Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Sunday, August 22, 2010

What are the value that you're looking for?

Sebuah pertanyaan yang cukup sederhana bukan? Namun jawabannya belum tentu sesederhana itu. Setiap hari kita memulai aktivitas dari pagi jam 7 hingga malam jam 9, dari hari Senin hingga hari Minggu. Aktivitas apapun itu baik kerja, kuliah, atau hal lainnnya. Apa nilai yang kita cari? Apa tujuan yang ingin kita capai? Sering kali kita tak mampu menjawabnya. Begitu juga dengan aku. Ketika menonton sebuah film India, 3 idiots. Aku terkagum melihat sosok pemeran utama dalam mencari nilai yang dia ingin raih dalam hidupnya. Tak peduli dengan pendapat orang lain dan ejekan orang lain, dia tetap berpegang teguh pada prinsip untuk mencapai nilai itu. Jujur, mental yang dia miliki tak semua orang memilikinya. Meski itu hanyalah sebuah skenario dalam film tapi ada pesan yang disampaikan oleh sutradara kepada para penonton. Kembali ke topik semula. Aku bingung menemukan jawaban dari "Apa yang kucari dalam hidup ini?". Kesuksesan kah? Kesuksesan seperti apa? Mendapat karier yang baik? Kekayaan kah? Memiliki rumah mewah, mobil mewah, barang-barang mewah lainnya? Kesempurnaan kah? Memiliki karier yang baik, pasangan yang baik, dan kekayaan yang berlimpah? Itu kah semua yang bisa membuat hidup kita memiliki arti? Aku tak berani menjawabnya karena aku belum mengalaminya sendiri. Sabtu lalu, aku mendengar sebuah topik bahasan di radio " Hal apa yang tak mampu dibeli dengan uang?" Masa sekarang memang terkesan sepertinya tak ada hal yang tak bisa dibeli dengan uang. Dulu, orang mengatakan cinta tidak bisa dibeli dengan uang, sekarang tentu telah berubah. Tuntutan zaman semain banyak, kehidupan semakin sulit. Menurutku hal yang tak mampu dibeli dengan uang adalah kesehatan. Ketika menderita sebuah penyakit yang tak ada obatnya, berapa banyak uang yang mau dikeluarkan juga sia-sia. Untuk itu, senantiasa bersyukur kita masih memiliki kesehatan yang baik. Hal lain mungkin adalah waktu dan kenangan. Berapa banyak uang untuk memutar ulang waktu dan kenangan tidak akan pernah bisa.Waktu tak pernah bisa berjalan mundur. Kenangan akan seseorang, suatu tempat, dan suatu keadaan juga takkan pernah terulang. Meski tempat dan orangnya sama dan waktunya sama namun tanggal nya telah berbeda. Untuk itu, menurutku tak ada istilah suatu momen adalah yang terindah karena takkan terulang. Semua momen yang terjadi dalam hidup takkan pernah terulang sehingga semuanya adalah istimewa dan terindah bagaimanapun itu. Setelah ada pertanyaan pengacu mengenai hal yang tak mampu dibeli dengan uang. Uang bukanlah nilai yang aku cari, mungkin sesuatu yang lebih daripada itu. Uang bukan segalanya, tapi memang tak dapat dipungkiri segalanya butuh yang. Penyakit masih memiliki peluang diobati sekecil apapun dengan uang. Uang menjadi hal paling dasar yang kita butuhkan untuk bertahan hidup selain orang-orang tentunya. Dari kita lahir hingga sekarang, entah telah membutuhkan jumlah biaya yang berapa banyak dan bantuan banyak orang. Dari kita membuka mata hingga menutup mata nanti, tak terhitung uang yang dikeluarkan dan tenaga orang-orang yang membantu kita. Kita bukan apa-apa tanpa mereka. Semoga nilai yang akan kita cari bukan hanya berguna bagi kita sendiri melainkan bagi mereka yang telah berjasa dalam sepanjang hidup kita baik yang kita kenal maupun tidak. Selamat mencari nilai dalam hidupmu, Sobat!


Tidak ada yang salah, tidak juga kamu, dia atau mereka. Segala sesuatu hanyalah telah berubah... Dirikulah yang terlanjur berubah...

