Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Thursday, December 31, 2009

Terakhir untuk 2009

Terima salam sapaku sobat...
Kukembali ingin mengungkap perasaanku pada kalian...
Detik-detik menjelang berakhirnya tahun ini...
Hari terakhir...
Pagi terakhir...
Siang terakhir...
Petang terakhir...
Malam terakhir...
Jam terakhir...
Menit terakhir...
Detik terakhir...
Kenangan terakhir...
Kebahagiaan terakhir...
Kesedihan terakhir...
Air mata terakhir...
Tawa terakhir...
Pertemuan terakhir...
Di tahun 2009...

Tak seperti biasanya diriku seperti ini. Mungkin ini karena tidak ada kegiatan seperti tahun-tahun sebelumnya dimana aku sibuk mempersiapkan acara penyambutan tahun baru bersama teman-teman viharaku. Tahun ini aku memutuskan untuk tidak ikut bergabung. Sejak beberapa hari lalu menjelang akhir tahun hati ini selalu tidak tenang dan emikirkan tentang banyak hal. Apa yang telah kucapai selama setahun ini? Apa yang telah kulakukan? Apa yang harus kuubah dan kukembangkan?

Sebuah momen menjelang tahun baru memang menjadi momen yang sangat istimewa. Baru-baru ini aku mendengar beberapa kabar duka dan juga kabar gembira. Diri ini pun merenung, bagi keluarha yang ditinggalkan apakah mereka masih bisa merasakan kebahagiaan dan maraknya sebuah tahun yang baru. Apakah mereka bisa keluar dari kesedihan menjelang tahun yang baru atau hati mereka tetap diliputi kesedihan yang mendalam? Bagaimana dengan keluarga-keluarga yang tak mampu yang hidupnya serba kekurangan? Apakah mereka tetap mampu merasakan cerianya sebuah tahun baru? Tahun baru yang idenktik dengan keceriaan, kemarakan, pesta, kemeriahan, dan kebahagiaan apakah dapat dirasakan semua orang tanpa terkecuali.

Ketika kumerenungkan hal itu, aku menjadi mengerti makna sebuah tahun baru bagiku. Bukan sebuah pesta yang mewah, bukan juga keceriaan, kemarakan, kemeriahan, dan kebahagiaan sesaat menyambut pergantian tahun. Yang terpenting aku dapat merenungkan kesalahan dan pencapaianku di tahun ini agar dapat menjadi sosok yang lebih baik di tahun depan. Mengapa? Karena aku sangat bersyukur masih dapat bernafas di tahun yang baru, aku masih dapat berkarya, aku masih memiliki keluarga yang kusayangi, aku masih memiliki teman-temanku, aku masih menjadi seorang manusia yang serba kecukupan.

Arti tahun yang baru yang baru kurenungkan saat ini di saat sedang tidak sibuk melakukan apapun. Makna yang sangat mendalam yang membuat bahkan diriuku sendiri tak menyadari dan tak mempercayai pikiranku meluas hingga begitu. Aku merasa ini bukan diriku, namun inilah diriku. Diri yang sekarang telah menginjak hampir seperlima abad dengan segala kelebihan dan kekurangan. Diri yang akan melangkah ke sebuah tahun yang baru dimana akan kugoreskan karya-karya ku agar lebih berwarna. Diri yang selalu bersyukur dengan apa yang masih kumiliki sekarang. Diri yang akan selalu berusaha menghargai setiap yang kumiliki dan setiap yang bersamaku. Diri yang akan selalu percaya dengan yang namanya karma dan jodoh.

Hatiku berpacu...
Pikiranku kacau...
Mulut tak besuara...
Mata tak berkedip...

Tertulis seungkapan curahan hati untuk suatu tahun yang lebih baik...
Aku akan mengembangkan bakat yang kupunya...
Aku akan mengubah kebiasaan burukku yang sudah agak berkurang...
Aku akan berusaha peduli dan tidak peduli...
Aku akan berusaha lebih terbuka dengan yang lain...
Aku akan berusaha menciptakan sebuah karya...
Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kedua orangtuaku lagi...
Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk teman-temanku...
Aku akan berusaha melupakan kesalahan yang dilakukan siapapun...
Aku akan berusaha untuk melepaskan kemelekatan...
Aku akan berusaha untuk selalu berusaha...

