Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Monday, May 4, 2015

10th Month in 24th-Being a Mrs.

Oh my God... it's 10th month pals.. time does go so fast... haizz...

Hmm... being a Mrs. this month... How I am going to say.... Mau dengar yang enak dulu atau ga enak? hahaha... Aku ga akan cerita banyak soal kegiatanku sebulan ini, karena jujur terlalu banyak yang dikerjakan, rasanya lebih cape dari saat aku kerja di Jakarta, dimana hari Minggu masih bisa berleha di kosan. Sometimes I miss those times yeah being a single you know. Tapi, ga ada gunanya flashback ke belakang, life must go on, ya aku harus jalani yang ada sekarang. Aku mulai jadi food instagrammer, dan i got good responses meski sekarang banyak food instagrammer lain di Makassar,  pernah suatu kali setiap minggu ada food instagrammer baru. Thanks, I'm the first jadi secara jumlah followers banyak meski tipe followersku itu tipe pelit like dan yang ga alay komen maupun like, tipe pengamat setia saja. Haha... pernah suatu kali aku post event tanpa hashtag dan di jam2 ga traffic eh malah banyak komen sana sini ajak temannya itu membuktikan mreka pantau tp biasanya ga like. But never mind anyway, aku cukup senang dengan responses dan malah minggu depan plan meet up dengan food instagramers lainnya. Di jaman gini kita bukan cari saingan bukan, malah nyari lebih banyak komunitas yang sehobi untuk berkembang bersama. Begitu sih prinsipku, semoga ga salah hehehe... Sekarang mulai banyak yang endorse bahkan visit invitation dan aku udah nentuin tarif untuk menyeleksi yang iseng" main nittip biar ku post. Dan aku merasa aku masih cukup objektif dalam review, dimana makanan yang kurang enak, aku ga pernah mention kata "enak", "yummy", or sejenisnya tapi hanya nama menu biasanya. Mungkin kalo followers yang smart akan ngeh. Tapi ga bisa berharap banyak, aku yakin banyak yang ga ngeh. Cukup idealis memang, tapi aku merasa, memang kalo makanan itu kurang enak, ya review ku ga mungkin dikatakan enak sekali. Dan biasanya di belakang, aku kasih masukan ke pembuatnya untuk diperhatikan kurang apanya gitu. Yeah, that's part of me yang mungkin membedakan aku dengan yang lain. Selain itu, aku juga bantuin suami membereskan urusan tokonya yang terbengkalai beberapa waktu mungkin karena wedding preparation. 

So, pertanyaan sebulan ini yang paling sering dilontarkan ke aku buat newly wed tak lain dan tak bukan hanya dua. Yang pertama, "gimana rasanya merit?", dan yang kedua, "udah isi belum". Pertanyaan pertama yah masih wajar, tapi pertanyaan kedua itu benar-benar gimana ya rasanya. Jujur, aku ga pernah tanya soal udah isi atau belum ke teman-temanku karena sometimes in my opinion it's about privacy. Tapi namanya orang Asia terutama Indo mungkin kali ya pasti pertanyaan pertama untuk newly wed. Dan pertanyaan itu akan berlanjut hingga anakmu kelas berapa, kuliah di mana, kerja di mana, sudah punya pacar belum, kapan merit, udah punya cucu belum. Never ending questions till the time you die. Untuk pertanyaan kedua, biasa kujawab dengan "belum, doakan ya." Semua orang yang merit juga pasti pengen punya anak, meski ada yang tunda pasti mereka pengen suatu saat nanti. Yah, let's say ada beberapa yang memilih just two of them, itu prinsip yang agak extraordinary dan sangat jarang. Umumnya pasti menginginkan keturunan, apalagi buat aku yang sering ngomong ke teman-teman, "jangan nunda deh, kalo ga siap punya baby, ya mending ga usah merit dulu, apa bedanya pacaran sama merit? cuma biar ga dosa *hehehe*? Yah, so, banyak alasan juga orang biasa mempublikasikan, "I'm pregnant" di bulan-bulan 3 up which katanya itu sudah mulai kuat karena banyak banget yang gugur di 3 bulan pertama. Ada yang ngomongnya pamali juga dikasih tau di awal2, jadi biasanya cuma ke keluarga inti saja. So many reasons for someone not to do a public annonuncement. Cuma susah juga untuk hidup diantara masyarakat yang so much kepo tapi harus diam, nanti setelah ketauan, dibilangnya bohong, nyembunyuiin, dan bla bla. Padahal menurutku itu hak tiap orang untuk kasih tau his/her things to you. You don't have to force even you're her/his bestfriend. Besties ku ga pernah kuforce, feel free mreka mau crita atau ga, dan biasanya kalo ada masalah baru nyari aku. Aku mah dah biasa digituin, kalo adem ayem biasanya bunyi hp agak jarang. haha.. but well, i love doing that job, mengarahkan masalah mereka ke different point of view, open their eyes, and give alternative solutions. 