Kusadari akan ada sebagian hal yang tetap akan seperti itu hingga kapanpun, sifat dasar yang teramat sulit untuk diubah. Di saat kita berubah, kita tidak bisa mengharapkan orang lain juga berubah. Namun, beginilah adanya. Aku hanyalah aku yang tak akan pernah menjadi dia, kamu, atau mereka. Kamu adalah kamu, dia adalah dia, mereka adalah mereka, yang tak akan pernah berubah menjadi aku. Untuk itu, aku belajar menerima keadaan yang telah terbentuk sekarang ini. Aku sulit berubah mungkin juga dengan dia, kamu, atau mereka. Aku tak akan memaksa.

Aku bergantung pada diriku sendiri dan mungkin akan selalu begitu. Tidak tahu apakah itu keliru atau tidak, setidaknya hingga kini aku masih mampu berdiri tegak dengen topangan diriku ini.

Hidup adalah pilihan. Aku selalu mengatakan seperti itu. Kita harus memilih antara pilihan-pilihan yang ada. Bahkan tidak memilih itupun sebuah pilihan. Tidak boleh tamak menginginkan semuanya. Seorang tak akan mampu menginjak dua perahu sekaligus. Resiko amat besar adalah terbaliknya kedua perahu itu beserta dirinya sendiri. Untuk itu aku memilih melepasmu, dia, dan juga mereka. Membebaskan kalian semua memilih yang kalian suka, memilih keadaan yang kalian inginkan, dan memilih hubungan seperti apa yang ingin dibina.

Aku tak memaksamu, dia atau mereka untuk berubah... lebih menginginkanmu, dia dan mereka untuk menjadi apa adanya... Demikian juga dia, kamu , dan mereka mampu menerima diriku yang begini adanya...

Sesungguhnya beginilah hidup... pilihan.. perbedaan... dan perubahan...


Saturday, August 21, 2010

Mungkin rasa itu telah tiada... Kesimpulan yang cukup tepat menggambarkan semuanya. Dia pergi atau tidak, tak lagi pengaruh. Jujur, aku lebih mengingkan yang pertama. Dia bagaikan sebuah batu kecil. Dulu ketika aku menggenggamnya aku tak merasakan kalau dia berat. Tapi ketika aku memikulnya ke manapun aku pergi, terasa  lumayan berat. Lama kelamaan aku letih juga. Dulu aku begitu menginginkannya karena dia tampak begitu memukau, sehingga aku memungutnya dan menggenggamnya erat seakan tak ingin melepaskannya. Namun aku sadar, dia selamanya tak mungkin aku genggam, aku harus meletakkannya di tempat lain, aku membawanya ke mana-mana di dalam tasku. Seiring dengan berlalunya hari aku merasakan dia cukup memberatkanku. Di mataku dia kelihatan tidak begitu memukau. Ketika aku ingin meletakkannya kembali dan enggan membawanya, dia malah merengek untuk ikut dan jujur itu lebih memberatkanku. Untuk itu, aku mengenyahkannya dan berharap dia jatuh sendiri entah di suatu tempat mana agar aku bisa lepas darinya...

First Month in 20th

Bulan pertama hhmm.. masih adem ayem.. Istilahnya masih belum begitu hal signifikan yang terjadi. Ha97… ^^ Menjelang usiaku yang ke20 aku berjalan keliling Korea. Melihat sebuah negara yang sangat wow menurutku. Negara yang bisa menjadi teladan bagi Indonesia. Tepat hari ulang tahunku, aku memperingati hari meninggal nenekku. Setelah itu aku pergi bersama teman-temanku. Selebihnya kuhabiskan di rumah dan kadang jalan-jalan bersama mama dan teman-teman hingga hari kepulanganku ke Bandung. Setibanya di Bandung, yang kukira awalnya bakal nganggur 2 minggu tak ada kerjaan, ternyata salah, rentetan acara sudah menunggu. Mulai dari hank out bersama teman-teman dari Dufan, karaoke, dan BSM. Minggu depannya lagi ada acara ke Pulau Tidung, masih bagian dari Kepulauan Seribu. Lumayan menyenangkan dan pulangnya kulit gosong. ^^ Setelah itu mempersiapkan masuk kuliah. Bulan ini masih standar. Let’s see next month dear!

