Hey, dear! Sorry for the late sharing...
Tahun ini aku kembali lagi ke Borobudur untuk merayakan Waisak. Yah, sepertinya Waisak tahun lalu belum cukup membuatku jera atau karena tujuan lain. Apapun itu, aku kembali bersama ribuan orang merayakan hari trisuci ini. Tahun ini, aku tidak mengikuti keseluruhan acara karena aku baru tiba di Jogja sore hari sementara prosesi sudah dimulai dari siang. Pesawat ku menunda landing selama setengah jam karena Wapres ingin landing, berputar diantara awan-awan rasanya membuat kepalaku pusing. Setelah landing dan bertemu dengannya, kami sudah dijemput oleh karyawan hotel tempat kami menginap selama dua malam. Dia sungguh ramah dan membantu kami memperoleh undangan dan idcard peserta yang didapat dari Mendut untuk mengikuti prosesi di Borobudur. Prosesi tahun ini sama seperti tahun lain, dimulai dari Mendut pada pukul 14.00 kemudian dilanjutkan ke Borobudur pukul 19.00. Perjalanan ke Magelang ditempuh hampir 2 jam karena kondisi cuaca hujan deras. Tiba di Borobudur, hujan masih setia membasahi bumi Magelang. Kami memutuskan mengisi perut di warung seberang candi. Kami memesan nasi pecel dengan telur, dua tempe bacem, dan nasi soto ayam, dua teh manis panas, dan dua botok aqua dengan total harga 42 ribu rupiah, cukup murah.
Acara mundur sejam, baru dimulai pukul 20.00 dan dihadiri oleh Wapres dan gubernur. Tahun ini untuk mengikuti acara malam Waisak dibutuhkan undangan. Tenda nya pun berbeda dari tahun lalu. Panggung untuk perayaan berada di bawah candi disertai tenda mengingat cuaca yang senantiasa hujan. Selepas acara malam Waisak dilanjutkan dengan acara aliran di masing-masing tenda yang sudah disediakan. Tahun ini, aku kembali mengikuti acara di tenda Theravada. Setelah sekitar 1 jam lebih acara di tenda, aku kembali ke jalan utama untuk naik ke candi. Di pintu masuk sudah dipenuhi banyak orang, sebagian memegang undangan, sebagian tidak, sehingga cukup berdesakan. Untuk yang memiliki idcard peserta didahulukan, kemudian yang memiliki undangan, dan urutan selanjutnya yang tidak memiliki keduanya.
Mungkin tahun depan sebelum pintu masuk sudah dibedakan jalurnya antara prioritas yang memiliki idcard peserta, undangan, dan yang tidak memiliki keduanya serta jalur untuk para bhikku sehingga tidak menyatu smuanya di depan pintu utama yang membuat kacau jalur dan acara terlambat dikarenakan akses jalan para bhikku untuk ke halaman candi sama dengan pengunjung. Meski tahun ini lebih teratur dibanding tahun lalu namun desak-desakan tetap terjadi dikarenakan ketidakjelasan prioritas utama yang masuk ke candi untuk prosesi menyambut detik waisak sehingga semua orang sudah berkumpul di depan pintu utama menuju candi.
Detik waisak tahun ini jatuh pada pukul 02.00 dini hari dimana saat itu diadakan meditasi kemudian dilanjutkan doa masing-masing aliran yang seharusnya dilangsungkan sebelum detik namun ditunda karena akses para bhikku terhambat menuju candi.
Prosesi Waisak ditutup dengan pelepasan lampion yang sudah kami beli sebelumnya dari panitia penyelenggara seharga seratus ribu rupiah yang dana nya akan disumbangkan. Prosesi Waisak berakhir sekitar pukul 4 lebih.
Untuk pulang ke hotel dikarenakan tadi kami belum tahu lokasinya sehubungan dengan di-drop langsung di candi tadinya, kami memutuskan untuk menggunakan jasa ojek sebesar lima puluh ribu rupiah untuk dua orang, mungkin ini rate lebih mahal dari biasanya mengingat saat itu subuh sehingga kami tidak menawar harga. Sekitar 10 menit kurang kami tiba di hotel dan langsung tepar karena kecapean.
Overall, it's good being here, Borobudur, celebrating Vesak especially with you.
PS : You can see the other photos on my facebook :)