Hidup itu adalah pilihan. Itu yang sering kukatakan pada
diriku sendiri. Bahkan, tidak memilih pun itu adalah sebuah pilihan. Titik
nyaman dimana segala kebutuhanku masih dipenuhi oleh kedua orangtuaku. Titik
dimana aku masih menjadi seorang anak yang menjadi tanggungjawab mereka. Kini,
aku harus beranjak dari titik itu. Titik penuh dengan kenyamanan menuju titik
tujuan hidupku di masa depan. Tentunya, berada di titik itu adalah kenyamanan
yang tak tertandingi. Meski, aku tetap merencanakan pengeluaranku dan tanggung
jawab untuk kuliah, namun itu tidak sebanding dengan apa yang harus kuhadapi
sekarang. Aku harus bekerja, mendapatkan penghasilan, merencanakan pengeluaran,
dan tanggung jawab terhadap pekerjaanku. Tinggal dengan keluarga, tidak
menghadapi tekanan luar, itu hal ternikmat bukan? But, life must go on, so do
the show. Aku harus menunjukkan siapa diriku sebenarnya. Sekarang, aku masih
belum memastikan akan jadi apa diriku beberapa tahun kemudian. Yang pasti, aku
akan menjadi sosok yang lebih baik dari saat ini. Kriteria setiap orang
berbeda. Aku mengatakan “lebih baik”, orang lain belum tentu melihat demikian.
Yang terpenting adalah aku tidak mngecewakan kedua orangtuaku dan diriku
sendiri. Benar adanya kita tidak hidup sendiri, kita hidup dengan puluhan,
ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang di dunia ini. Sering kali kita juga terlalu
mempedulikan pendapat orang lain yang bahkan tidak mengenal kita secara
mendalam. Kuakui, pendapat orang lain itu perlu, karena kita akan hidup bersama
banyak orang. Hal itu tidak berarti kita harus peduli dengan setiap omongan
orang lain. Untuk orang-orang yang bahkan hanya “tahu” kita dan berani memberi
pendapat yang terlalu pribadi akan sangat menyusahkan jika ditanggapi. Titik
dimana aku beranjak tentu akan bertemu dengan orang-orang seperti itu. Setiap
titik dari hidup akan selalu ada orang seperti itu bahkan kadang kita pun
menjadi orang seperti itu. Sebuah kondisi dimana kamu akan dinilai oleh orang
yang tidak pernah kenal kamu secara mendalam atau tahu akan keseharianmu. Untuk
itu, “image” sangat dibutuhkan. Ketika aku beranjak dari titik itu, aku
mengubah diriku menjadi seorang yang baru. Ini tidak menjadi hal yang sangat
sulit. Aku akan beralih ke titik berikutnya dimana akan ada banyak perubahan di
sana. Tempat tinggal baru, pekerjaan baru, teman baru, yang hampir semua dari
mereka tidak mengenal aku sebelumnya. Tidak akan ada penilaian sebelumnya yang
akan memmpengaruhi mereka. Hal ini juga kulakukan ketika aku memutuskan untuk
menimba ilmu di kota kembang. Menciptakan “image” baru di tempat baru bukanlah
hal yang sulit. Yang menjadi sulit adalah mempertahankan image baru itu dan
berusaha membuatnya menjadi lebih baik agar penilaian itu tetap baik. Aku
memiliki pilihan untuk kembali ke kampung halaman, sehingga aku tidak perlu
susah beradaptasi dengan ke”baru”an di sini. Pilihan itu tidak kuambil, bagiku
itu adalah pilihan seorang pengecut. Ketika aku memutuskan berpetualang ke kota
kembang, papa mengejekku karena aku lebih memilih kuliah di kota kecil.
Setibanya di kota itu, teman-teman kuliahku bahkan memandang sebelah mata
karena dalam pikiran mereka kota di luar Jawa itu sangatlah pelosok padahal
kampung halamanku lebih dibanding kota kecil nan sejuk ini. Banyak hal yang
tidak terdapat di kota kecil ini namun hampir semua hal di kota kecil ini ada
di kampung halamanku. Hal itu membuatku berpikir bahwa ketika kita hanya
berdiam dalam satu kota apalagi itu kota kelahiran kita sendiri maka kita akan
membanggakannya dan pikiran lebih sempit. Aku bukan orang tidak cinta kampung halaman. Aku sering
merindukannya dan sering ingin kembali. Akan tetapi, banyak kesempatan di luar
sana yang patut dicoba sehingga akan tahu rasanya seperti apa. Mencoba pengalaman baru, bertemu dengan
orang-orang baru, dan merasakan hal-hal baru. Good, bad, who knows? Ketika
memutuskan untuk beranjak dari titik itu, maka sama dengan waktu yang akan
tetap berjalan maju dan tak bisa kembali. Mengemban tanggung jawab baru,
menjadi pribadi baru, menghadapi tantangan baru, membutuhkan semangat baru.
Wish myselif good luck and keep fighting!
No comments:
Post a Comment