Sungguh tak terasa diriku telah tiba di pertengahan perjalanan 21.
What should I say? These recent months is really hectic month. But i think the next one will be more.
Awal perjalanan bulan ini kuisi dengan menyelesaikan skripsiku, setelah itu aku mengikuti ujian akhir satu matakuliah. Matakuliah yang sukses membuatku angkat tangan. Sepanjang perjalanan aku kuliah, tidak pernah aku merasa pasrah seperti ini, Namun apa boleh buat, aku harus menghadapinya. Keesokan harinya, aku, Pelangi, dan Angga, kami mewakili UNPAR untuk mengikuti Sampoerna Best Student Visit 2011. Jujur, aku tidak menyangka aku terpilih mengikuti acara ini. UNPAR memiliki banyak mahasiswa berprestasi yang lebih hebat dari diriku. But, yeah, i think i'm just the lucky one. Pengalaman berharga? Tentu saja iya. Aku bertemu dengan orang-orang hebat dari 23 universitas di seluruh Indonesia. Masing-masing universitas diwakili 3 peserta. Banyak diantara mereka tidak mengenal satu sama lain meski berada di universitas yang sama. Sementara aku dan Pelangi sudah mengenal satu sama lain. Kami pernah berkenalan ketika ospek mahasiswa baru. Aku juga telah mengenal Angga karena satu fakultas. Hanya saja Pelangi baru mengenal Angga ketika akan berangkat bersama. Awalnya aku merasa amat sangat canggung. Bagaimana tidak? Aku hanya merasa aku bukan mahasiswa pintar dan berprestasi yang pantas menyandang gelar "best student". Sungguh bukan karena diriku minder atau sebagainya, namun aku benar-benar menyadari siapa diriku dan aku tidak merasa menyesal akan hal itu. Acara tiga hari dikemas dengan amat sangat padat seperti yang telah kukatakan di tulisanku sebelumnya. Secara keseluruhan acaranya cukup baik, meski ada beberapa permainan yang telah pernah aku mainkan sebelumnya. Karena sudah seringnya aku mengikuti training, workshop, dan pelatihan sejenisnya membuatku kadang bosan. Inti dari semua permainan kembali lagi kepada kekompakan, kerjasama, saling percaya, organize people, leadership. Yang membedakannya adalah karena yang memainkan adalah para mahasiswa terbaik maka perbedaan pendapat selalu terjadi dan lebih heboh. Yah, ini hanya pandanganku pribadi. Semuanya terkesan ingin menang sendiri dan mempertahankan pendapatnya. Aku bisa dikatakan orang yang mudah akrab dan sulit akrab tergantung pada kondisi orang baru yang kuhadapi. Tiga hari acaranya sungguh membuat letih baik jiwa maupun raga. Harus lapang dada dan tenggang rasa, dua hal ini yang bisa mendukungku untuk bertahan. Yah, mungkin seperti itulah dunia kerja, penuh dengan persaingan. Sejujurnya, aku kurang menyukai persaingan. Persahabatan akan lebih indah. Namun, teringat kata dosen, dunia kerja akan ketat akan persaingan yang akan lebih tajam, untuk itu jangan pernah menyerah. Apapun yang kurasakan, aku tetap bangga aku dapat mengikuti acara tiga hari itu dan mengenal berbagai orang dengan latar belakangan pendidikan dan budaya yang berbeda. Tentunya setelah acara itu, aku semakin dekat dengan Pelangi. Sepulang dari Surabaya, aku harus mengejar penyelesaian skripsi. Seminggu penuh aku sangat sibuk revisi dan revisi hingga akhirnya mendapatkan persetujuan dan naik cetak. Dan baru menyadari ada kesalahan fatal di drafku minggu lalu. Apa mau dikata, aku akan menjelaskannya nanti kepada dosen penguji. Setelah itu datang kabar gembira dari perushaan tempat kumelamar, aku diterima dan diminta menjalankan medical check up. Sungguh bersyukur mendapat kabar yang bahagia selama berturut-turut. Minggu selanjutnya, seharusnya aku mencari tempat tinggal baru untuk kerja nanti, namun mamaku mendadak mengabarkan akan berkunjung ke Bandung. Kabar ini kembali membuatku terkejut karena mama pernah mengatakan beliau akan berkunjung ketika aku wisuda. Hampir seminggu kuhabiskan bersama mama di Bandung. Mama membantuku membereskan barang-barang dan mengepak untuk kepindahanku. Tahun baru yang tadinya kukira akan merana sendiri di kosan sirna. Malam tahun baru setelah makan malam di cafe milik temanku, setelah itu kembali ke kos dikarenakan seluruh penjuru Bandung macet. Perayaan tahun baru yang sangat sederhana, itu tidak penting selama ada orang penting yang menemani bukan? Begitu kampus buka, aku langsung mendaftarkan draf skripsi dan mengurus sidang skripsiku. Sorenya memesan tiket pesawat dan besoknya aku kembali ke kampung halamanku beserta mama tentunya. Sungguh di luar rencana awal. Aku yang tipe perencana mendadak dalam bulan ini menjadi orang yang dadakan. Ternyata menyenangkan juga. Tadinya aku berniat menghabiskan seminggu untuk mengurus surat-surat namun dikarenakan tiket pesawat mahal, maka aku memperpanjangnya menjadi dua minggu dengan kondisi tempat tinggal baru ku belum dicari. Aku belum tahu kapan akan kembali lagi ke kampung halamanku setelah ini. Serasa menjadi putri di rumah sendiri, sungguh menyenangkan. Seandainya aku bisa melewati tiap hari seperti ini. Dan itu hal yang tidak mungkin, membiarkan kedua orangtuaku melayaniku. Sempat terlontar beberapa kali bujukan untuk bekerja di kampung halamanku. Namun, aku sudah mendapat kesempatan kerja yang bagus dan aku ingin mencobanya. Karena, jika aku tidak mencobanya, aku akan menyesal di kemudian hari. Selanjutnya, nasihat tak henti datang menyambut. Aku tahu, kota baru ini lebih rawan dari Bandung dan aku akan menghadapi orang-orang baru serta lingkungan baru. Meski aku belum sepenuhnya siap, aku yakin aku akan mampu menghadapi semuanya. Jadwal sidangku hingga kini belum diketahui. Aku tidak tahu siapa yang akan berada di sampingku selama aku menjalani proses meja hijau itu. Aku tidak yakin salah dari seorang temanku akan menemaniku. Begitu menyedihkan bukan diriku? Aku selalu berusaha menyenangkan semua orang, berusaha ada untuk mereka, tapi tidak pernah cukup, aku akan selalu menjadi orang yang dilupakan dan tidak akan menjadi bagian dari mereka. Untuk itu, ada tidaknya sahabat atau teman yang menemaniku, aku akan berusaha untuk kuat sendiri. Sejak dulu, aku sudah dilatih untuk itu, sehingga tidak akan menjadi masalah. Teman untuk bersenang-senang mudah didapat, namun teman di saat butuh dukungan tidaklah mudah dan aku kurang beruntung mendapat teman seperti itu. Pada saat hari itu muncul, aku akan melihat wajah yang mana yang menyemangatiku, mungkin wajah-wajah asing, mungkin juga wajah-wajah teman biasa, atau wajah-wajah orang yang kuanggap sahabat.
Don't depend on others. Just depend on myself. Because even my shadow leaves me in the darkness.