hati. Namun saya tetap menganggapnya dia sebagai teman dekat saya. Tak ada sesuatu yang membuat saya berpikir untuk membiarkannya melewati batas itu. Pada dasarnya kami hanya cocok sebagai itu. Prinsip, tujuan, dan waktu merupakan hal yang terlalu riskan untuk ke depannya.

Akhir-akhir ini beberapa teman muncul bersamaan di kehidupan saya. Mereka masih pendatang baru tapi saya berharap bisa tetap bertahan di kehidupan saya sekarang. Tentu tidak bisa dipaksakan karena jodoh kita tak tahu berakhir kapan. Sebisa mungkin saya akan mempertahankan hubungan baru ini. Anehnya, di saat saya butuh tempat melampiaskan kekesalan, mereka selalu hadir dan menyemangati. Saya bersyukur masih memiliki mereka.

Saya bukan orang yang leluasa bercerita dengan siapa saja tentang isi hati saya. Saya lebih suka menulikannya. Menulis untuk melepas. Di saat menulis, saya mampu mengeluarkan emosi saya dan melepaskannya.

Saya bukan orang yang bergantung pada orang lain. Mungkin dari dulu diri ini telah terbiasa mandiri. Jadi, bagi mereka yang menyakitiku dengan meninggalkanku sendirian, itu bukanlah hal yang menakutkan bagiku. I love being alone sometimes... Menghabiskan waktu sendiri terasa lebih bebas dan saya bebas bereskpresi... Aneh bagi orang lain, tidak bagi saya.

Saya bukan orang yang mudah menyerah. Sering kali saya memakai sesuatu yang tidak saya sukai untuk memotivasi saya. Karena dengan begitu saya akan keluar dari zona nyaman saya.

Apapun diri saya... seperti apa... saya bersyukur memiliki diri ini... tiap kali membuka mata menyadari diri ini masih dapat menghirup udara bebas... dapat melakukan segala aktivitas... Saya tetap hidup dengan dia...Segala hal yang terjadi dan saya hadapi, semuanya untuk melatih diri saya menjadi lebih baik kian hari... Tak ada yang perlu disesali... tak ada yang perlu dicemaskan... Saya bangga menjadi diri saya dengan segala kelebihan dan kekurangan...

Thursday, March 11, 2010

No choice because it's a hard choice to decide...

"Life is choice", is it right? Yah, awalnya saya setuju dengan quote itu, hingga sekarang. Tapi di balik semua itu bukan berarti apa yang kita pilih itu yang kita mau. Saya merasakan itu sejak akhir-akhir ini. Decision that we made not always we want to choose. Sekilas kelihatan kita tidak memiliki pilihan. Mungkin menurut orang lain itu tidak logis. Dulu saya juga berpikir seperti itu, kita memiliki hak penuh untuk memilih keputusan yang kita mau, kita memiliki kedaulatan penuh, bukan orang lain. Setidaknya akhir-akhir ini dalam beberapa kasus, kita memilih bukan karena kita mau begitu tapi dikarenakan kondisi memaksa, orang lain, dan berbagai hal lainnya, dan kita tidak memiliki kekuatan untuk menolak, bukan hak. Kita tetap memiliki hak untuk menolak dengan segala keegoisan yang kita miliki, dengan merasakan kebahagiaan kita sendiri dan melihat orang di samping kita menderita.