Wednesday, December 30, 2009

Bawa pergi sakit ini

Tidak ada kegiatan membuat pikiranku ke mana-mana, berpikir tentang banyak hal dan banyak orang.
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu tidak pernah dihargai di lingkunganmu?
Apa yang akan kamu lakukan jika beberapa di antara mereka menganggup tidak ada bagaikan angin lalu?
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu selalu diomongin di belakang?
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu merasa lebih baik untuk pergi dari mereka daripada merasa tersiksa seperti ini?
Apa yang akan kamu lakukan jika orang yang dahulu baik terhadapmu berubah menjadi tidak mau menyahutmu sama sekali?
Apa yang akan kamu lakukan jika keadaan berubah tanpa kamu tahu alasan sebenarnya?
Apa yang akan kamu lakukan? Pergi kah? Mungkin itu hal pertama yang terlintas di pikiran setiap orang termasuk yang kupikirkan.
Untuk apa tetap bertahan di suatu lingkungan yang masih tak mampu menerimamu hingga setahun setengah?
Untuk apa selalu mengalah terhadap orang-orang yang selalu menyakitimu?
Untuk apa juga harus selalu merasa mereka tidak pernah berbuat demikian dan memperbaiki keadaan menjadi lebih baik lagi yang nantinya akan buruk kembali?
Untuk apa menyakiti dirimu sendiri dengan berada di antara mereka dan diabaikan?
Untuk apa tetap bertahan padahal dengan jelas kamu tahu kepergianmu lebih diharapkan?
Untuk apa bersikeras mempertahankan hubungan padahal memang tidak berjodoh?
Untuk apa mereka menerima dan akhirnya menjadi begini?
Pertanyaan-pertanyaan itu sering muncul namun dengan bodohnya kuenyahkan.
Ku tetap berharap semuanya dapat lebih baik dari keadaan yang sudah buruk ini.
Ku tetap dengan bodohnya tetap bertahan di antara orang-orang yang tak menghargai dan mengabaikan kehadiranku.
Ku terus berharap akan ada suatu saat hati mereka tersentuh.
Namun kadang diri ini lelah menanti suatu saat itu. Seorang Bhante pernah berkata mengerti orang lain adalah sesuatu sikap yang bijaksana. Semakin berusaha semakin tidak ada hasilnya semakin diri ini lelah. Akankan pilihan terakhir untuk menyerah adalah yang terbaik? Aku sendiri juga belum cukup yakin. Di awal aku menapakkan kakiku di sini, ku berharap dapat menghabiskan hidupku di kota ini di sini. Aku selalu menguatkan diri sendiri dengan berkata tak akan ada lain kali aku diperlakukan seperti itu. Namun, ternyata terus berulang dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu lain. Lama kelamaan semangat dan tenaga ini juga sudah terkuras habis, lelah. Terus menerus ku memaafkan semua yang pernah dilakukan, berusaha melupakannya dan memulai suatu keadaan lebih baik namun kembali lagi buruk. Ku berusaha menerima semuanya dengan setulus mungkin namun tetap saja terus berulang. Mungkin keputusan terbaik adalah untuk meninggalkan semuanya terkubur di sini. Dengan demikian, takkan ada lagi sakit di hati ini, luka di hati ini, air mata di wajah ini, tertekan dan lelah.

Bintang itu Dia

Aku telah mengetahui dia lama di suatu waktu
Baru berlanjut mengenal dia saat ini
Dia sama seperti lainnya
Datang dalam hidupku dan mengisinya

Dia terlalu tinggi untuk kuraih
Banyak kelebihan yang dia miliki
Banyak teman mengitari dia setiap saat
Aku hanyalah ibarat penghias di antara dia

Tanpa aku pun dia tetap akan bersinar terang

Dia bukan orang yang memujaku
Dia bukan orang yang merayuku
Dia bukan orang yang mendekatiku
Dia bukan orang yang memperhatikanku

Dia seorang yang bersahabat
Dia seorang teman yang baik
Dia seorang yang ramah
Dia seorang yang kukagumi

Diri ini merasa tak berarti apa-apa
Diri ini merasa tak pantas
Tak berani berharap secuil pun
Agar dia memperhatikan penghiasnya

Diri ini sudah cukup tersenyum
Masih mendapat tempat sebagai penghias
Tak berani bersuara
Agar dia menoleh padaku

Bintang yang bersinar terang
Tak hanya bagi diriku juga bagi banyak orang
Dia terlalu tinggi untuk kuraih
Cukup dengan memandangnya dari bawah

Aku pun telah bahagia...

