Waktu menyembuhkan segalanya. Menyembuhkan perasaan tidak bisa sekilat makanan cepat saji. Butuh waktu, butuh proses. Akhirnya setelah sekian lama aku berusaha, aku berhasil, Sobat. Aku berhasil bangkit dan tak lagi merasakan perih itu. Semalam aku makan malam di sebuah restoran Jepang yang dulu setiap berkunjung ke sana aku selalu bersama dengan sahabatku. Aku belum pernah mengajak orang selain dia untuk pergi ke sana. Semalam untuk kali pertamanya aku mengajak orang lain ke sana dan apa yang kurasakan? Aku tidak merasakan kesedihan lagi bahkan perih yang dulu ada setiap mengingat tempat-tempat yang pernah kami kunjungi seakan meluap. Iya, waktu telah menyembuhkan segalanya. Cukup sudah kesedihan lebih dari satu semester. Kami telah ibarat dua penumpang yang berada di perahu berbeda dengan tujuan berlayar yang berbeda. Biarlah kami masing-masing menjalani dengan senang hati. Dia telah memilih dia untuk menemaninya, aku tidak memaksa, mungkin sampai di sanalah ikatan jodoh kita. Untuk ke depannya, aku tak akan membiarkan satu orang pun yang menggantikan posisinya lagi. Ini kedua kali aku merasakan trauma itu dan tak akan ada orang ketiga lagi. Meski setiap orang berbeda, namun aku tak mampu membiarkan diri ini mengambil peluang yang bisa menyebabkan luka untuk ketiga kalinya. Yah, beginilah diriku sekarang, perasaan sudah kebal terhadap semua kenangan tentangnya. Berterima kasih kepada sang waktu yang telah berhasil menyembuhkan segalanya. Aku berdoa semoga dia mendapatkan kebahagiaannya bersama dia yang mungkin dia tidak merasakannya saat bersamaku.
No comments:
Post a Comment