Nah, untuk pertanyaan pertama ini agak dilema menjawabnya. Hingga orang kesekian yang tanya, aku belum jawab, karena aku akan menjawabnya di sini secara gamblang. Buat teman-teman dekat harusnya mereka tau i am going to post this kalo mereka benar ngerti tipe orangku seperti apa. Writing is the best meski kata mamaku itu ninggalin jejak, but it's the best way to cure everything sometimes hahaha...

Hmmm.. Marriage is not easy thing. Seriously, kalo kamu masih single, enjoy hari-harimu bahkan hingga tiap detik yang kamu punya. Ini bukan nakut-nakutin, untuk wanita normal, pernikahan adalah hal yang harus kamu jalani di depan, hanya masa tiap orang berbeda-beda. Apa sih yang kamu kejar selain punya suami dan anak-anak yang lucu? Itu kodrat sebagai wanita. Meski emansipasi dan penyetaraan sebagainya, itu fungsi, hak, dan kewajiban seorang wanita yang ga bisa digantikan sama pria. Pria ga bisa lahirin, ga bisa nyusui, itu bukan kodrat mereka. Jadi, apalagi yang kamu kejar kalo tujuan akhir bukan have your own little family. We all come from family to build a family. Mau jadi wanita karier sampe kapan? Itu pertanyaan ke dirimu sendiri sesama wanita. Mau aktualisasi sampe kapan? bisa kok kerja sambil punya family but of course family is still priority. Yang aku tekankan enjoy hari-hari means kebebasan yang kamu punya. Freedom is precious dan tak ternilai harganya mau kamu beli pake apapun. Once, you getting married, kebebasan itu hilang setengah karena kamu udah hidup berdua. Once kamu punya anak maybe bakal hilang lagi hingga buat dirimu udah agak kurang. Meski ya sekarang ada pembantu, babysitter yang bantuin, but yeah, yang pasti kebebasan mu akan berkurang,. Dan buat kamu yang ga ready buat merit, pikir, pikir dan pikir lagi. It's not an easy thing, hanya seputar ngurusin acara wedding, honeymoon, how I wish it's that simple. Haha...It's more complicated than those things.

Aku ngomongnya dari sudut pandangku ya. So, maybe it's little subjective judgements. Kalo hanya berdua itu less complicated nya, tapi kalo namanya merit, kamu ga meritnya sama doi doank, but whole family, seluruh keluarga besarnya dia. Buat kamu yang sekota mungkin itu bukan hal yang sulit dan buat kamu yang merantau bareng, things maybe lebih simple lagi. Tapi, buat aku yang sendiri datang ke kota asing dan ketemu dengan keluarga besar yang belum pernah kukenal sebelumnya, it's culture shocked, family shocked or what it is. Dan buat yang hidup 7 tahun sendirian begitu bebas harus di tengah keluarga besar yang kompak, itu benar-benar challenging to the max. Pertanyaan yang paling sering aku dengar "tinggal sama mertua?" Kadang aku sampe bingung, sebegitu menyeramkankah kalo menantu cewe tinggal sama mertua, maybe yes, maybe no, tergantung bagaimana orang itu bawa diri. Kalo aku? Mertua ku yang belum mau tinggal bareng, bukan aku yang menolak,ya orangtua lebih suka tinggal di kamarnya sendiri yang sudah puluhan tahun. Jujur awalnya aku merasa sendiri di sini, tapi mamaku selalu bilang aku ini "kuda" (shio ku) yang tahan banting, so aku pasti bisa adaptasi dengan agak cepat dibanding orang lain dan aku pasti bisa menyelesaikan segala masalah sendirian karena aku sudah terbiasa begitu dan sudah membentuk diriku sendiri begitu. Bahkan mamaku mengatakan tiap kali dia ada masalah aku selalu bisa kasih alternatif solusi tapi giliran ketika aku bergumul dan tertekan, dia kadang bingung mau bagaimana dan merasa bersalah telah melepasku begitu jauh. 