Friday, December 18, 2009

Sedih...

Sedih... air mata... Beberapa hari ini ku melihat bertaburan air mata dari beberapa temanku. Mereka sedang berteman baik dengan kesedihan itu. Aku pun bertanya dalam hati sepertinya saya cukup kuat untuk masalah yang dihadapi mereka. Hati saya ikut merasaka kesedihan mereka. Ingin sekali ku menggantikan posisi mereka karena sku merasa aku lebih kuat menghadapi daripada mereka yang begitu rapuh. Namun di satu sisi mereka tetap harus menjalaninya agar mampu menghadapi sesuatu yang lebih besar, membentuk mental mereka. Beberapa nasihat kulontarkan pada mereka. Akan tetapi, sebenarnya aku sendiri juga memiliki masalah yang tak kunjung selesai dan terus berulang-ulang dari satu waktu ke waktu lain. Yang oleh orang lain dikatakan aneh. Memang benar, mungkin banyak kebiasaanku aneh menurut orang lain, namun itulah cara aku dapat bernafas bebas, dengan cara seperti itu aku dapat merasakan detik-detik yang kulewati, dan dengan cara seperti itu aku dapat belajar untuk kuat melewatinya dan menganggao itu sebagai latihan. Latihan dan proses untuk menjadi sosok yang lebih baik dan dapat menopang seluruh temanku.

Air mata... Sedih... engkau membuat seseorang belajar...
Membuat seseorang berani menghadapi...
Namun bisa membuat seseorang jatuh terpuruk...
Tak berani bangkit...

Kurang dari dua minggu lagi kita semua akan menutup tahun ini. Dari lubuk hatiku yang terdalam berharap seluruh temanku dapat berada dalam zona kebahagiaan untuk mengakhiri tahun ini agar memiliki api semangat untuk melanjutkan ke tahun berikut.

Friday, December 11, 2009

Masa, jalan, tapak, detik

Kukembali hadir dengan jejak-jejak tangan…
Semoga tidak bosan-bosannya engkau mendengar curahan hatiku…
Di mana pun engkau berada… siapapun engkau…
Wahai makhluk-makhluk di luar sana…
Mungkin aku tak mengenalmu… bahkan tidak mengetahui namamu…
Dengan tulus sepatah kata terima kasih kuucapkan…
Untukmu orang yang begitu istimewa membaca curahan ini…