Kemarin saya menonton sebuah film, judulnya "Dear John". Saya suka nonton film karena sejelek apapun film itu pembuatnya pasti ingin menyampaikan sesuatu makna yang berharga, bagus atau jelek hanya tergantung pada persepsi tiap penonton yang berbeda. Film Dear John mengajarkan saya akan sesuatu "I finally understood what true love meant...love meant that you care for another person's happiness more than your own, no matter how painful the choices you face might be." by Savannah. Dia begitu mencintai John dan John juga begitu mencintainya. Mereka bahkan sudah berencana akan bersama setelah John berhenti dari tugas militer dan Savannah lulus dari sekolahnya. Then, why everything changes? Savannah berada di samping seorang yang sangat membutuhkannya. Dia juga sangat mencintai Savannah dan sedang menderita kanker limpa stadium akhir, juga memiliki seorang anak autis. Dia membutuhkan Savannah untuk merawat anaknya dan dirinya juga. What will she choose? She choose to be with him who needs her. Bukan berarti John tidak membutuhkannya. Savannah sedang berada dalam posisi menunggu John yang bahkan keberadaannya dirahasiakan. Mereka hanya berkomunikasi lewat surat. Sementara di sampingnya ada pria yang sangat membutuhkannya. You know, I think Savannah is a great woman. Dia berani mengambil keputusan bersama dengan orang yang tidak dicintainya. Itu pilihan yang teramat sulit dalam hidupnya. John melanjutkan tugas militernya karena tidak ada harapan lagi untuk berhenti. Savannah memutuskan hubungan mereka tanpa penjelasan hanya lewat sebuah suret. Hingga beberapa tahun kemudian mereka bertemu dan dia sangat terkejut bahwa Savannah bersama dengan pria itu. Savannah kemudian menjelaskan semuanya. John bahkan menjual seluruh koin koleksi milik ayahnya karena ayahnya telah meninggal dan menyumbangkannya tanpa nama kepada suami Savannah. Then, what's the ending? Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah tempat. Cinta tidak harus memiliki kah? Hingga kini saya masih tidak tahu jawabannya.

Banyak hal lain yang memaksamu untuk mengesampingkan kepentingan pribadimu sendiri apalagi dasarnya cinta. Cintamu kepada seorang pria dan cintamu kepada orangtuamu. Di saat orangtuamu sakit keras dan membutuhkan uang dalam jumlah banyak untuk pengobatan, sementara ada seorang pria kaya raya yang tidak kamu cintai yang ingin menikahimu karena dia sangat mencintaimu. Akankah kamu menukarkan pernikahan dengan uang pengobatan orangtuamu? Pernikahan adalah salah satu yang terpenting dalam hidup seseorang bukan? Akankah kamu? Bukankah bagi setiap wanita lebih baik bersama dengan pria yang mencintainya? Dalam hal ini saya melihatnya dari sudut pandang wanita, mengapa? Entah mengapa sebagian besar kasus yang saya temui yang membuat pilihan-pilihan sulit seperti ini adalah wanita.

Di saat kamu ingin mewujudkan mimpimu dan membutuhkan jumlah uang yang banyak. Bukankah zaman sekarang banyak hal yang bisa dibeli dengan uang? Sementara kamu tidak memilikinya. Akankah kamu menukarkan pernikahanmu demi mewujudkan mimpimu atau melupakannya?

Ketika kamu mencintai seorang pria dan pria itu juga mencintaimu sementara kondisi tidak memungkinkan kalian bersama entah karena keluarga ataupun hal lain. Bersediakah kamu melepaskannya demi orangtuanya atau bahkan istri dan anaknya?

Bukankah kata orang cinta tidak mengenal batasan karena dia adalah sesuatu yang liar tumbuh di hati setiap manusia?

Dalam kondisi apapun, dia memiliki potensi untuk bertumbuh. Saat dia telah tumbuh subur sementara kondisi sekeliling buruk, tegakan kamu membiarkan dia tumbuh begitu menawan di antara kesengsaraan?

Makna cinta begitu luas tidak terbatas hanya pada golongan Mars dan Venus. Terlalu sempit mengartikan cinta seperti itu. Tidak hanya sesederhana seorang wanita menerima cinta pria itu dan menolaknya. Menolak karena tidak, mungkin hal yang tidak begitu sulit tapi menolak meski iya, itulah pilihan tersulit yang harus dibuatnya. Kamu memenangkan hatinya, tapi dia tidak ingin hatinya menang di antara penderitaan orang lain. You should be proud of that kind of women...

True love is eeing others happy than your own happiness...