Hidup berdua dengan orang meski itu pacar kita sendiri pasti ada beberapa hal yang tidak kita suka. Aku yakin semua orang begitu, Mungkin berantakannya dia pas pacaran, kita masih tolerir secara kita ga tinggal bareng. Tapi pas udah tinggal bareng, mungkin ga sesabar itu hadapi kebiasaan-kebiasaannya. Dua orang dari dua keluarga berbeda pasti dibentuk berbeda apalagi juga kebiasaan, adat ku beda banget, udah adat pisah pulau, kebiasaan juga beda. Adaptasi *mungkin* akan lebih sulit dibanding yang sekota. Contoh simple, yang namanya orang Medan pasti suka makan kwetiaw sementara orang Makassar pasti suka makan mie goreng Kanton. Dalam hal makan saja sudah berbeda, dan sulit sekali nyari makanan Medan ori di sini, semua tercampur taste Makassar. Belum lagi kebiasaan sembahyang dan kebiasaan sehari-sehari. Itu yang berhubungan dengan pasangan, belum lagi anggota keluarga yang lain. Pas pacaran mau gimana pun masih ada space buat "jaim" meski sering dah kumpul bareng, tapi pas udah merit yang udah hampir tiap hari ketemu dan membukakan pikiranmu akan semua yang sebelumnya kamu ga tau menjadi tau "oh ternyata begini, ternyata begitu" sometimes km jadi dilema "kenapa begini, kenapa begitu". Bergaul dengan mertua, ipar-ipar, keponakan-keponakan, tante-tante, om-om, yang karakternya berbeda dan ada beberapa yang bahkan ada beberapa yang buat stress dan tertekan di bulan pertamaku. Bahkan aku sempat berpikir apakah keputusan aku merit ini salah kah, harus aku sesali kah? But thanks to who are they, aku bisa handle semua di bulan kedua ini. Kuncinya "sabar", "pintar membawa diri", dan "berdoa".

Bukan menyombongkan diri, dengan aku yang sudah pengangguran begini, aku bisa dapetin income dari food instagramer menurutku itu sudah cukup baik. Aku juga sudah dapat belasan teman lewat instagram itu, ada orang Jakarta yang dinas di Makassar, ada orang asli Makassar, ada istri-istri Medan yang merit di sini. I think it's not that bad for 1st month. Bahkan kemarin diundang Earth Hour Makassar yang kerjasama dengan WWF Indonesia untuk jadi speaker di talkshow Kopi Laut "Sustainable Seafood and How to be Seafood Saver". Terlepas dari aku hanya sharing pengalaman mencicip seafood dan sekedar pemanis acara aja karena secara technical dijelaskan oleh coordinator dari WWF Indonesia langsung tepatnya Jakarta, tapi semakin dikenal di kalangan Makassar itu dan bisa nambah teman-teman lagi itu sudah awal yang cukup baik. Untuk aku yang mulai dari nol, ga kenal siapa-siapa, ga punya teman-teman, bisa kenalan sendiri, bisa dapat income dari hobi. It's really more than good enough beginning. Suami ku juga mendukung aktivitasku di bidang kuliner dan mungkin ke depannya aku akan ngembangin lagi apa yang bisa kukerjakan di sini. So, be grateful for what I got today and I'm going to gain tomorrow. Aku ga percaya bulan ini begitu banyak kejadian yang buat aku belajar hari demi hari bahkan lebih berwarna dibanding kerja dan audit monoton pas di Jakarta. Complexity, complicated, but colorful life. So, let's prepare something new ahead :) See you next month

1 comment:

  1. 👍🏻👍🏻 Good luck for the job .Semua pasti ada hasilnya :) Amithofo.

    ReplyDelete