Arti Sebuah Ulang Tahun

Apa sih arti sebuah ulang tahun bagimu sobat? Sebuah perayaan kah? Sebuah peringatan tanda kedewasaankan? Sebuah perenungankah? Atau apa? Bagiku, ulang tahun adalah sebuah perenungan bahwa beberapa tahun silam mamaku telah bertaruh nyawa melahirkanku ke dunia ini. Munafik memang. Aku sendiri baru merasakannya beberapa tahun belakangan ini. Ulang tahun juga sebuah alarm bahwa usiaku telah bertambah setahun. Ulang tahun bukan lagi sebuah perayaan sejak aku mendapat makna perenungan itu. Dulu, aku selalu menginginkan pesta perayaan yang dari dulu tak pernah kudapatkan, hanya sekali seumur hidup dirayakan secara besar-besaran yaitu saat usiaku menginjak 17 tahun. Menghabiskan uang berjuta-juta demi sebuah malam perayaan. Rasanya diriku sangat bodoh sekali saat itu. Jika dulu aku lebih bisa berpikir, aku akan memilih menggunakan uang itu untuk pergi berlibur daripada menghabiskannya untuk kesenangan semalam. Jujur, aku selalu merasa ulang tahunku hanyalah sebuah hari yang biasa saja, kecuali saat aku berkesempatan mengucapkan permohonanku di patung Kwan Im yang sangat tinggi megah di Fo Guang Shan, Gao Xiong, Taiwan. Di tahun itu, aku merasakan sesuatu yang luar biasa hingga aku dapat mengingatkan salah satu hari besarku di tempat yang amat suci. Selebihnya, hari itu adalah hari yang hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Memang tak ada tradisi perayaan ulang tahun siapapun di keluargaku. Tak ada kue, mie, telur merah, dan sebagainya, bahkan tak ada ucapan. Untuk itu, aku tak akan merasakan apa-apa ketika ada teman yang melupakan ulang tahunku. Itu sudah hal yang biasa kualami, apalagi ulang tahunku sering bertepatan dengan liburan. Tak ada yang perlu disedihkan bila tak diingat. Namun aku sendiri malah sangat menyukai mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman-temanku baik dengan kado maupun tidak. Entah mengapa, mungkin ketika aku memberi sebuah ucapan maupun harapan singkat, itu akan menjadi bagian dari kebahagiaan mereka saat itu dan aku merasakannya. Aku senang melihat teman-temanku bahagia dan aku senang memperhatikan mereka lewat sebuah ucapan sederhana. Untuk itu, aku juga sudah cukup senang jika saat aku berulang tahun orang memberi ucapan selamat. Sungguh, itu sudah lebih dari cukup, aku tak mengharapkan surprise yang merepotkan banyak pihak. Apalagi jika perayaan yang heboh seperti mengerjai. Sungguh aku paling tidak menginginkannya. Berapa banyak bahan makanan yang dibuang padahal masih banyak orang yang kelaparan di luar sana. Berapa uang yang dikeluarkan hanya untuk hal yang tak berguna seperti itu. Munafik? Mungkin iya. Tapi bagiku perayaan semacam itu bukan perayaan sebuah ulangtahun. Orang yang berulang tahun dikerjai semacam itu. Aku tidak pernah mau memperlakukan temanku seperti itu di hari besarnya karena bagiku di hari itu dia seharusnya tidak dikerjai tetapi diberi selamat dan hal-hal menyenangkan lainnya. Untuk itu, aku sendiri juga tidak suka diperlakukan seperti itu. Aku yakin teman-temanku yang telah mengenalku, mereka akan tahu dengan sangat apa yang kuinginkan untuk sebuah ulang tahun. Ulang tahun memang sebuah hari besar bagi seseorang. Aku tidak menuntut semua orang sama sepertiku yang cukup dengan menerima sebuah ucapan. Setiap orang memiliki caranya masing-masing merayakan, tetapi haruskah dengan dikerjai teman-teman dengan menyia-nyiakan bahan-bahan makanan? Mungkin kamu bisa menjawabnya sobat. 

Monday, August 16, 2010

Just Myself Alone...