Quites from Dear John

"I finally understood what true love meant...love meant that you care for another person's happiness more than your own, no matter how painful the choices you face might be."
"When you're struggling with something, look at all the people around you and realize that every single person you see is struggling with something, and to them, it's just as hard as what you're going through."

"It's possible to go on, no matter how impossible it seems, and that in time, the grief . . . lessens. It may not go away completely, but after a while it's not so overwhelming."

"And when her lips met mine, I knew that I could live to be a hundred and visit every country in the world, but nothing would ever compare to that single moment when I first kissed the girl of my dreams and knew that my love would last forever."

"Our story has three parts: a beginning, a middle, and an end. And although this is the way all stories unfold, I still can't believe that ours didn't go on forever."

"Passion is passion. It's the excitement between the tedious spaces, and it doesn't matter where it's directed...It can be coins or sports or politics or horses or music or faith...the saddest people I've ever met in life are the ones who don't care deeply about anything at all."

"I love you, not just for now, but for always, and I dream of the day that you’ll take me in your arms again."

"Passion and satisfaction go hand in hand, and without them, any happiness is only temporary, because there’s nothing to make it last."

Wednesday, March 10, 2010

"I love you just the way you are" and "I love you because it's you"

Sejak awal aku telah menerima seluruh resiko menjalin hubungan dengannya. Usiaku yang terpaut belasan tahun darinya membuat jarak yang cukup jauh dan telah berbeda generasi. Aku tetap menerimanya dengan segala konsekuensi yang akan kuhadapi nantinya. Aku yakin hubungan kami akan baik-baik saja seperti yang lainnya, perbedaan usia bukanlah masalah yang riskan. Awal perkenalan kami bisa dikatakan cukup biasa, dikenalkan teman. Yang kulihat darinya adalah kepribadian, dia pria yang berprinsip dan aku suka itu. Dia juga sudah mapan dan tidak menganggap suatu hubungan hanya sebagai mainan. Mungkin itu alasannya sejak dulu aku tidak pernah cocok dengan pria-pria sesusiaku. Hubungan kami sering dikatakan monoton oleh teman-temanku. Kami hanya bertemu seminggu sekali hingga dua kali yaitu pada hari Sabtu dan Minggu, hanya dua hari itu dia tidak bekerja dan aku bebas dari rutinitasku. Kami juga tidak berkencan seperti pasangan lainnya, bergandengan tangan jalan di mall dengan memamerkan kemesraan atau menonton film romantis atau hal romantis lain yang bisa dilakukan oleh para pasangan. Kami hanya menonton kalau ada film yang menurut kami bagus. Akhir pekan biasa dihabiskan hanya dengan makan malam sambil bertukar pikiran dan menceritakan hal-hal yang terjadi selama seminggu itu. Menurutku itu cukup untuk sebuah hubungan, komunikasi yang baik. Teman-temanku sering mengejekku menyukai daun tua dan menjalani hubungan pacaran yang kaku. Aku tak pernah berpikir hubungan kami kaku. Memang kuakui tidak semesra pasangan pada umumnya mungkin karena perbedaan generasi antara kami. Tapi, di sisi lain aku bersyukur karena sejujurnya aku tak menyukai hal yang terlalu berbau romantis dan berlebihan. Dengan perjalanan hubungan kami yang sedemikian saja itu sudah membuatku bahagia. Aku juga berharap dia menjadi pria pertama dan terakhir dalam hidupku. Terdengar ideal memang, tapi tidak ada salahnya memupuk harapan itu. Hubungan kami berjalan lancar hingga suatu kali terjadilah masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah.

