Aku menutup diriku sejak SMP, tanpa sahabat,
dan sibuk kursus sana sini untuk melewati hari-hari.Terlebih aku bergabung
dengan kelas plus dimana saingan prestasi sangat ketat dan seperti SMP umumny,
gank dimana-mana, sehingga otomatis aku sendiri, tanpa gank, dan merasa seperti
buangan setiap ada kerja kelompok, berganti dari kelompok yang sini kelompok
sana tergantung kekurangan anggota di kelompok mereka. Dan di saat aku SMP itu
pula, sahabat-sahabatku meminta maaf sebesar-besarnya atas kesalahan mereka dan
mengakui bahwa mereka hanya ikut hasutan teman lain saat itu. Apa daya, hati
ini terlanjur terluka, mata ini terlanjur menangis. Setengah perjalanan SMP,
aku kembali memiliki dua sahabat beda kelas karena di kelas plus itu aku merasa
aku tidak pernah bisa masuk ke pergaulan mereka yang serba kualitas terbaik,
cantik, pintar, dan kaya seakan tidak ada tempat bagiku di sana.
Melanjutkan ke SMA, aku pindah sekolah karena
sekolahku tidak memiliki jenjang SMA, sekolah yang masih satu yayasan dengan
sekolahku yang dulu. Aku mendaftar secara pribadi, tidak melalui sekolah, sehingga
aku terpisah dari kelas plus dan sekelas dengan dua sahabatku itu. Jujur, aku
sungguh bersyukur. Mamaku sering menasihatiku untuk lebih ramah dan bergaul
dengan banyak orang, suka atau tidak suka,aku harus belajar, karena pergaulan
itu penting nantinya. Saat SMA aku mulai membuka diri. Di kelas 2 hingga 3 SMA
karena pembagian jurusan, aku pisah dengan dua sahabatku itu sehingga karena
jadwal di jurusanku sibuk tentang praktikum, maka kami jarang bertemu hingga
ada jarak. Sisa kegiatanku selama SMA, aku bergabung di pengurusan vihara dan
juga kursus, sehingga hari-hariku padat dikellilingi banyak teman. Ada 1 teman
dekat di vihara dan 1 teman dekat di SMA. Cukup bagiku daripada tidak ada sama
sekali.
Aku melanjutkan kuliah ke Bandung untuk memulai
kehidupan baruku, dimana orang-orang tidak mengenalku dan aku berharap mereka
dapat menerimaku tanpa melihat masa laluku. Kebetulan aku melanjutkan kuliahku
bersama dengan teman dekatku semasa SMA. Ya, tentu saja kami menjadi semakin
dekat, saling menemani saat sakit, dan sebagainya hingga satu titik dimana dia
memiliki pacar yang merupakan cewe yang jealous. Tanpa kabar apapun, dia
menghilang, saat bertemu di kampus maupun di jalan, kami seakan tidak saling
kenal. Aku hanya bisa menerima dengan lapang. Rasa kehilangan pasti ada, namun
hidup harus berjalan. Aku kembali memiliki beberapa sahabat dekat cewek, namun
entah karena apa, kembali merenggang. Selanjutnya aku kembali memiliki sahabat
baik yang merupakan teman sekelas SMA ku dulu yang meski secara jarak jauh kami
tetap keep in touch. Di saat itu, aku mempercayai mungkin aku lebih sesuai
menjalani hubungan jarak jauh. Dengan teman dekatku di vihara, hingga kini,
setiap kali aku pulang ke kampung halaman, kami berusaha untuk bertemu. Aku
memutuskan maintan persahabatan dengan dua orang ini. Hingga akhirnya, teman ku
yang jauh itu sudah menetap satu kota denganku, di saat itu juga persahabatan
kami renggang. Ya, jarak bukan segalanya. Terbukti meski dekat, hubungan makin
renggang dan aku tahu penyebabnya. Penyebab yang dulu sempat kuingatkan ke dia
namun dia sangkal. Tidak tahu mengapa, aku kadang memiliki penerawangan sesuatu
akan terjadi sehingga kadang aku berusaha untuk mengantisipasinya. Namun, apa
daya persahabatan seerat itu renggang sekejap dan meninggalkan kekecewaan yang
cukup mendalam ibarat luka perih.
