Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Saturday, August 7, 2010

Sobat, telah lama tak bersua.

Maafkan telah lama tak bercerita padamu.

Hari ini aku menolak pembicaraan di telepon dengannya sebanyak dua kali. Kamu tahu, aku merasa sedikit bersalah. Tapi aku benar-benar malas berbicara lebih lanjut dengannya. Tak ada bahan pembicaraa, tak ada topik yang dibahas, hanyalah basa-basi semata. Apakah memang diantara kami tak ada yang perlu dibicarakan ataukah memang telah sampai pada titik jenuh itu. 

Segalanya telah berubah. Iyah, aku mengakui perubahan itu. Aku bukan lagi seseorang yang mengagumi dirinya juga bukan seseorang yang mampu menerima segala kekurangnnya lagi. Aku juga bukan lagi seseorang yang menginginkannya lagi. Dia tidak lagi mempesona di mataku, tak bedanya dengan yang lain. Posisinya juga sama dengan lainnya. Aku tidak menginginkan lebih dan hatiku juga takkan membiarkannya. Sudah cukup semuanya sekarang ini. Sudah sirna semua perasaan itu terhadapnya. Harusnya aku menyadari sejak dulu dengan ketidakyakinan diriku akan dirinya. Memang mengikuti kata hatiku pagi hari itu merupakan jalan yang tepat.

Setelah dua bulan terpisah, bertemu kembali dalam sebuah situasi yang berbeda, dalam keadaan hati yang telah berbeda. Aku bukan seseorang yang sabar dan pandai memasang topeng untuk pura-pura menganggap semuanya baik-baik saja. Yah, semuanya baik-baik saja. Aku, diri ini yang tidak baik. Diri ini pula yang memutuskan segalanya berakhir di pagi aku mendapat suara hatiku. 

Tahukah kamu betapa egoisnya dirimu. Kamu selalu menanyakan apakah salah menyatakan perasaanmu kepadaku. Tidak, tidak ada yang perlu disalahkan. Kamu toh sudah mengungkapkannya. Kamu masih berani meminta jawaban dariku sementara kamu dalam hitungan kurang dari sebulan akan pergi untuk melanjutkan masa depanmu. Tidakkah kamu terlalu egois? Apa yang harus kujawab? Apa pengaruhnya jawabanku? Tak ada. Segala sesuatu tetap akan berjalan sebagaimana mestinya. Dan kamu dengan beraninya menanyakan jawabanku, bahkan suatu masa depan yang pasti tidak mampu kamu berikan. Kamu masih terus saja mendekatiku, bahkan lebih dekat dari sebelum kita berpisah dulu. Kamu tega sekali melakukan itu semua padaku. Tidakkah kamu memikirkan bagaimana kalau perasaanku padamu semakin menjalar dan di saat kamu meninggalkanku, aku akan sedih dan terpuruk. Aku merasa kamu hanya mementingkan pribadimu sendiri yang masih mampu menikmati kebersamaan sebelum pergi. Sementara aku? Aku harus menjaga ketat perasaanku agar tidak tenggelam dalam kedekatan kita dan akhirnya terpuruk dan hancur saat kamu pergi. Kini aku telah berhasil menjaganya dan menghapusnya. Kamu malah bertanya apakah ada sesuatu yang salah terjadi? Segalanya terasa asing dan aneh. Jadi, maumu bagaimana? Kita dekat layaknya orang yang membina hubungan dan berakhir dengan jalan perpisahan yang sudah pasti di depan mata? Harusnya kamu menyadari ini caraku untuk menjaga jarak di antara kita, agar tak ada sakit yang lebih yang akan terjadi.

Sobat, aku dengan dia akan berakhir dengan jalan itu dan sudah di depan mata. Tapi dia malah mendekatiku dan membuatku merasa tidak nyaman dengan segala pendekatannya yang layaknya aku miliknya.Maaf, mungkin aku harus menunjukkan sikap jujurku untuk membatasi hanya sebagai teman.

Kekaguman itu telah sirna...
Bukan berarti terlambat...
Hanyalah mungkin kita tak harus bersama...

No comments:

Post a Comment