Lebih dari dua minggu, tidak sampai tiga minggu lagi diri ini akan berjalan melangkah ke sebuah masa yang lain… ke suatu waktu yang lain. Angka terakhir pada tahun bertambah satu. Hanya satu setelah perjalanan panjang selama duabelas masa. Setelah kelelahan menempuh limapuluh dua jalan dan juga cucuran tenaga melangkah tigaratus enampuluh lima tapak. Sesampainya di penghujung masa, di tepi jalan, di tapak terakhir, perasaan ibarat campur warna di galaksi, panas, penuh warna, menggejolak, sangat luar biasa. Penantian lama tak sanggup bertahan untuk tidak meledak. Terciptalah perayaan yang sungguh meriah, kembang api mewarnai angkasa menggambarkan warna hati sesungguhnya. Pesta yang menggambarkan perjalanan hidup. Di saat mempersiapkannya akan ada banyak halangan, rintangan, cobaan. Di saat menikmatinya rasa bahagia memuncak dan melepas semua beban di hati ini. Di saat pesta telah usai, yang ada hanyalah rasa lelah namun bahagia. Terompet ditiup riang memeriahkan suasana. Dalam perjalanan hidup, kadang kala kita merasa bosan, perlu ada teriakan-teriakan menghidupkan suasana. Itulah orang-orang di samping kita yang senantiasa mendukung. Kadang kalanya kita merasa tuli atau tidak sadar akan apa yang kita lakukan. Itulah orang-orang di samping kita yang akan mengingatkan kita. Terompet itulah orang-orang di sekitar kita. Detik-detik menuju pergantian tahun, acara “countdown” selalu tak pernah terlewatkan. Berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita sayangi bahkan orang yang tak kita kenal sekalipun. Dalam menjalani sehari-hari kita tidak hanya butuh orang-orang yang kita kenal tapi juga orang-orang asing untuk mendukung kita. Saat menghitung bersama, detik-detik itu detik-detik yang sama di saat kita melangkah setapak, di saat kita berjalan hanya saja sekarang kita beralih ke sebuah masa. Detik-detik itu mengajarkan pada kita begitu berharganya bukan hanya untuk sebuah masa yang akan dijalani, melainkan juga untuk jalan yang kita lalui dan langkah tapak kita. Detik-detik itu persis sama dengan tigaratus enampuluh lima tapak yang telah kita jalani. Yang saat dia berlalu, tidak akan pernah bisa menggapainya lagi. Detik-detik ini menjadi sangat berharga hanya karena dia berada pada skala yang lebih besar yaitu masa bukan pada jalan maupun tapak. Ini jarang kita sadari dalam kehidupan kita, seringkali kita menganggap sesuatu hal itu istimewa hanya karena suatu kondisi padahal sesuatu yang sama itu pernah kita dapatkan bahkan jauh lebih sering dan sering tidak dihargai. Setelah angka tahun itu bertambah, kita sibuk mengucapkan “selamat” kepada semua orang yang kita kenal bahkan pada semua orang yang bersama dengan kita pada saat itu. Kata “selamat” merupakan satu kata yang sangat bagus. Dia memiliki kekuatan menghargai prestasi seseorang, dia juga memiliki aura membuat orang bahagia, juga membuat orang puas akan kerja kerasnya. Untuk itu, kata tersebut hendaknya diucapkan ke semua orang tanpa terkecuali mengingat efeknya yang luar biasa. Namun sering kali, kita melakukannya hanya pada orang-orang dekat atau yang dikenal saja. Jauh di alam bawah sadar kita dapat melakukannya terhadap semua orang. Sebagai buktinya, ucapan selamat saat menyambut tahun baru. Kebahagiaan saat tiba di tahun yang baru melambangkan tak peduli siapapun, kebahagiaan yang kita dapatkan kita dapat membagikannya ke semua orang, keceriaan yang ada merangkul semua orang. Semangat membara yang ada untuk menjalani tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya seakan-akan kita menyalurkannya ke banyak orang. Bersama-sama dengan semangat, menopang, saling mendukung, tersenyum satu sama lain, bahkan kadang air mata mengalir sebuah kepercayaan akan lebih baik dari sebelumnya.

Mengamati proses penyambutan masa yang baru, tahun yang baru, mengandung arti yang sangat mendalam. Bertambahnya usia, bertambahnya segala hal membuatku merenungkan akan berkurangnya usia, berkurangnya segala hal, karena pada dasarnya tidak ada yang kekal di dunia ini. Masa depan itu tidaklah pasti. Ekspektasi yang berlebihan akan membuatmu jatuh dan merasakan sakit yang mendalam. Mimpi adalah khayalan. Memang benar, tapi tidak akan selamanya menjadi khayalan jika kamu berhasil mewujudkannya menjadi kenyataan. Jadi, bebas bermimpi asal kamu mampu mewujudkannya, jika tidak sanggup maka janganlah bermimpi. Sama halnya dengan ekspektasi, jika kamu berani berharap demikian maka harus berani juga mewujudkannya. Di saat kamu tidak memiliki keberanian itu ekspektasi dan mimpimu hanya akan menjadi khayalan dan selamanya akan menjadi mimpi yang tak pernah kamu gapai. Selama setahun ini aku belajar mengenai ini. Jangan meletakkan ekspektasimu terlalu tinggi karena di saat kamu jatuh kamu bisa saja tak mampu bangkit. Tetapi berusahalah menjalani apa yang sedang kamu hadapi sebaik mungkin karena mungkin saja hasilnya akan jauh lebih dari ekspektasimu bahkan mimpimu karena kamu sepenuh hati menjalaninya. Who knows? Masa depan tidak dapat diramalkan. Kita hidup di masa sekarang, menghargai detik-detik yang sedang kita lalui adalah yang paling berharga. Mengabadikan setiap momen baik yang bahagia, sedih, terpuruk, bangkit, berhasil, gagal, merupakan hal terindah dalam hidup, kombinasi warna yang sungguh istimewa. Tidak akan ada bahagia jika tidak ada sedih. Tidak akan ada bangkit, jika tidak ada terpuruk. Tidak ada berhasil jika tidak ada gagal. Dualisme itu tak mampu dipisahkan. Bersyukurlah pernah mengalami dan menjalani semuanya. Jatuh bangun seperti ini akan membuat hidup lebih bermakna dan jantungmu berpacu. Inilah hidup. Nafas yang keluar, nafas yang masuk, darah yang mengalir, indera yang menangkap rangsangan, ekspresi, tenaga, perasaan, alangkahnya sempurnanya hidup ini. Untuk itu berkaryalah seakan detik-detik sangat berharga dan takkan pernah kamu dapatkan lagi di detik esok…