Pada saat Valentine Day, di mana semua orang merayakan hari kasih sayang itu bersama kekasih mereka. Aku tidak terlalu mempermasalahkan hari itu sejak dulu. Tapi, dia meneleponku dan berjanji akan mengajakku makan malam. Ternyata dia mengajakku ke sebuah restoran yang cukup mewah dan dia telah membooking satu ruangan khusus sehingga tidak bergabung dengan yang lain. Sikapnya juga lain dari biasanya malam itu. Dia seakan gelisah akan suatu hal. Saat kubertanya, dia menjawab mungkin karena kelelahan. Suasana malam itu terasa berbeda hingga saat di mobil aku bertanya sekali lagi padanya.
“Kamu kelihatan aneh malam ini tao? Ada apa sih? Cuma cape?”
“Aku… aku..”
Hatiku mulai tak beraturan, merasa ada sesuatu yang menjadi masalah.
“What’s wrong? Wanna share?”
“Sebenarnya aku… I’m really strange bout this thing you know. Romantic dinner sounds really not me…”
“So? Who ask you to do this all tonight? Do I?”
“Aku hanya pengen jadi cowok yang bisa bahagiain pasangannya, yang bisa melakukan hal romantis, yang bisa membuat muka ceweknya merah merona, hati berdebar-debar, dan tersentuh… I just wanna be an ordinary boyfriend. Aku hanya ingin melakukan yang selayaknya seorang cowok lakukan ke ceweknya. Usiaku jauh berbeda denganmu dan aku ingin kamu juga rasain apa yang dirasakan cewek seusiamu. I just..”
“Stop it… Apa selama ini aku pernah mengatakan kamu bukan cowok yang baik? Apa selama ini aku pernah berkata bahwa aku pengen itu semua? Don’t you ever ask me if I want that kind of things??”
“I never ask you… but I think…”
“I don’t need those things dear… I just want you to be yourself. I love you just the way you are. I like all things we have done before. No need to compare with others. This is our relationship not others and I wanna make it special for both of us. I prefer you act like usual than tonight dear… Really..”
“I’m so sorry dear… “

Ternyata itu hanya permulaan masalah yang muncul karena perbedaan usia. Selanjutnya, banyak cemooh orang tentang perbedaan usia kamu yang berjarak jauh. Aku benar-benar tak mempermasalahkannya. Hubungan ini dijalani kami berdua bukan orang lain. Tapi, tahukah kamu lama kelamaan akan berpengaruh terhadap hubungan juga. Entah ide gila dari mana, aku ingin meyakinkan diriku kalau dia benar-benar menyayangiku. Aku mengubah penampilanku menjadi bukan diriku. Kemudian, aku meminta dia membelikanku barang-barang bermerek yang dulunya bahkan aku enggan membelinya. Reaksinya hanya diam. Dia bahkan tak menanyakan perubahanku. Aku mulai manja dan meminta dia temani aku dan meneleponku seakan aku kekurangan perhatiannya. Dia menurutiku meski dengan jadwalnya yang padat sekali bahkan kadang dia kewalahan tapi dia menutupinya. Hingga suatu malam Sabtu aku bertanya padanya mengenai perubahan yang telah terjadi.
“Kamu tidak merasa ada yang berubah akhir-akhir ini?”
“Ada. Yah, kamu berubah. Menjadi lebih hobi dandan, hobi barang-barang bermerek, manja, dan minta diperhatiin terus.”
“So? What do you think?”
“So what? Mmhhh.. dear… I love you because it’s you. If there’s another girl I won’t do it you know…”
“Tapi masa kamu tidak negur aku atau merasa keberatan dengan sikapmu yang berubah?”
“Aku akan menerima segala perubahan dari kamu karena itu kamu, bukan cewek lain. Kalau menurutmu, kamu lebih comfort dengan begini, then just continue it…”
“Aduh, kamu ini gimana sih. Yah, aku tidak suka dengan semua ini. Aku cuma pengen lihat reaksimu kalau aku berubah gimana… Sorry for that..”
“I love you because it’s you…”

Aku telah memiliki seseorang yang begitu menyayangiku apa adanya diriku, dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Aku yakin hubungan kami akan bertahan dari perkataan tak penting dari orang lain. Yang penting dalam sebuah hubungan adalah kejujuran dan kepercayaan bukan hal romantis yang mengundang kecemburuan orang lain. And I love my relationship with him forever…

Saturday, March 6, 2010

Mimpi dan Kesempatan

Salam hangat kuhanturkan padamu sobat. Sudah berminggu-minggu ku tak bersua denganmu. Banyak hal yang mewarnai minggu-minggu ini. Terlalu banyak hingga aku tak mampu menggambarkan secara jelas padamu mengenai perasaan ini.

