Dia hadir di saat aku mulai memberi kesempatan diri ini untuk berbagi dengan orang lain.
Dia hadir ketika aku telah meluangkan waktu untuk seseorang, tidak lagi egois, telah mundur dari segala aktivitas yang menghabiskan hampir semua waktuku.
Dia hadir di tempat yang aku butuh seseorang. untuk alasan yang klise, kemungkinan aku akan kesepian.
Untuk iu, ku mempersilahkannya untuk menapaki bagian dari hati ini yang cukup pribadi. Seiring berjalan waktu, ternyata semua tidak seindah anganan, ternyata perbedaan itu tak mampu tertutupi. Keegoisan masing-masing membuat jarak itu kian membesar. Hingga kini tak kutemukan jembatan yang sesuai untuk menghubungkannya. Aku lelah mengalah terus menerus. Aku letih diam ketika ada konflik. Aku tak kuat menganggap bahwa semuanya akan baik-baik aja. Kenyataan telah berkata lain. Keluarga dan teman-teman juga turut membantuku melihat bahwa segalanya tak bisa dipertahankan lagi. Sudah cukup segala keletihan, kekesalan, dan kebohongan terhadap diri sendiri. Mungkin memang semua harus usai dan melanjutkannya dengan cerita yang lain, bukan cerita yang selama ini kami ukir. Aku memiliki pemikiranku sendiri, perasaan, dan prinsip sendiri yang hingga saat ini tidak sesuai dengannya dan itu tak bisa dipaksakan. Bukankah masih banyak pilihan di luar sana? Kami hanya tidak bisa bersama untuk merangkai kisah yang satu ini. Dia hanya ibarat orang yang muncul di saat yang tepat ketika aku memulai menerima pribadi lain untuk singgah dalam hatiku tapi sayangnya bukan untuk menetap. Menyesal? Tidak. "Bagaimana kamu tahu rasa kue itu enak jika kamu tak pernah mencobanya?". Begitu juga dengan kisah ini, aku telah mencobanya, seluruh yang kurasakan, baik atau buruk, siapa yang tahu? Melihat sosok dirinya, aku mulai memperbaiki emosi dalam diri dan berusaha menekannya turun secara perlahan. Ketika melihat cerminan diriku dalam dirinya, aku belajar mengalah, diam, dan tidak membalas. Itu membuat pribadiku menjadi lebih baik. Setidaknya dari segala yang kualami, ada sesuatu yang bermanfaat bagi diriku. Meski pada awalnya banyak yang telah mengingatkan untuk tidak memulai kisah ini dengan dirinya, namun entah mengapa aku memberinya kesempatan. Atau mungkin lebih tepatnya kesempatan untuk diriku sendiri? Apapun itu, aku telah menjalani semuanya, aku telah melewatinya. dan telah berusaha yang terbaik. Sisanya, aku serahkan kembali kepada waktu untuk memutuskannya. Waktu kembali yang akan menjawab sebuah kata tanya "Kapan?" untuk benar-benar mengakhiri segalanya dan menyimpan sebagai salah satu kerangka kehidupanku yang berkesan.
It seems it happens to me too...
ReplyDeleteRight Time, Right Moment, Right Place, but maybe I'm not the right man for her...:'(