Mengutip beberapa baris kalimat yang pernah sesorang utarakan dan sangat menginspirasi saya…
Kutipan dari seorang penulis sukses:
“Tuhan menciptakan api sebagai penyeimbang keteduhan air, penyakit untuk menghargai kesehatan, kematian untuk menghargai kehidupan.”
Pertanyaan dari seseorang:
“Kapan waktu paling penting?”
“Saat ini.”
“Siapa orang paling penting?”
“Orang-orang yang sedang bersama Anda.”
“Perbuatan apa paling penting?”
“Peduli.”

Makna

Sampai pada hari ini…
Menemukan sebuah arti…
Mendalam… Mengesankan… Mengharukan…
Makna hunusan pisau ke ulu hati…

Makna yang kosong… hampa… tak berinti…
Sedalam sebiru seluas hamparan lautan…
Setinggi sebiru seluas hamparan angkasa…
Tanpa batas… tanpa lingkung… tanpa ruang…

Mekar bunga harum semerbak…
Hijau daun segar bertumbuh…
Buah segar bergantung…
Batang kokoh mengayungi...

Adakah yang tahu makna ini?
Mengapa ada makna ini?
Bagaimana mengatasi makna ini?
Siapa pemilik makna ini?

Thursday, December 10, 2009

Autis day and first experience

Tertanggal 10 Desember 2009 saya menjalani hari ini dengan autisme tingkat tinggi. Tidak tahu mengapa, hanya ingin menjalani hari ini dengan begitu. "Sedang ingin sendiri" mungkin itulah pernyataan yang cocok. 2 matkul UAS hari ini tidak bisa dikatakan sukses. Untuk itu saya melepas stress ke salah satu mall untuk menonton film The Reader. Can't you imagine I'm alone? Sebenarnya selain film itu saya ingin nonton dari dulu juga karena saya merasa film ini akan tidak begitu banyak penontonnya. Ternyata dugaan saya benar. Ternyata juga ada yang orang yang senasib dengan saya. Dia cowok lagi, nonton sendiri. Dia duduk tepat di sebelah saya.

Setelah itu saya belanja makanan di supermarket kemudian pulang. Untung saja tak lama kemudian turun hujan deras. Sepertinya hari ini keberuntungan masih berada di pihak saya. Merenungkan pagi hari ini. Salah satu dari mereka kembali membuat saya kecewa. Apa susahnya menanyakan pada saya? Saya sungguh heran. Mengapa selalu begitu? Semuanya ditanyakan satu per satu bahkan yang sedang sibuk sendiri sekalipun. Sedangkan saya, kalau sibuk takkan ditanyakan lagi karena saya sedang tidak sibuk saja tidak akan ditanyakan. Seperti malam ini, hiruk pikuk di luar kamar. Semuanya asik merayakan ulang tahun. Susahkan sebuah sms pemberitahuan akan hal itu? Sudahlah, saya lelah membahas kejadian demi kejadian yang mengulang dari waktu ke waktu dan tidak pernah mengalami perbaikan ke arah lebih baik. Saya hanya bisa menerimanya semuanya dengan lapang dada and sure I'll go on my way...