Aku sering merasa diriku adalah orang yang egois. Yah, aku mengakui hal itu. Aku selalu berusaha mengatakan pada diriku sendiri kalau akulah yang salah dan akulah yang harus berubah. Namun ketika sampai pada satu titik, logikaku mengatakan bahwa merekalah yang egois dan aku sudah cukup berubah. Yah, aku telah berusaha tapi mengapa tak ada perubahan dari mereka, tak ada usaha dari mereka. Ataukah mungkin perubahanku belum cukup? Menyalahkan diri sendiri juga bukan sesuatu hal yang baik. Selama ini aku yakin cemoohan orang padaku punya maksud yang berlainan. Jujur, aku tak akan merasa terganggu dengan omongan orang yang tidak kenal dengan baik denganku. Hey, you don't even know me! Mereka hanya melihat dari luarnya saja, dan dengan seenaknya mengeluarkan komentar-komentar pedas. Sementara orang-orang yang telah kenal denganku, mereka akan mengerti mengapa diriku begitu keras, begitu memegang sesuatu hal. Untuk mereka yang mampu menerimaku apa adanya aku sangat berterimakasih. Untuk mereka yang ingin mengubahku meski ke arah yang lebih baik, sangat disayangkan mungkin aku akan mengecewakan mereka. Aku hanya akan berubah karena diriku sendiri yang menginginkan, bukan keinginan orang lain. Karena jika demikian, ketika orang itu pergi meninggalkanku maka tak akan ada motivasi untuk berubah lagi.



Aku dengan diriku yang begini, dengan berbagai sifat buruk dan baik yang kumiliki. Syukurlah, aku masih mampu berdiri tegak hingga kini. Aku masih mampu  mengatasi masalah yang kuhadapi bahkan kadang aku membantu teman-temanku. Aku selalu memiliki waktu bagi mereka untuk membantu atau hanya sekedar menjadi pendengar yang baik. Aku selalu akan mengusahakan yang terbaik bagi mereka. Meski demikian, aku sering kali dikecewakan karena di saat aku butuh mereka, mereka belum tentu mampu menjadi demikian. Ini adalah perbedaan setiap orang. Standar aku dengan mereka berbeda. Untuk itu, aku mulai menyadari tidak perlu memaksakan dan tidak perlu menuntut banyak dari mereka. Mereka begini adanya dan aku begini adanya, pasti akan ada perbedaan itu. Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik tanpa berharap banyak. 

Mencari, maka Anda tidak akan menemukan.
Berharap, maka Anda akan ksecewa.
Memiliki, maka Anda akan kehilangan.

Itu yang akan kucoba untuk pegang menjadi pedoman hidupku. Tak terlalu berharap banyak. Semua orang akan berbeda dengan yang kita harapkan. Just do my best for them... Seeing their smiles faces already make my world wonderful...

Trip to Tidung Island

 
Sesungguhnya aku tidak begitu dekat dengan mereka, memutuskan bergabung hanya sekedar untuk mengisi waktu liburan dan jiwa petualangku untuk mengunjungi tempat yang baru. Tak lebih dari itu. Syukurlah selama perjalanan 3 hari 2 malam meski aku sempat sedikit kesal namun semua diakhiri dengan manis dan berkesan. 

Hari pertaama setelah menempuh perjalanan dengan kapal teromabang ambing selama 3 jam di lautan. tiba di pulau Tidung. Setelah makan siang, kami mengunjungi Tidung keil.

Terlalu banyak kisah lucu dan menyenangkan yang tak cukup ditulis di sini... Hanya mampu dikenang dalam ingatanku... Mungkin suatu saat ketika mengenangnya kembali akan terasa rindu... Hanya menghargai tiap kesempatan bersama mereka. Meski bukan orang-orang terdekatku setidaknya selama 3 hari itu aku merasa dekat dengan mereka dan aku juga belajar banyak untuk lebih bersabar. Menyadari bahwa setiap orang memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda-beda. Bahwa setiap orang diciptakan beda. Untuk itu, tak perlu memaksakan mereka sama denganku.

 





Apapun yang telah terjadi.. terjadilah...
Apapun yang telah berlalu.. berlalulah..
Semua hanya akan menjadi sebuah kenangan...
Yang akan membekas di hati setiap dari kami,..

Sebuah perjalanan bersama...
Tertawa bersama...
Menghabiskan waktu bersama...
Merasakan suka duka bersama...