Sobat, kini aku mengerti akan satu hal. Teman yang kita anggap dekat itu tidak selamanya dekat dengan kita. Kadang kala justru yang jauh yang lebih mendekat dengan kita, yang lebih peduli, dan lebih menyemangati di saat butuh dukungan. Yah, mungkin ini hanya terjadi padaku, tak pada semua orang. Itulah yang kurasakan. Memang dari dulu aku sudah memutuskan untuk tidak begitu percaya tetapi lebih percaya pada diri sendiri. Dikhianati orang lain akan terasa jauh lebih sakit dari dikhianati diri sendiri. Sobat, mengenai beberapa kejadian belakangan ini, aku melihat banyak teman yang tidak begitu dekat namun selalu memberi semangat padaku. Aku akan berusaha memberi pada mereka yang bisa kuberikan untuk membalasnya.

Aku bergabung dengan dua acara yang akan dilaksanakan pada April nanti. Satu nya teman dekatku sendiri, satunya lagi teman yang lumayan dekat. Bekerjasama dengan kepanitiaan yang orangnya hampir sama membuatku lebih mengenal mereka. Watak dari masing-masing. Ada yang cuek, ada yang merasa semua hal akan berjalan lancar, ada yang memperhatikan tiap detail. Sama hal nya dengan jabatan yang aku pegang selama setahun ini. Bergabung dalam komunitas ini sebenarnya tak ada banyangan di benakku sama sekali. Hanya dikarenakan kondisi yang memungkinkan membuatku tak sengaja ikut dalam mereka.

Setelah menjalaninya, aku hampir menyesal. Suasana di dalam sangat jauh dari bayanganku. Sebuah komunitas yang aku harapkan mampu menjadi sebuah "keluarga" malah tak mendekati sama sekali. Satu dua orang bahkan membuat hatiku terluka dan kecewa. Jujur, aku tak berharap banyak lagi dan merasa aku tak bergabung lagi dengan mereka. Karena setiap mengingat jabatan itu, hatiku ikut sakit. Aku tak ingin kehilangan teman-temanku karena bergabung dengan mereka. Namun, tampkanya hingga masa jabatanku yang hampir habis ini aku masih tak mampu merangkul teman-temanku untuk mendekat. Itu wajar karena banyak yang sudah bergabung dengan komunitas ini merasa lebih bangga, sombong, dan merasa lebih dari yang lainnya. Dan jauh sebelum hari ini, aku sudah memilih untuk tidak ikut dalam periode selanjutnya, cukup sampai di sini. Aku mundur.

Namun, ada seseorang yang sangat mendukungku untuk tetap melanjutkannya dan bahkan menjadi pemimpin dari mereka. Aku, diri ini, dengan banyak kekurangan sangat dipercaya untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik bagi komunitas ini. Aku salah satu harapan untuk mengarahkan ke arah lebih baik. Dia dan mereka percaya dan membutuhkanku. God, aku bahkan tidak mau lagi bergabung periode selanjutnya. Aku bahkan tidak pernah memikirkan aku akan menjadi penerus dan siapa yang ada di sampingku untuk mendukungku karena aku memang tidak menginginkan posisi itu. Aku sudah punya rencana sendiri dan ingin mewujudkan mimpi-mimpiku yang tertunda. Tapi dengan harapan besar orang-orang di pundakku, aku menjadi bimbang. Dalam hitungan hari aku harus memutuskannya. Aku tahu posisi itu teramat berharga, hanya diberikan sekali seumur hidupku. Dengan posisi itu, aku akan banyak belajar, menggali banyak hal, dan mendapat banyak kesempatan langka. Aku bingung. Apa yang harus kulakukan tetap pada pendirianku atukah melangkah maju untuk bersaing? Mimpi-mimpi yang kemungkinan besar akan tertunda dan mendapatkan kesempatan langka itu..