Selama kerja, aku dekat dengan salah satu teman
kuliahku, hingga kini, mninimal sebulan sekali kami bertemu dan bertukar
pikiran. Karena kami sesame auditor, sebulan sekali bertemu itu sudah bagus
sekali. Hingga kini, meski selera kami berdua berbeda dalam menilai sesuatu
barang, namun pikiran kita dalam menilai orang itu sama dan aku merasa hanya
dia sebagai sahabat yang bisa menerima pemikiranku. Finally, I found one. Jadi,
kalau kamu bertanya sekarang sahabatku berapa? Masih bisa dengan bangga
kujawab, ada beberapa, mamaku, pacarku, teman kuliahku ini, dan teman viharaku.
Yang berada sekota denganku hanya teman kuliahku ini. Apakah aku sedih dengan
beberapa saja? Jawabannya tidak, aku bersyukur.
Ga usah pusingin kata orang lain mulai sekarang, ga usah ngerasa ga enakan, ga usah takut nyinggung, mau km lakuin gimanapun tetap akan jadi omongan orang, lakuin aja yang km mau, at lease you enjoy yourself daripada berusaha tapi tetap jadi omongan orang. Orang baik ke kita, kita juga baik ke dia, orang nyakitin kita, cuek masa bodoh anggap orang itu ga ada.-Mom-
Aku bahkan sering berkata pada diriku bahwa aku
ini aneh sehingga tidak bisa diterima orang lain dan semasa kuliah hingga
sekarang aku lebih suka pergi ke mana-mana sendiri daripada pusing memohon
kepada orang untuk menemani dan ditolak dengan berbagai macam alasan. Aku
bahkan pernah mencoba solo traveling ke Wakatobi. Yeah, I become independent
woman because of them. Thanks to them who ever hurt me :D You all made me
tough.
Kita tidak bisa mengontrol bagaimana sikap orang kepada kita meski kita sudah merasa melakukan yang terbaik kepada orang itu.Yang kita bisa mengontrol adalah hati kita agar tidak terluka terlalu dalam. -Mom-
Aku sering bertanya ke mamaku, aku sudah
berusaha semaksimal mungkin, I’ve done my best to my bestfriends, why they just
can’t stay beside me? Mamaku tidak menjawab dan belakangan baru menyatakan
sungguh dia bingung saat aku bertanya dan dia mungkin merasa bersalah karena
dulu pernah menasihati aku lebih terbuka ke orang dan akhirnya mereka
menyakitiku sedemikian. Mamaku bukan orang yang percaya ramalan, namun karena
tidak menemukan jawaban apa-apa, dia bertanya ke orang yang bisa membaca garis
takdirku dan jawabannya ada di sana. Ikatan jodohku memang tipis karena karma
masa laluku sehingga di kehidupan ini aku harus bersabar membayarnya semua dan
aku harus sabar sambil terus berbuat banyak kebajikan. Aku sih percaya saja
since I’ve done my best but still it doesn’t enough to them. So, I would thank
you to those bestfriends, friends, who still accept me the way I am, who still
keep in touch, no matter how busy you are and how far you are. Thank you guys.
For my mom, thank you for being the best consultant and psychologist. For my
future partner, thank you for trying your best to understand me and stay with
me. From now, I would like to state “it’s more than enough”, maintain whom I
had, sorry no more additional bestfriends ahead. The last one already made it
the worst and broke my heart into pieces. It’s more than enough.
Lakukan hal yang menurutmu baik dengan enjoy, tulus, dan sepenuh hati karena baik buruknya perbuatanmu tergantung pandangan orang yang menilai. Do your best, care your own matters, and enjoy.-LS-
Just do what I wanna do, let others talk what they wanna talk.-LS-