There are things that we don't want to happen but have to accept,things we don't want to know but have to learn,and people we can't live without but have to let go.
Judul kali ini mungkin terdengar aneh, ya mungkin saja, itu aneh bagi orang lain, tapi tidak bagiku. Aku memahami konsep ini bahwa tindakan seseorang hanyalah tentang kepentingan pribadinya. Kamu boleh mengatakan ini salah, karena sebuah konsep bisa saja diterima dan ditolak oleh berbagai pihak. Bagiku, selama manusia itu menjalani kehidupan dengan normal, dia akan melakukan sebuah tindakan jika itu berkaitan dengan kepentingan untuk dirinya sendiri, tindakan itu dapat ditujukan kepada semua orang. Teman menemani kita ke mall, karena dia sekalian mau jalan-jalan dan melihat-lihat. Orang tua mendidik anaknya agar tidak memalukan bagi dia dan keluarga. The main pointer is still about self. Mungkin aku bisa dikatakan orang yang kurang beruntung dalam hal membina hubungan dengan seusiaku. Temanku banyak, tetapi yang kupercaya hanyalah hitungan jari. Saat mereka membutuhkanku, aku selalu berusaha sebaik mungkin membantu mereka dan membuat aku berada di samping mereka, bahwa mereka tidak sendirian saat sedang menghadapi masalah dan dilema. Namun, saat giliranku tiba, jarang ada orang yang berada di sampingku. You will know who your true friends are when you're down. Ada orang yang pernah mengomentari kalimat ini, dia mengatakan bahwa aku hanya mencari temanku di saat susah. Hello? Bukankah mencari teman di saat senang itu mudah, sama seperti teman-teman lain melakukan hal yang sama terhadapku. Mereka bersenang-senang dengan teman lain, saat yang lain tidak bisa, baru mencariku, aku terkadang hanya sebagai cadangan. Bukankah itu hak seseorang untuk menentukan teman yang dipilih saat dia senang, namun di saat sedih haruskah teman itu wajib menemaninya? Aku bukan perhitungan, namun inilah yang kurasakan. Aku telah melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan, aku hanya berharap sedikit, tidak perlu terlalu berlebih, saat aku sedang butuh teman, mereka bisa menemaniku. Akhir-akhir ini aku sering berpikir, jika mereka bisa mengatakan "tidak", mengapa aku harus selalu mengatakan "iya"? Aku akan mengatakan "tidak" dan tdak akan mengalah terus menerus, in the end one's action is only about self-interest. Saat aku mengatakan "tidak", dia akan merasakan apa yang kurasakan. Bukan maksudku untuk membalas rasa kecewa itu, aku hanya memberikan diriku ruang sedikit untuk kepentingan pribadiku. Life is full of choices, dude. Kamu itu harus memilih salah satu, tidak semuanya, setiap orang memiliki kapasitas masing-masing, untuk itu kamu harus menentukan prioritas bukan. Bijaklah memilih prioritas itu. Memilah-milah kepentingan diantara kepentingan yang ada. Dan setiap pilihan itu ada konsekuensinya dan aku yakin setiap pilihan itu berdasarkan dengan kepentingan pribadimu sendiri. One will only understand the true feeling when he feel himself. Seseorang tidak akan sepenuhnya merasakan simpati dan empati terhadap yang lain karena dia belum pernah merasakan apa yang dirasakan orang itu. Dia hanya akan memahami perasaan menderita, senang, sedih., bahagia seperti yang dirasakan orang lain jika dia mengalami peristiwa yang orang lain rasakan. Sama seperti mereka yang membuatku kecewa, mereka tidak akan memahami kekecewaanku seperti apa, bagi mereka mungkin itu hanya hal sepele. Namun jika aku melakukan hal seperti itu kepada mereka, belum tentu mereka mampu menerimanya dengan lapang dada. Dan aku sudah pernah mencobanya sesekali. Sekali lagi, sungguh, aku bukan tipe yang suka membalas hal yang orang lain lakukan kepadaku. Aku melakukan sesekali hal seperti ini, untuk memenuhi pemahaman konsepku, agar aku bisa lebih tulus menerima apa yang diperbuat padaku. Cara orang belajar berbeda-beda bukan. Yah ini hanyalah sebuah pemikiran pendapat di hari Minggu yang luar biasa cerah ini. Happy Sunday! ^^
No comments:
Post a Comment