Aku membaca ulang kisah lalu yang pernah kutulis. Yah, dua tahun lalu berlalu dengan satu kedipan mata. Banyak hal terjadi, segala kesedihan, sakit hati, waktu telah menyembuhkan segalanya. Banyak tulisan tentang dirinya, dia menjadi objek terbanyak inspirasi tulisanku yang tidak terjadi pada yang lainnya. Dan saampai titik ini, aku menyadari aku tidak benar-benar melepasnya. Batu itu tetap aja memukau, dan aku salah mengira dia jatuh entah di mana, karena dia tetap ada dalam genggamanku, meski aku mengingkari berat membawanya ke mana-mana, tetapi itu kenyataannya. Saat aku mencari, ternyata dia masih di sana, seiring berjalan waktu, tidak ada yang berubah, batu itu tetap memiiki kilauan yang kembali membuatku merasakan perasaan yang sama seperti dulu. Aku tidak benar-benar melepasnya. Berbagai proses telah dijalani, aku merasa bersalah pada diriku yang dulu mementingkan proses dan mengingkari semuanya. Hingga kini, aku bahkan telah mengenyahkan proses itu untuk orang-orang itu. Maafkanlah aku tidak memberimu kesempatan. Aku tidak tahu apakah dirimu berubah, mungkinkah kamu sangat ingin melompat ke pemilik lainnya? Atau mungkinkah kamu hanya ingin diam tanpa berharap apa-apa. Aku rindu saat-saat dirimu menginginkan hanya diriku yang jadi pemilikmu. Batu itu, aku benar-benar melepasnya, dengan segala asal usulnya yang tak kuketahui, dengan segala misteri yang ada pada dirinya, dengan segala kesedihan yang pernah meliputinya, dengan segala keasingan yang anehnya tidak kupermasalahnya, aku tak benar-benar melepasnya selama ini. Aku tidak akan menjaga apapun dan mungkin kali ini aku bersiap untuk benar-benar jatuh dan merasakan apakah itu sakit atau topangan. Hanya karena ku menyadari, aku tidak benar-benar bisa melepasnya hingga aku benar merasakan kesakitan itu.
No comments:
Post a Comment