Melihat senyuman di wajah mereka..
Menentramkan hatiku...
Ingin kuterus merekamnya tak cukup di foto...
Juga di hati dan pikiranku.,..

Last Holiday Before Back to Campus...

Saturday, August 7, 2010

Sobat, telah lama tak bersua.

Maafkan telah lama tak bercerita padamu.

Hari ini aku menolak pembicaraan di telepon dengannya sebanyak dua kali. Kamu tahu, aku merasa sedikit bersalah. Tapi aku benar-benar malas berbicara lebih lanjut dengannya. Tak ada bahan pembicaraa, tak ada topik yang dibahas, hanyalah basa-basi semata. Apakah memang diantara kami tak ada yang perlu dibicarakan ataukah memang telah sampai pada titik jenuh itu. 

Segalanya telah berubah. Iyah, aku mengakui perubahan itu. Aku bukan lagi seseorang yang mengagumi dirinya juga bukan seseorang yang mampu menerima segala kekurangnnya lagi. Aku juga bukan lagi seseorang yang menginginkannya lagi. Dia tidak lagi mempesona di mataku, tak bedanya dengan yang lain. Posisinya juga sama dengan lainnya. Aku tidak menginginkan lebih dan hatiku juga takkan membiarkannya. Sudah cukup semuanya sekarang ini. Sudah sirna semua perasaan itu terhadapnya. Harusnya aku menyadari sejak dulu dengan ketidakyakinan diriku akan dirinya. Memang mengikuti kata hatiku pagi hari itu merupakan jalan yang tepat.

Setelah dua bulan terpisah, bertemu kembali dalam sebuah situasi yang berbeda, dalam keadaan hati yang telah berbeda. Aku bukan seseorang yang sabar dan pandai memasang topeng untuk pura-pura menganggap semuanya baik-baik saja. Yah, semuanya baik-baik saja. Aku, diri ini yang tidak baik. Diri ini pula yang memutuskan segalanya berakhir di pagi aku mendapat suara hatiku. 

Tahukah kamu betapa egoisnya dirimu. Kamu selalu menanyakan apakah salah menyatakan perasaanmu kepadaku. Tidak, tidak ada yang perlu disalahkan. Kamu toh sudah mengungkapkannya. Kamu masih berani meminta jawaban dariku sementara kamu dalam hitungan kurang dari sebulan akan pergi untuk melanjutkan masa depanmu. Tidakkah kamu terlalu egois? Apa yang harus kujawab? Apa pengaruhnya jawabanku? Tak ada. Segala sesuatu tetap akan berjalan sebagaimana mestinya. Dan kamu dengan beraninya menanyakan jawabanku, bahkan suatu masa depan yang pasti tidak mampu kamu berikan. Kamu masih terus saja mendekatiku, bahkan lebih dekat dari sebelum kita berpisah dulu. Kamu tega sekali melakukan itu semua padaku. Tidakkah kamu memikirkan bagaimana kalau perasaanku padamu semakin menjalar dan di saat kamu meninggalkanku, aku akan sedih dan terpuruk. Aku merasa kamu hanya mementingkan pribadimu sendiri yang masih mampu menikmati kebersamaan sebelum pergi. Sementara aku? Aku harus menjaga ketat perasaanku agar tidak tenggelam dalam kedekatan kita dan akhirnya terpuruk dan hancur saat kamu pergi. Kini aku telah berhasil menjaganya dan menghapusnya. Kamu malah bertanya apakah ada sesuatu yang salah terjadi? Segalanya terasa asing dan aneh. Jadi, maumu bagaimana? Kita dekat layaknya orang yang membina hubungan dan berakhir dengan jalan perpisahan yang sudah pasti di depan mata? Harusnya kamu menyadari ini caraku untuk menjaga jarak di antara kita, agar tak ada sakit yang lebih yang akan terjadi.

Sobat, aku dengan dia akan berakhir dengan jalan itu dan sudah di depan mata. Tapi dia malah mendekatiku dan membuatku merasa tidak nyaman dengan segala pendekatannya yang layaknya aku miliknya.Maaf, mungkin aku harus menunjukkan sikap jujurku untuk membatasi hanya sebagai teman.

Kekaguman itu telah sirna...
Bukan berarti terlambat...
Hanyalah mungkin kita tak harus bersama...