Always be grateful

Always be grateful
Just enjoy the path...

Dear YOU

Hello pals!

You come from everywhere...
Here are some stories of mine...
Puzzles that i keep searching through my life

Hope my writing will inspire you...
Make you figure out, when you're sad, there's someone worse than yours.
Make you realize that happiness is something you should share to others.

So, enjoy the pieces of mine ^^

Saturday, November 26, 2011

Berpacu dengan Waktu

"Bekerjalah menurut passion, maka kamu akan lebih cepat berkembang"

Satu bait kalimat itu sering kudengar dari berbagai orang dengan profesi apapun. 

"Idealisme itu perlu, tetapi ketika kamu dihadapkan pada keputusan sulit, kadang kamu terpaksa harus meruntuhkannya"

Mungkin kalimat di atas sesuai kondisiku saat ini. Ya, aku termasuk orang yang cukup idealis selama ini. Namun, untuk hal pekerjaan aku belum menemukan sisi idealisku. Aku berpikir terus menerus dan merenungkan idealisme seperti apa yang hendak kubangun, apakah sama seperti pemikiran banyak orang yaitu bekerja menurut kesenangan kita sehingga kita akan lebih menikmatinya dan karier kita akan lebih cepat berkembang. Belakangan ini aku memperoleh sebuah pemikiran baru, mungkin bagi kebanyakan orang tidak akan terpikir, tetapi saya memikirkannya.

"Kesuksesan terutama adalah memberikan kebahagiaan kepada kedua orangtuaku di hari-hari tua mereka. Untuk apa waktu, tenaga, dan pikiran yang kuhabiskan, jika aku tak mampu mewujudkan itu."

Dua puluh satu tahun, kedua orangtuaku telah tanpa pamrih membesarkanku dan memberikan kebahagiaan terindah yang pernah ada dalam kehidupan ini. Kini aku harus berpacu dengan waktu memberikan kebahagiaan kepada kedua orangtuaku. Pada awalnya aku bimbang memilih pekerjaan yang menurut passion kah? Atau kebalikannya gaji yang menjanjikan? Mostly, teman-temanku mungkin akan mengambil pilihan pertama sesuai dengan idealisme mereka. Tapi bagiku, aku akan memilih pilihan kedua. Aku telah memikirkannya berulang-ulang dan dasarnya cukup kuat untuk memutuskan.

Waktuku tak banyak, begitu juga dengan kedua orangtuaku. Waktu yang kumaksud di sini adalah waktu yang bisa kufokuskan untuk membahagiakan mereka sepenuhnya. Mungkin jika hari ini aku terlahir sebagai seorang pria, aku akan mengambil pilihan pertama. Sebaliknya, aku adalah wanita yang menurutku fase 20 akan terasa amat singkat untuk banyak peristiwa dalam kehidupan. Dalam lima tahun kurang, aku memiliki target memberikan hadiah untuk pernikahan perak bagi kedua orangtuaku. Hadiah itu membutuhkan uang dalam jumlah besar karena aku berencana menghadiahkan mereka jalan-jalan ke negara yang mereka inginkan. Itu sebabnya aku mengatakan bahwa waktuku tak banyak, begitu juga dengan mereka. Orangtuaku bertambah tua hari ke hari, umur seseorang tak bisa ditebak, aku tak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Untuk itu, secepat mungkin aku akan mengumpulkan uang. Jika aku memilih kerja dengan gaji kecil meski sesuai kesenanganku, butuh waktu lama sehingga ketika terkumpul uang tersebut, kedua orangtuaku bahkan tak bisa menikmatinya lagi. Selain itu, aku ingin mengembalikan investasi pendidikan selama perkuliahanku. Mungkin banyak orang mengatakanku gila karena mengukur kesuksesan dengan cara seperti ini. Hingga saat ini, cara yang paling rasional yang kutemukan adalah cara ini. Sekian jumlah uang telah dihabiskan orangtuaku pada pendidikan s1 ku, seandainya aku mampu mengembalikan jumlah tersebut, maka aku dapat dikatakan berhasil, terlepas dari nilai uang yang akan berubah dari waktu ke waktu. Jerih payah orangtuaku untuk memperolah uang pendidikanku akan sama nantinya ketika tiba saatnya aku mengumpulkan uang dengan bekerja. Cara ini adalah cara penilaian yang paling kuantitatif. 

Aku mengatakan waktuku tak banyak untuk fokus kepada kedua orangtuaku. Karena pada fase 20 ini kebanyakan wanita akan menemukan pasangan hidupnya kemudian menikah. Di saat memutuskan menikah, hidup tidak lagi sendiri, sebagai wanita, aku harus menghormati pasangan hidupku. Ketika dia tidak menyetujui karierku, maka berhentilah jenjang karierku. Ketika aku menikah dengannya, aku tak hanya menikah dengan dia seorang, tetapi dengan seluruh keluarganya. Fokusku akan terbagi antara keluargaku, pasanganku, dan keluarganya. Untuk itu, mengapa aku lebih memilih memperoleh gajiku setinggi mungkin di awal, karena bisa jadi jenjang karierku tidak akan panjang. Jika suatu waktu di masa depan, aku telah mewujudkannya, aku akan memilih bekerja menurut passion. Mungkin pemikiranku ini aneh dan jarang. Tapi yang terpikirkan hingga sekarang adalah ini. Meski berat pekerjaan itu, asalkan hasilnya sebanding, tidak akan menjadi masalah. 

"Kadang tidak semua hal yang kita inginkan kita dapatkan, tetapi berusahalah menyukai apa yang telah kita dapatkan" 

Kalimat ini yang selalu mengingatkanku untuk bertahan dalam setiap kondisi yang menyulitkanku. Berusahalah menyukainya dan tetap bersyukur.

No comments:

Post a Comment