Dan inilah akhir dari semuanya...
Tangisan ikut memeriahkan perpisahan yang aku sendiri tak merencanakannya...
Aku tak ingin menyakitinya... namun sayangnya aku telah menyakitinya...
Dia tidak mampu menerima keputusanku untuk mengakhiri semuanya. Aku mengerti karena ini terlalu mendadak. Sebenarnya aku ingin sekali menunda pernyataanku. Tapi, aku takut, aku takut jika aku menunda semalam, aku tak menemukan waktu yang lebih tepat untuk menyatakannya lagi, atau aku bahkan tidak cukup kuat untuk menyatakannya sehingga membuatku semakin tertekan. Katakanlah aku ini egois, aku membuatnya shock mendadak, aku bahkan membuatnya menangis. Aku lebih memilih dia marah-marah seperti biasa daripada seperti ini. Lewat suara aku bisa merasakan kesedihannya. Oh, aku ini memang jahat sekali. Aku benar-benar tak kuasa untuk melanjutkannya. Aku sudah mempertimbangkan ini berhari-hari. Beberapa malam ini aku sering bergadang, tak bisa tidur nyenyak. Aku hanya merasa semalam akan lebih baik, setidaknya sebelumnya kami masih sempat pergi bersama. Namun, mungkin saja itu lebih sakit daripada ada masalah, beradu mulut, dan berakhir. Aku benar-benar tak bermaksud membuat semuanya menjadi lebih sakit, meski kenyataannya demikian. Dia harus benar-benar merelakanku.
Ungkapan dia semalam membuatku menjadi semakin bersalah untuk menyatakannya. Meski dia tidak mengatakannya, aku sudah tahu semuanya. Diri ini tetap tak mampu melanjutkan. Mulai hari ini kami akan menjalani hari-hari masing-masing. Aku tahu pasti dia belum bisa melepasku. Aku yakin sang waktu akan menyembuhkan segalanya. Kembali kuberserah pada sang waktu. Tidak ada ucapan selamat pagi, tidak ada ucapan selamat malam, tidak ada yang menanyakan kabar. Aku pasti bisa melewati semuanya. Ini akan menjadi lebih baik. Aku harus yakin akan hal itu. Begitu juga dengan dia. Aku harus kuat. Everything will be ok in the end, if it's not ok, then it's not the end.
No comments:
Post a Comment